Bahlil: di 2035 Indonesia Mencanangkan 4 Juta Mobil dan 10 Juta Motor Listrik, Aminnn!!
Rabu, 30 Desember 2020 - 13:29 WIB
JAKARTA - Pemerintah tengah menggenjot pembangunan industri sel baterai kendaraan listrik terintegrasi pertama di dunia. Dalam pembangunan itu, pemerintah menargetkan bisa memproduksi 4 juta mobil listrik dan 10 juta motor listrik pada 2035.
Dalam prosesnya, pemerintah melalui konsorsium badan usaha milik negara (BUMN) menggandeng perusahaan electric vehicle (EV) battery atau baterai kendaraan listrik asal Korea Selatan LG Energy Solution Ltd.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, target Indonesia mampu memproduksi 4 juta mobil listrik dan 10 juta motor listrik pada 2035 didasari atas bahan baku kendaraan listrik di Indonesia yang mencapai 80 persen. ( Baca juga:Bahlil Sebut November 2021 Indonesia Bakal Punya Mobil Listrik )
"Indonesia mencanangkan 4 juta mobil listrik dan 10 juta motor listrik pada 2035," ujar Bahlil, dalam konferensi pers, Jakarta, Rabu (30/12/2020).
Dalam proses produksi, material utama baterai yang digunakan dalam industri kendaraan listrik, yaitu MNC811 atau nikel, karena cadangan bahan energi tersebut di Indonesia mencapai 25%. Cadangan nikel itu memoosisikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah nikel terbanyak di dunia.
Bahlil menyebut, industri baterai di dunia diperkirakan tumbuh 4 kali lipat menjadi 1,3 terawatt hour (twh) dari saat ini. Sebab, 40-50% komponen mobil listrik merupakan baterai.
Sementara itu, ihwal lokasi pabrik, proyek ini nantinya akan berlokasi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah, yang sudah ditinjau oleh Presiden Jokowi pada akhir Juni lalu. Kawasan industri seluas 4.300 ha ini merupakan percontohan kerja sama pemerintah dan BUMN dalam menyediakan lahan yang kompetitif dari sisi harga, konektivitas, dan tenaga kerja.
Rencananya, sebagian baterai yang dihasilkan dari proyek ini akan disuplai ke pabrik mobil listrik pertama di Indonesia yang sudah lebih dahulu ada dan dalam waktu dekat akan segera memulai tahap produksi.
Pengembangan industri baterai listrik terintegrasi merupakan langkah konkret yang sesuai dengan target Presiden Jokowi untuk mendorong transformasi ekonomi menuju Indonesia Maju 2045. Hilirisasi pertambangan adalah salah satu wujud transformasi tersebut.
Bahlil mengatakan, Indonesia akan naik kelas dari produsen dan eksportir bahan mentah menjadi pemain penting pada rantai pasok dunia untuk industri baterai kendaraan listrik, karena baterai memegang peranan kunci, bisa mencapai 40% dari total biaya untuk membuat sebuah kendaraan listrik. ( Baca juga:Waspada! Potensi Klaster Pendidikan Ancam Sekolah Tatap Muka yang Dipaksakan )
Dalam realisasi investasi proyek, perusahaan patungan ini akan memprioritaskan bekerja sama dengan pengusaha nasional, pengusaha nasional yang ada di daerah dan UKM (usaha kecil dan mikro) lokal yang memiliki kapabilitas dan kapasitas dalam setiap rantai pasok. Dengan demikian diharapkan dapat menggerakkan perekonomian nasional yang berdampak positif bagi daerah.
Dalam prosesnya, pemerintah melalui konsorsium badan usaha milik negara (BUMN) menggandeng perusahaan electric vehicle (EV) battery atau baterai kendaraan listrik asal Korea Selatan LG Energy Solution Ltd.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, target Indonesia mampu memproduksi 4 juta mobil listrik dan 10 juta motor listrik pada 2035 didasari atas bahan baku kendaraan listrik di Indonesia yang mencapai 80 persen. ( Baca juga:Bahlil Sebut November 2021 Indonesia Bakal Punya Mobil Listrik )
"Indonesia mencanangkan 4 juta mobil listrik dan 10 juta motor listrik pada 2035," ujar Bahlil, dalam konferensi pers, Jakarta, Rabu (30/12/2020).
Dalam proses produksi, material utama baterai yang digunakan dalam industri kendaraan listrik, yaitu MNC811 atau nikel, karena cadangan bahan energi tersebut di Indonesia mencapai 25%. Cadangan nikel itu memoosisikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah nikel terbanyak di dunia.
Bahlil menyebut, industri baterai di dunia diperkirakan tumbuh 4 kali lipat menjadi 1,3 terawatt hour (twh) dari saat ini. Sebab, 40-50% komponen mobil listrik merupakan baterai.
Sementara itu, ihwal lokasi pabrik, proyek ini nantinya akan berlokasi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah, yang sudah ditinjau oleh Presiden Jokowi pada akhir Juni lalu. Kawasan industri seluas 4.300 ha ini merupakan percontohan kerja sama pemerintah dan BUMN dalam menyediakan lahan yang kompetitif dari sisi harga, konektivitas, dan tenaga kerja.
Rencananya, sebagian baterai yang dihasilkan dari proyek ini akan disuplai ke pabrik mobil listrik pertama di Indonesia yang sudah lebih dahulu ada dan dalam waktu dekat akan segera memulai tahap produksi.
Pengembangan industri baterai listrik terintegrasi merupakan langkah konkret yang sesuai dengan target Presiden Jokowi untuk mendorong transformasi ekonomi menuju Indonesia Maju 2045. Hilirisasi pertambangan adalah salah satu wujud transformasi tersebut.
Bahlil mengatakan, Indonesia akan naik kelas dari produsen dan eksportir bahan mentah menjadi pemain penting pada rantai pasok dunia untuk industri baterai kendaraan listrik, karena baterai memegang peranan kunci, bisa mencapai 40% dari total biaya untuk membuat sebuah kendaraan listrik. ( Baca juga:Waspada! Potensi Klaster Pendidikan Ancam Sekolah Tatap Muka yang Dipaksakan )
Dalam realisasi investasi proyek, perusahaan patungan ini akan memprioritaskan bekerja sama dengan pengusaha nasional, pengusaha nasional yang ada di daerah dan UKM (usaha kecil dan mikro) lokal yang memiliki kapabilitas dan kapasitas dalam setiap rantai pasok. Dengan demikian diharapkan dapat menggerakkan perekonomian nasional yang berdampak positif bagi daerah.
(uka)
tulis komentar anda