Investasi Tumbuh Tapi Bukan ke Sektor Riil, Pasar Saham dan Startup Lebih Memikat
Selasa, 15 Desember 2020 - 07:59 WIB
JAKARTA - Investasi di kawasan Asia Tenggara anjlok hingga 50 persen. Pandemi Covid-19 membuat situasi perekonomian dalam ketidakpastian.
Pengamat ekonomi Rifki Fadilah mengatakan, ekonomi itu akan melihat supply dan demand. Investasi itu didorong oleh permintaan. Namun, pandemi Covid-19 telah membuat semua sektor terpuruk, khususnya, konsumsi rumah tangga. Situasi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di seluruh dunia.
“Otomatis hal yang paling sederhana ketika mau investasi melihat prospek dari suatu bisnis itu apakah akan berkembang atau tidak. Bisnis akan berkembang didorong adanya permintaan. Permintaan tidak ada, otomatis potensi bisa akan hilang,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews.
(Baca Juga: Ada Pandemi, Tahun Ini Malah Jadi Kebangkitan Investor Domestik )
Investor punya hitung-hitung yang matang mengenai keuntungan yang akan diperoleh dan jangka waktu uang kembali. Peneliti The Indonesian Institute Center for Public Policy Research (TII) itu mengatakan investasi mulai tumbuh, tapi bukan ke sektor riil. Investor lebih memilih membenamkan uangnya ke saham atau derivative.
“Dia meningkat terus dan prospeknya menjanjikan untuk pasar derivative. Itu sifatnya hot money, jika ada sesuatu yang mengganggu, bisa langsung cabut. Kalau investasi di sektor riil, mau tidak mau, harus menanggung risiko entah untung atau tidak. Investasi di sektor riil (masih) agak pesimis melihat situasi,” terangnya.
(Baca Juga: Sepak Terjang Emiten Terhadap Masalah Lingkungan dan Sosial Bisa Jadi Pertimbangan untuk Investor )
Investasi kemungkinan akan menyasar ke perusahaan rintisan atau startup . Rifki menjelaskan, perusahaan rintisan memiliki keunggulan dari sisi penggunaan teknologi informasi (TI). Di tengah pandemi, semua kegiatan dan mobilitas orang dibatasi. Perusahaan rintisan bisa memecahkan kebuntuan itu. Saat ini semua orang beralih berkegiatan secara daring.
Ada tiga bidang perusahaan rintisan yang diprediksi dilirik, yakni konsumsi, perawatan pribadi, dan kesehatan. Khusus makanan, mereka yang masih konvensional harus beralih menggunakan daring dan sistem delivery. “Mereka yang di bidang teknologi menyediakan marketplace atau ruang pembelian secara daring akan tumbuh,” ucapnya.
Pengamat ekonomi Rifki Fadilah mengatakan, ekonomi itu akan melihat supply dan demand. Investasi itu didorong oleh permintaan. Namun, pandemi Covid-19 telah membuat semua sektor terpuruk, khususnya, konsumsi rumah tangga. Situasi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di seluruh dunia.
“Otomatis hal yang paling sederhana ketika mau investasi melihat prospek dari suatu bisnis itu apakah akan berkembang atau tidak. Bisnis akan berkembang didorong adanya permintaan. Permintaan tidak ada, otomatis potensi bisa akan hilang,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews.
(Baca Juga: Ada Pandemi, Tahun Ini Malah Jadi Kebangkitan Investor Domestik )
Investor punya hitung-hitung yang matang mengenai keuntungan yang akan diperoleh dan jangka waktu uang kembali. Peneliti The Indonesian Institute Center for Public Policy Research (TII) itu mengatakan investasi mulai tumbuh, tapi bukan ke sektor riil. Investor lebih memilih membenamkan uangnya ke saham atau derivative.
“Dia meningkat terus dan prospeknya menjanjikan untuk pasar derivative. Itu sifatnya hot money, jika ada sesuatu yang mengganggu, bisa langsung cabut. Kalau investasi di sektor riil, mau tidak mau, harus menanggung risiko entah untung atau tidak. Investasi di sektor riil (masih) agak pesimis melihat situasi,” terangnya.
(Baca Juga: Sepak Terjang Emiten Terhadap Masalah Lingkungan dan Sosial Bisa Jadi Pertimbangan untuk Investor )
Investasi kemungkinan akan menyasar ke perusahaan rintisan atau startup . Rifki menjelaskan, perusahaan rintisan memiliki keunggulan dari sisi penggunaan teknologi informasi (TI). Di tengah pandemi, semua kegiatan dan mobilitas orang dibatasi. Perusahaan rintisan bisa memecahkan kebuntuan itu. Saat ini semua orang beralih berkegiatan secara daring.
Ada tiga bidang perusahaan rintisan yang diprediksi dilirik, yakni konsumsi, perawatan pribadi, dan kesehatan. Khusus makanan, mereka yang masih konvensional harus beralih menggunakan daring dan sistem delivery. “Mereka yang di bidang teknologi menyediakan marketplace atau ruang pembelian secara daring akan tumbuh,” ucapnya.
(akr)
tulis komentar anda