Dukung Ketahanan Pangan, BNI Uji Coba Smartfarming di 5 Provinsi
Senin, 04 Januari 2021 - 15:39 WIB
JAKARTA - Ketahanan pangan nasional menjadi salah satu fokus utama pemerintah Presiden Joko Widodo. Pandemi Covid-19 yang entah kapan berakhirnya semakin mendorong pemerintah untuk menggalang program pertanian guna ketahanan pangan nasional.
Sebagai dukungan atas gerakan tersebut, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) menggelar program BNI Smartfarming. Direktur Bisnis UMKM BNI Muhammad Iqbal mengatakan, program BNI smartfarming ini lebih menekankan nilai tambah pada peranan BNI dalam memastikan agar para petani mendapatkan akses pembiayaan yang murah dan mudah, disertai pendampingan yang memanfaatkan teknologi pertanian digital selama proses budidaya.
(Baca Juga: Nasabah Emerald BNI Tumbuh 12% Didukung Layanan Wealth Manajemen)
Dalam program tersebut, BNI bekerja sama dengan berbagai pihak terkait seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. BNI juga turut melibatkan startup agri teknologi salah satunya PT Mitra Sejahtera Membangun Bangsa (PT MSMB) dalam menginisiasi program Gerakan Menyongsong Pertanian 4.0 sebagai program kegiatan untuk membantu petani meningkatkan hasil budidayanya.
"Program BNI smartfarming yang dihadirkan telah dipersiapkan agar sejak awal modal kerja pertanian diterima akan mendapat rekomendasi pertanian yang tepat, sistem pemupukan yang presisi, hingga penanganan hama dan pemanenan," ungkap Muhammad Iqbal dalam keterangan tertulisnya, Senin (4/1/2021).
Di sisi lain, kata dia, perbankan juga memanfaatkan smartfarming melalui dashboard dari aplikasi bertani untuk monitoring onfarm, pendampingan pertanian, yang muaranya untuk dapat memastikan kualitas kredit bank yang lebih baik dan inklusi keuangan di sektor pertanian.
"Memasuki musim panen, telah disiapkan fitur di dalam aplikasi agar mengakomodir hasil produksi petani diserap oleh offtaker mitra BNI. Dengan menempatkan alat sensor di lahan, maka kondisi tanaman sejak sebelum, saat tanam, pemeliharaan, hingga pemanenan dapat terpantau secara real time. Rekomendasi diperoleh dari alat sensor yang dapat menjangkau area hingga seluas 100 Ha akan terkoneksi dengan aplikasi yang disematkan ke dalam gadget berbasis android milik petani sehingga, kondisi lahan khususnya yang berkaitan dengan curah hujan, suhu, kondisi tanah (Ph), hingga kebutuhan pupuk dapat terdeteksi dengan mudah," ujar Iqbal.
Dari sisi cost efficiency, lanjut dia, maka rekomendasi dari sensor yang disematkan kedalam aplikasi di genggaman petani tidak hanya akan memudahkan petani, tetapi juga memberikan pola pertanian yang paling baik termasuk intensitas penggunaan pupuk.
Dengan demikian, petani akan menjadi lebih produktif, lebih efisien dan efektif, hasil lahan/ladangnya mudah dijangkau pasar, serta akhirnya menjadi petani yang profesional dan berkualitas. Dengan volume hasil panen yang meningkat dan kualitas hasil yang lebih baik maka kesejahteraan petani akan semakin terjamin.
Sebagai dukungan atas gerakan tersebut, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) menggelar program BNI Smartfarming. Direktur Bisnis UMKM BNI Muhammad Iqbal mengatakan, program BNI smartfarming ini lebih menekankan nilai tambah pada peranan BNI dalam memastikan agar para petani mendapatkan akses pembiayaan yang murah dan mudah, disertai pendampingan yang memanfaatkan teknologi pertanian digital selama proses budidaya.
(Baca Juga: Nasabah Emerald BNI Tumbuh 12% Didukung Layanan Wealth Manajemen)
Dalam program tersebut, BNI bekerja sama dengan berbagai pihak terkait seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. BNI juga turut melibatkan startup agri teknologi salah satunya PT Mitra Sejahtera Membangun Bangsa (PT MSMB) dalam menginisiasi program Gerakan Menyongsong Pertanian 4.0 sebagai program kegiatan untuk membantu petani meningkatkan hasil budidayanya.
"Program BNI smartfarming yang dihadirkan telah dipersiapkan agar sejak awal modal kerja pertanian diterima akan mendapat rekomendasi pertanian yang tepat, sistem pemupukan yang presisi, hingga penanganan hama dan pemanenan," ungkap Muhammad Iqbal dalam keterangan tertulisnya, Senin (4/1/2021).
Di sisi lain, kata dia, perbankan juga memanfaatkan smartfarming melalui dashboard dari aplikasi bertani untuk monitoring onfarm, pendampingan pertanian, yang muaranya untuk dapat memastikan kualitas kredit bank yang lebih baik dan inklusi keuangan di sektor pertanian.
"Memasuki musim panen, telah disiapkan fitur di dalam aplikasi agar mengakomodir hasil produksi petani diserap oleh offtaker mitra BNI. Dengan menempatkan alat sensor di lahan, maka kondisi tanaman sejak sebelum, saat tanam, pemeliharaan, hingga pemanenan dapat terpantau secara real time. Rekomendasi diperoleh dari alat sensor yang dapat menjangkau area hingga seluas 100 Ha akan terkoneksi dengan aplikasi yang disematkan ke dalam gadget berbasis android milik petani sehingga, kondisi lahan khususnya yang berkaitan dengan curah hujan, suhu, kondisi tanah (Ph), hingga kebutuhan pupuk dapat terdeteksi dengan mudah," ujar Iqbal.
Dari sisi cost efficiency, lanjut dia, maka rekomendasi dari sensor yang disematkan kedalam aplikasi di genggaman petani tidak hanya akan memudahkan petani, tetapi juga memberikan pola pertanian yang paling baik termasuk intensitas penggunaan pupuk.
Dengan demikian, petani akan menjadi lebih produktif, lebih efisien dan efektif, hasil lahan/ladangnya mudah dijangkau pasar, serta akhirnya menjadi petani yang profesional dan berkualitas. Dengan volume hasil panen yang meningkat dan kualitas hasil yang lebih baik maka kesejahteraan petani akan semakin terjamin.
tulis komentar anda