Anak Muda Penerus Takhta

Sabtu, 06 Februari 2021 - 07:00 WIB
Namun, sejak Maret 2019, John dipercaya untuk menakhodai LPKR. Beban berat pun harus dipikul anak muda yang selalu tampil necis ini. Selain membereskan masalah likuiditas, John juga harus melakukan restrukturisasi besar-besaran terhadap unit usaha di bawah kendalinya. Termasuk proyek prestisius warisan ayahnya di koridor timur Jakarta, yakni kota baru Meikarta. Bagi John, pandemi korona (Covid-19) selain menghadirkan tantangan, juga menghadirkan peluang. Meski berada di dalam kondisi tak menguntungkan, John tetap memacu karyawannya untuk terus kreatif. "Pandemi di sisi lain mendorong inovasi dan accelaration of trend , yaitu percepatan tren yang sudah ada. Salah satu tren adalah perubahan kehidupan dan pekerjaan dengan melakukan work from home (WFH),’’ katanya.

(Baca Juga : Sangar! BEI Depak OSO Sekuritas dari Bursa Saham )

Hal itulah yang membuat dirinya dan karyawannya terpacu untuk berinovasi dengan menghadirkan produk-produk yang membuat bisnisnya tetap melaju meski di tengah badai pandemi. ‘’Contohnya terjadi demand pasar untuk keseimbangan antara work, live and play. Kami menjawab tantangan itu dengan menghadirkan produk istimewa," tegasnya. Meski usianya masih tergolong muda, John dikenal sebagai CEO yang kerap memperhatikan kondisi karyawannya. Bahkan John kerap memberikan semangat kepada karyawannya dengan surat elektronik "Berita dari CEO" yang dikirimkan secara berkala.

Selain John, masih ada anak muda lain yang dipercaya untuk mewarisi bisnis keluarganya di sektor properti. Dia adalah Michael Widjaja, cucu pendiri Sinar Mas Group Eka Tjipta Widjaja. Michael didapuk menakhodai Sinar Mas Land yang memiliki proyek properti dari Serpong, Tangerang hingga London, Inggris. Berbeda dengan John, selepas sekolah Michael memulai karier di PT Duta Pertiwi, salah satu unit usaha Sinar Mas Group. Namun dia tak mendapatkan posisi apa-apa. Tugasnya hanya menemani ayahnya, Muchtar Widjaja, kemanapun sang ayah pergi. Termasuk saat memimpin rapat dengan para direksi dan karyawan lain. Pengalaman itulah yang membuat Michael menjadi tahu seluk-beluk bisnis yang sedang dijalankan keluarganya.

Kini sudah hampir satu dekade Michael menjadi nakhoda unit bisnis properti Sinar Mas Group. Di bawah kendalinya, Sinar Mas Land melakukan transformasi digital di semua aspek. Bahkan salah satu proyek prestisiusnya, yakni BSD City, digadang-gadang dan didesain menjadi kota digital. Ambisi besar Michael menjadikan kawasan BSD City dan kawasan pengembangan selanjutnya menjadi layaknya Silicon Valley di California, Amerika Serikat. Salah satu yang sudah dilakukan adalah membuka Apple Developer Academy di BSD City.

(Baca Juga : Elon Musk Bakal Investasi Proyek ESS Baterai Kendaraan Listrik di Indonesia )

Tak hanya itu, Michael pun berhasil memboyong salah satu perguruan tinggi ternama asal Australia, yakni Monash University, untuk membuka pusat pembelajaran di Gedung GOP 9 kawasan BSD Green Office Park BSD City. "Monash University akan melengkapi ekosistem pendidikan di BSD City sebagai perguruan tinggi luar negeri pertama yang beroperasi di Indonesia," ujar Michael. Michael mentransformasi BSD City menjadi integrated smart city berskala besar dan inovatif pertama di Indonesia. Smart city ini bersifat inklusif dan dapat diakses oleh semua masyarakat. Ambisi masa depannya adalah Sinar Mas Land memiliki visi untuk menciptakan kota masa depan dengan tempat tinggal yang cerdas.

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai perusahaan di tangan generasi ketiga akan lebih berhasil ketika mereka sudah memiliki desain yang mapan untuk manajemen, kendali, dan struktur keluarga. Meski begitu banyak juga perusahaan keluarga mengabaikan tata kelola sehingga mengakibatkan bisnisnya memiliki risiko.

Beberapa indikator tata kelola yang dimaksud semisal tidak ada kewajiban bagi anggota keluarga untuk membuktikan kompetensi mereka ketika bekerja di perusahaan keluarga, definisi jelas atas kompetensi jajaran direktur dalam melakukan kendali perusahaan dan manajemen peluang serta risiko di perusahaan.

Tidak ada aturan yang mengatur interaksi dengan pemegang saham yang bukan anggota keluarga, minimnya kekompakan keluarga, dan tidak ada pengaturan untuk mengelola konflik di keluarga dan perusahaan."Sebagaimana perkembangan bisnis keluarga, mereka akan butuh untuk terus berubah dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Mereka pun harus membangun hak-hak fundamental, sebab kesuksesan generasi penerus menjalankan bisnisnya dikarenakan kedisiplinan dan struktur yang baik," tutur Eko.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More