Digitalisasi Pertanian Jadi Andalan
Jum'at, 11 Desember 2020 - 06:00 WIB
Said mendukung jika penggunaan teknologi mampu menjawab dua persoalan itu. Jika belum, maka harus dicari lagi dan dikawinkan dengan strategi atau program lain supaya bisa bergerak bersama mengatasi isu-isu tersebut. “Dalam hemat saya, teknologi itu mungkin bisa menjawab kebutuhan tenaga yang makin terbatas, menjawab efisiensi tenaga. Tapi apakah akan adaptif dengan situasi mayoritas petani yang sekarang? Karena kalau menunggu pergantian atau regenerasi kan enggak mungkin langsung ada,” sebutnya.
Said juga mempersoalkan kepemilikan teknologi pertanian . Dia berharap nantinya teknologi yang dikembangkan itu dirakit bersama petani. Jangan sampai dikembangkan oleh industri dan hanya menguntungkan korporasi. “Jangan sampai investasi yang dilakukan seolah-olah bisa menjawab semua persoalan di dunia pertanian yang banyak itu. Saya melihat orientasinya pembangunan pertanian kita cenderung mengejar peningkatan produksi. Boleh saja produksi naik, tapi kehidupan yang memproduksinya bagaimana?,” ujarnya. (Lihat videonya: Habib Rizieq Tersangka Pelangaran Protokol Kesehatan)
Dia juga berharap kemajuan dan paradigma pembangunan tidak melanggengkan petani sebagai objek dari pembangunan itu sendiri. pasalnya, jika hanya dijadikan objek, hal itu sama saja menyamakan petani sebagai alat produksi. (F.W. Bahtiar/Faorick Pakpahan/Taufik Fajar)
Said juga mempersoalkan kepemilikan teknologi pertanian . Dia berharap nantinya teknologi yang dikembangkan itu dirakit bersama petani. Jangan sampai dikembangkan oleh industri dan hanya menguntungkan korporasi. “Jangan sampai investasi yang dilakukan seolah-olah bisa menjawab semua persoalan di dunia pertanian yang banyak itu. Saya melihat orientasinya pembangunan pertanian kita cenderung mengejar peningkatan produksi. Boleh saja produksi naik, tapi kehidupan yang memproduksinya bagaimana?,” ujarnya. (Lihat videonya: Habib Rizieq Tersangka Pelangaran Protokol Kesehatan)
Dia juga berharap kemajuan dan paradigma pembangunan tidak melanggengkan petani sebagai objek dari pembangunan itu sendiri. pasalnya, jika hanya dijadikan objek, hal itu sama saja menyamakan petani sebagai alat produksi. (F.W. Bahtiar/Faorick Pakpahan/Taufik Fajar)
(ysw)
tulis komentar anda