Harapan Baru Industri Asuransi
Rabu, 10 Februari 2021 - 05:59 WIB
“Karenanya, dalam jangka pendek hingga menengah, kita akan melihat konsolidasi di industri Insurtech baik melalui merger dan akuisisi, kerjasama teknologi jangka panjang, dan bahkan mungkin muncul saluran distribusi digital baru yang mendisrupsi," kata Hastanto di Jakarta beberapa waktu lalu.
Optimisme bakal kembali moncernya bisnis asuransi disampaikan Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu. Dia mengungkapkan, industri asuransi di dalam negeri tetap akan berkembang termasuk asuransi jiwa.
Beberapa indikator yang mendukung perkembangan industri asuransi jiwa antara lain, membaiknya kondisi ekonomi nasional ditopang program pemulihan ekonomi nasional dan membaiknya pasar modal. Indikator lainnya, kata dia, adanya pertumbuhan total pendapatan premi industri dari kuartal II ke III tahun 2020 sebesar 2,5%.
“Hasil investasi mengalami pertumbuhan signifikan. Pada kuartal I/2020 tercatat hasil investasi kami minus 47,85% menjadi minus 17,57% pada kuartal III/2020,” ujarnya kepada Koran SINDO di Jakarta kemarin.
Togar menjelaskan, sejak kuartal III tahun lalu hingga saat ini, tanda-tanda peningkatan kinerja asuransi sudah terlihat seiring membaiknya kesadaran masyarakat atas manfaat perlindungan asuransi jiwa. Sehingga, perusahaan-perusahaan berharap sentimen ini terus berlanjut dan menumbuhkan industri asuransi jiwa. Ujungnya, kata dia, turut berkontribusi bagi ketahanan keluarga. Adapun terkait penetrasi asuransi jiwa tentunya hal itu perlu ditingkatkan sebagai bagian dari inklusif keuangan dan perlindungan masyarakat.
Integritas Jadi Kunci
Lalu, bagaimana dengan sejumlah permasalah yang melanda beberapa perusahaan asuransi sehingga merugikan nasabah dalam beberapa tahun terakhir?
Terkait hal ini, ekonom senior Centre of Reform On Economic (CORE) Ina Primiana mengatakan, dalam kasus seperti yang dialami Jiwasraya maupun Asabri, kondisi tersebut menunjukkan bahwa persoalan integritas menjadi kunci utama dalam mengelola bisnis.
Apalagi pada kasus Jiwasraya yang notabene merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maka diperlukan sosok yang tidak saja mampu mendapatkan keuntungan dari pengelolaan dana masyarakat, tetapi juga harus berintegritas tinggi.
Optimisme bakal kembali moncernya bisnis asuransi disampaikan Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu. Dia mengungkapkan, industri asuransi di dalam negeri tetap akan berkembang termasuk asuransi jiwa.
Beberapa indikator yang mendukung perkembangan industri asuransi jiwa antara lain, membaiknya kondisi ekonomi nasional ditopang program pemulihan ekonomi nasional dan membaiknya pasar modal. Indikator lainnya, kata dia, adanya pertumbuhan total pendapatan premi industri dari kuartal II ke III tahun 2020 sebesar 2,5%.
“Hasil investasi mengalami pertumbuhan signifikan. Pada kuartal I/2020 tercatat hasil investasi kami minus 47,85% menjadi minus 17,57% pada kuartal III/2020,” ujarnya kepada Koran SINDO di Jakarta kemarin.
Togar menjelaskan, sejak kuartal III tahun lalu hingga saat ini, tanda-tanda peningkatan kinerja asuransi sudah terlihat seiring membaiknya kesadaran masyarakat atas manfaat perlindungan asuransi jiwa. Sehingga, perusahaan-perusahaan berharap sentimen ini terus berlanjut dan menumbuhkan industri asuransi jiwa. Ujungnya, kata dia, turut berkontribusi bagi ketahanan keluarga. Adapun terkait penetrasi asuransi jiwa tentunya hal itu perlu ditingkatkan sebagai bagian dari inklusif keuangan dan perlindungan masyarakat.
Integritas Jadi Kunci
Lalu, bagaimana dengan sejumlah permasalah yang melanda beberapa perusahaan asuransi sehingga merugikan nasabah dalam beberapa tahun terakhir?
Terkait hal ini, ekonom senior Centre of Reform On Economic (CORE) Ina Primiana mengatakan, dalam kasus seperti yang dialami Jiwasraya maupun Asabri, kondisi tersebut menunjukkan bahwa persoalan integritas menjadi kunci utama dalam mengelola bisnis.
Apalagi pada kasus Jiwasraya yang notabene merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maka diperlukan sosok yang tidak saja mampu mendapatkan keuntungan dari pengelolaan dana masyarakat, tetapi juga harus berintegritas tinggi.
tulis komentar anda