Vaksin Datang, Industri Ritel Pede Menyambut Tahun Baru 2021

Jum'at, 11 Desember 2020 - 05:24 WIB
Tahun 2021 diyakini sebagai momentum sektor ritel untuk mencetak rebound di akhir semester pertama 2021 dengan adanya vaksin yang sudah memasuki tahap uji klinis. Foto/Dok
JAKARTA - Tahun 2021 diyakini sebagai momentum sektor ritel dengan adanya vaksin yang sudah memasuki tahap uji klinis. Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Fernando Repi optimis tahun depan sektor ritel akan rebound di akhir semester pertama 2021.

“Mungkin di akhir semester pertama nanti sudah bisa kembali pulih bisnis ritel karena di tahun 2020 kami terdampak hampir 80%,” ujar Fernando dalam MarkPlus Conference 2021 di Jakarta.

(Baca Juga: Ketua Aprindo: Kepala Daerah Engga Paham Gas dan Rem yang Dimaksud Jokowi )

Namun dia juga memperkirakan, full recovery akan terjadi dua sampai tiga tahun mendatang. Diperkirakan penjualan ritel modern hingga akhir tahun 2020 baru mencapai 30 – 40% menuju normal.



Selagi menunggu ketersediaan vaksin tetap dilakukan strategi mempercepat pemulihan. Tidak hanya kolaborasi channel penjualan tetapi juga channel supply melalui kolaborasi marketing dan merchandising.

"Groceries dinilai sebagai sektor ritel yang bisa lebih awal rebound karena adaptasi teknologi semakin cepat, adanya social messaging shopping, kolaborasi OMNI Channel, kerjasama dengan e-commerce, dan lainnya," ujarnya.

Masyarakat segmen kelas menengah atas bisa menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan di tahun 2021. Di mana jika selama pandemi mereka membatasi aktivitas keluar rumah dan menahan diri untuk berbelanja, saat ini mulai berani berkegiatan.

(Baca Juga: Aprindo: Orang Cuma Belanja Rp100 Ribu, Habis Itu Cepat-cepat Pulang )

Sementara Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi Lukman juga melihat hal tersebut akan berimbas pada peningkatan konsumsi produk makanan dan minuman di tahun depan. Industri ini sempat mengalami titik terendah di fase Ramadhan dan Lebaran yang seharusnya mencapai puncak, namun mulai merambat naik di kuartal tiga tahun 2020 dari 0,22% pertumbuhan di kuartal dua menjadi 0,66%.

Dalam kondisi normal, industri makanan dan minuman bisa tumbuh 7 sampai 9%, namun di tahun 2021 GAPMMI mencoba realistis. Peningkatan diyakininya akan terus terjadi menuju recovery pada semester satu tahun depan, apalagi jika program pemerintah terkait pemulihan ekonomi terus berjalan hingga 2021.

“Perkiraan kami sekitar 5 hingga 7% pertumbuhannya. Itu karena berbagai prediksi menunjukan ekonomi Indonesia di 2020 sudah bottom, dan 2021 diperkirakan oleh IMF pertumbuhan sekitar 6%. Jadi kami tidak berani perkirakan tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi,” ujar Adhi.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More