Bangun Kebangkitan Industri Hulu Migas, Kepala SKK Migas Ajak Keluar dari Zona Nyaman
Senin, 14 Desember 2020 - 10:33 WIB
JAKARTA - Industri hulu migas masih memegang peran penting sebagai penggerak perekonomian nasional. Namun, produksi dari wilayah kerja yang ada saat ini relatif menurun karena lapangan yang relatif tua. Usaha peningkatan produksi migas mendapat tantangan lebih kuat ketika terjadi pandemi Covid-19 dan berkembang pesatnya industri energi alternatif.
(Baca Juga: Pacu Produktivitas Industri Hulu Migas, SKK Migas Berikan 18 Penghargaan )
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencanangkan target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada tahun 2030, sebagai tanda kebangkitan industri hulu migas Indonesia.
"Jika target dapat tercapai, maka akan menjadi puncak produksi baru bagi Indonesia karena produksi saat itu akan setara 3,2 juta barel per hari. Namun untuk mencapai target itu dibutuhkan perubahan mindset dan kemauan untuk keluar dari zona nyaman dengan melakukan upaya-upaya," ujar Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto di Jakarta, Senin (14/12/2020).
Kata dia, bagi Indonesia, kondisi ini cukup memprihatinkan karena migas masih berkontribusi sebesar 54% dari total bauran energi pada tahun 2019. "Migas masih akan mendukung sebanyak 44% dari bauran energi pada tahun 2050. Untuk itu, perlu peningkatan produksi migas yang masif demi mendukung keberlanjutan energi tersebut," katanya.
Salah satunya dapat menekan defisit perdagangan migas. Apalagi, dalam dua tahun terakhir, besarnya impor migas disebut menjadi beban dalam neraca dagang dan turut memperlebar defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).
"Target produksi yang diinisiasi SKK Migas ini mendapatkan dukungan dari para pemangku kepentingan (stakeholders)," bebernya.
(Baca Juga: Saatnya Industri Hulu Migas Jadi Lokomotif Ekonomi )
Menteri ESDM, Arifin Tasrif menerangkan, untuk mendukung peningkatan produksi pemerintah telah membuat beberapa kebijakan, antara lain penurunan harga gas untuk mendorong tumbuhnya industri, pelonggaran perpajakan, dan fleksibilitas sistem fiskal untuk meningkatkan data tarik investasi migas serta meningkatkan keekonomian pengembangan lapangan.
Menurut Arifin, Kementerian ESDM juga telah melakukan sejumlah upaya untuk mengurangi ketidakpastian dalam investasi usaha hulu migas dengan penyederhanaan perizinan, penyediaan dan keterbukaan data, dan integrasi hulu-hilir serta stimulus fiskal. Arifin menambahkan pemerintah juga akan memberikan stimulus fiskal untuk mendorong pengembangan lapangan migas.
"Pemerintah tidak lagi mengedepankan besarnya bagi hasil untuk negara, tetapi lebih diarahkan mendorong agar proyek migas dapat berjalan melalui pemberian insentif bagi beberapa Plan of Development (POD) yang selama ini dinilai tidak ekonomis oleh kontraktor," ujarnya sembari menjelaskan meskipun secara persentase bauran energi migas di masa depan diperkirakan menurun, secara nominal justru akan meningkat.
(Baca Juga: Pacu Produktivitas Industri Hulu Migas, SKK Migas Berikan 18 Penghargaan )
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencanangkan target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada tahun 2030, sebagai tanda kebangkitan industri hulu migas Indonesia.
"Jika target dapat tercapai, maka akan menjadi puncak produksi baru bagi Indonesia karena produksi saat itu akan setara 3,2 juta barel per hari. Namun untuk mencapai target itu dibutuhkan perubahan mindset dan kemauan untuk keluar dari zona nyaman dengan melakukan upaya-upaya," ujar Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto di Jakarta, Senin (14/12/2020).
Kata dia, bagi Indonesia, kondisi ini cukup memprihatinkan karena migas masih berkontribusi sebesar 54% dari total bauran energi pada tahun 2019. "Migas masih akan mendukung sebanyak 44% dari bauran energi pada tahun 2050. Untuk itu, perlu peningkatan produksi migas yang masif demi mendukung keberlanjutan energi tersebut," katanya.
Salah satunya dapat menekan defisit perdagangan migas. Apalagi, dalam dua tahun terakhir, besarnya impor migas disebut menjadi beban dalam neraca dagang dan turut memperlebar defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).
"Target produksi yang diinisiasi SKK Migas ini mendapatkan dukungan dari para pemangku kepentingan (stakeholders)," bebernya.
(Baca Juga: Saatnya Industri Hulu Migas Jadi Lokomotif Ekonomi )
Menteri ESDM, Arifin Tasrif menerangkan, untuk mendukung peningkatan produksi pemerintah telah membuat beberapa kebijakan, antara lain penurunan harga gas untuk mendorong tumbuhnya industri, pelonggaran perpajakan, dan fleksibilitas sistem fiskal untuk meningkatkan data tarik investasi migas serta meningkatkan keekonomian pengembangan lapangan.
Menurut Arifin, Kementerian ESDM juga telah melakukan sejumlah upaya untuk mengurangi ketidakpastian dalam investasi usaha hulu migas dengan penyederhanaan perizinan, penyediaan dan keterbukaan data, dan integrasi hulu-hilir serta stimulus fiskal. Arifin menambahkan pemerintah juga akan memberikan stimulus fiskal untuk mendorong pengembangan lapangan migas.
"Pemerintah tidak lagi mengedepankan besarnya bagi hasil untuk negara, tetapi lebih diarahkan mendorong agar proyek migas dapat berjalan melalui pemberian insentif bagi beberapa Plan of Development (POD) yang selama ini dinilai tidak ekonomis oleh kontraktor," ujarnya sembari menjelaskan meskipun secara persentase bauran energi migas di masa depan diperkirakan menurun, secara nominal justru akan meningkat.
(akr)
tulis komentar anda