Menko Luhut: Masih Ada 22 Persen Masyarakat Tak Percaya Covid-19
Rabu, 03 Februari 2021 - 17:14 WIB
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengakui tidak mudah dalam penanganan pandemi Covid-19 di Tanah Air. Akan tetapi, pemerintah sudah berupaya mengatasi pandemi tersebut.
Menurut Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) itu, pandemi yang sulit diatasi ini, didukung kurangnya kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan. Bahkan, masih ada masyarakat yang tidak percaya dengan ancaman dari Covid-19.
"Bagaimana kita mengimplementasikan strategi ini, bagaimana kita mendisiplinkan orang-orang. Karena dari data kami, sekitar 22% orang tidak mempercayai Covid-19," ujar dia dalam acara Mandiri Investment Forum 2021, Rabu (3/2/2021).
( )
Kemudian, kata dia, apabila mengacu pada data Kementerian Kesehatan per tanggal 2 Februari, total kasus kumulatif berjumlah 1.099.687 orang sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret. Sementara, kasus positif baru per hari itu mencapai 10.379 orang. Kasus konfirmasi positif yang meninggal bertambah 304 orang dan totalnya 30.581 orang.
"Jadi jumlah orang yang tidak percaya dengan ancaman Covid-19 bisa saja lebih 22% atau bahkan mencapai 40%. Maka itu, pemerintah dan otoritas terkait pun kini tengah memperketat beragam prosedur dan program untuk meningkatkan kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan," ungkap dia.
( )
Dia menjelaskan Kemenag juga terlibat sekarang. Maka itu semua pesantren, semua pimpinan agama seperti muslim, kristen, buddha harus bekerja sama. Pihaknya juga tidak tinggal diam dengan keadaan yang terjadi saat ini. Apalagi, Covid-19 juga menyebabkan dampak negatif pada perekonomian Indonesia.
"Maka itu ekonomi akan sulit untuk pulih kalau pandemi masih ada di Indonesia. Dan target dari pemerintah Indonesia bagaimana kita bisa menangani dan tapi kita tetap bisa menggerakkan perekonomian," tandas dia.
Menurut Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) itu, pandemi yang sulit diatasi ini, didukung kurangnya kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan. Bahkan, masih ada masyarakat yang tidak percaya dengan ancaman dari Covid-19.
"Bagaimana kita mengimplementasikan strategi ini, bagaimana kita mendisiplinkan orang-orang. Karena dari data kami, sekitar 22% orang tidak mempercayai Covid-19," ujar dia dalam acara Mandiri Investment Forum 2021, Rabu (3/2/2021).
( )
Kemudian, kata dia, apabila mengacu pada data Kementerian Kesehatan per tanggal 2 Februari, total kasus kumulatif berjumlah 1.099.687 orang sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret. Sementara, kasus positif baru per hari itu mencapai 10.379 orang. Kasus konfirmasi positif yang meninggal bertambah 304 orang dan totalnya 30.581 orang.
"Jadi jumlah orang yang tidak percaya dengan ancaman Covid-19 bisa saja lebih 22% atau bahkan mencapai 40%. Maka itu, pemerintah dan otoritas terkait pun kini tengah memperketat beragam prosedur dan program untuk meningkatkan kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan," ungkap dia.
( )
Dia menjelaskan Kemenag juga terlibat sekarang. Maka itu semua pesantren, semua pimpinan agama seperti muslim, kristen, buddha harus bekerja sama. Pihaknya juga tidak tinggal diam dengan keadaan yang terjadi saat ini. Apalagi, Covid-19 juga menyebabkan dampak negatif pada perekonomian Indonesia.
"Maka itu ekonomi akan sulit untuk pulih kalau pandemi masih ada di Indonesia. Dan target dari pemerintah Indonesia bagaimana kita bisa menangani dan tapi kita tetap bisa menggerakkan perekonomian," tandas dia.
(ind)
tulis komentar anda