Ini Cara Cepat Milenial Memiliki Hunian
Rabu, 16 Desember 2020 - 13:15 WIB
JAKARTA - Generasi milenial kerap terkendala ketika ingin membeli dan memiliki properti hunian, baik itu rumah ataupun apartemen. Salah satu masalah yang sering mereka alami adalah finansial.
Hal itu pula yang dialami Arini. Wanita berusia 30 tahun yang telah lima tahun bekerja di Jakarta itu masih betah tinggal di kos-kosan berukuran 3 x 3 di kawasan Jakarta Timur. Padahal, gajinya sebagai seorang staf di kantor advokat di Jakarta jauh di atas upah minimum regional (UMR). (Baca: Bisnis Properti Tetap Untung di Tengah Pandemi)
Dia mengaku sebenarnya berkeinginan tinggal di rumah milik sendiri, bukan menyewa. Tetapi hingga kini, da belum berani membeli rumah. Alasan pertama, dia bercita-cita punya rumah tidak jauh dari tempatnya bekerja. Sementara harga hunian yang sesuai harapannya sudah terlalu mahal.
Masalah mengumpulkan uang muka sebenarnya bukan persoalan bagi Arini. Yang dikhawatirkannya hanya beban cicilan yang harus ditanggung ke depan.
"Saya takut nanti jadi tidak bisa berbelanja karena punya cicilan. Lagi pula saya belum menikah, jadi nanti saja beli rumah kalau sudah berkeluarga, sambil cari rumah yang terjangkau," tuturnya pada KORAN SINDO.
Cerita Arini tersebut merupakan salah satu contoh kendala yang dihadapi kalangan milenial untuk memiliki hunian. Sementara menurut pengamat properti yang juga Founder Panangian School of Property, Panangian Simanungkalit, potensi pasar properti dari generasi milenial ini sebetulnya sangat besar.
Dari piramida penduduk Indonesia, populasi yang paling besar berasal dari generasi ini dengan rentan usia 20 hingga 35 tahun. Panangian pun mendorong pengembang maupun perbankan untuk lebih kreatif menawarkan produk dan kemudahan agar bisa menjaring pasar milenial. (Baca juga: Ketika Musibah Datang sebagai Peringatan)
Menutrnya, harus ada terobosan untuk mengakomodir kebutuhan generasi milenial yang kebanyakan tidak memiliki pendapatan tidak terlalu tinggi. "Persoalan utama banyak mi?lenial belum punya hunian saat ini adalah harga properti sudah terlalu tinggi, sehingga bikin daya beli kelompok usia muda terbatas," ujarnya.
Meski begitu, bukan berarti generasi milenial tidak bisa memiliki hunian sendiri. Panangian menilai ada hal-hal yang perlu disiapkan generasi milenial ketika hendak membeli rumah. Pertama, mempersiapkan kemampuan finansial untuk membayar uang muka rumah. Kedua, kemampuan cicilan harus disesuaikan dengan pendapatan rutin.
Hal itu pula yang dialami Arini. Wanita berusia 30 tahun yang telah lima tahun bekerja di Jakarta itu masih betah tinggal di kos-kosan berukuran 3 x 3 di kawasan Jakarta Timur. Padahal, gajinya sebagai seorang staf di kantor advokat di Jakarta jauh di atas upah minimum regional (UMR). (Baca: Bisnis Properti Tetap Untung di Tengah Pandemi)
Dia mengaku sebenarnya berkeinginan tinggal di rumah milik sendiri, bukan menyewa. Tetapi hingga kini, da belum berani membeli rumah. Alasan pertama, dia bercita-cita punya rumah tidak jauh dari tempatnya bekerja. Sementara harga hunian yang sesuai harapannya sudah terlalu mahal.
Masalah mengumpulkan uang muka sebenarnya bukan persoalan bagi Arini. Yang dikhawatirkannya hanya beban cicilan yang harus ditanggung ke depan.
"Saya takut nanti jadi tidak bisa berbelanja karena punya cicilan. Lagi pula saya belum menikah, jadi nanti saja beli rumah kalau sudah berkeluarga, sambil cari rumah yang terjangkau," tuturnya pada KORAN SINDO.
Cerita Arini tersebut merupakan salah satu contoh kendala yang dihadapi kalangan milenial untuk memiliki hunian. Sementara menurut pengamat properti yang juga Founder Panangian School of Property, Panangian Simanungkalit, potensi pasar properti dari generasi milenial ini sebetulnya sangat besar.
Dari piramida penduduk Indonesia, populasi yang paling besar berasal dari generasi ini dengan rentan usia 20 hingga 35 tahun. Panangian pun mendorong pengembang maupun perbankan untuk lebih kreatif menawarkan produk dan kemudahan agar bisa menjaring pasar milenial. (Baca juga: Ketika Musibah Datang sebagai Peringatan)
Menutrnya, harus ada terobosan untuk mengakomodir kebutuhan generasi milenial yang kebanyakan tidak memiliki pendapatan tidak terlalu tinggi. "Persoalan utama banyak mi?lenial belum punya hunian saat ini adalah harga properti sudah terlalu tinggi, sehingga bikin daya beli kelompok usia muda terbatas," ujarnya.
Meski begitu, bukan berarti generasi milenial tidak bisa memiliki hunian sendiri. Panangian menilai ada hal-hal yang perlu disiapkan generasi milenial ketika hendak membeli rumah. Pertama, mempersiapkan kemampuan finansial untuk membayar uang muka rumah. Kedua, kemampuan cicilan harus disesuaikan dengan pendapatan rutin.
tulis komentar anda