Ini Filosofi Meja Kerja Versi Menteri BUMN Erick Thohir
Senin, 15 Februari 2021 - 13:01 WIB
JAKARTA - Meja kerja menjadi instrumen penting bagi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir untuk menghindari budaya patron klien di Kementerian dan perusahaan BUMN. Patron klien merujuk pada status sosial-ekonomi antara atasan dan bawahan.
Erick mengutarakan, meja akan menjadi simbol patron klien antara dirinya dan pegawai di internal BUMN. Dengan begitu, akan ada gap atau kesenjangan antara menteri dan bawahan.
Sementara yang diinginkan adalah tidak ada pemisahan secara tegas antara menteri dan bawahan. Erick berupaya agar adanya ruang diskusi yang terbuka dan harmonis di terbangun di lingkungan BUMN.
( )
"Ya kalau meja ini tuh pemikirannya gimana ya, seperti seseorang harus menghadap kita. Berarti secara pembicaraan sudah ada atasan dan bawahan. Kalau di meja panjang (meja yang digunakan) seperti itu, kita lebih sangat terbuka karena kita semua sejajar. Tujuannya tidak ada jarak antara bawahan dan atasan untuk berdiskusi," ujar Erick dalam sebuah wawancara dikutip Senin(15/2/2021).
( )
Mantan Bos Inter Milan itu mengakui, meja yang dia gunakan bukanlah meja kerja yang biasa digunakan oleh atasan di perusahaan-perusahan ternama. Namun, sebuah meja panjang, di mana meja itu sama seperti yang digunakan oleh bawahannya di Kementerian BUMN. "Mejanya bukan meja seperti ini (meja atasan) meja biasa, meja panjang, karena ya nggak tahu, kebiasaan," katanya.
( )
Erick percaya bahwa sukses bisa tercapai bila ada kerja sama yang baik antara atasan dan bawahan. Selain itu, sebagai pemimpin dia juga harus memberikan arahan yang jelas kepada bawahannya.
"Dan filosofi meja itu penting karena saya rasa sampai sekarang ini sangat terasa karena tadi, kita sama mejanya, tidak ada kursi khusus, jadi suasananya lebih enak lah," tutur dia.
Erick mengutarakan, meja akan menjadi simbol patron klien antara dirinya dan pegawai di internal BUMN. Dengan begitu, akan ada gap atau kesenjangan antara menteri dan bawahan.
Sementara yang diinginkan adalah tidak ada pemisahan secara tegas antara menteri dan bawahan. Erick berupaya agar adanya ruang diskusi yang terbuka dan harmonis di terbangun di lingkungan BUMN.
( )
"Ya kalau meja ini tuh pemikirannya gimana ya, seperti seseorang harus menghadap kita. Berarti secara pembicaraan sudah ada atasan dan bawahan. Kalau di meja panjang (meja yang digunakan) seperti itu, kita lebih sangat terbuka karena kita semua sejajar. Tujuannya tidak ada jarak antara bawahan dan atasan untuk berdiskusi," ujar Erick dalam sebuah wawancara dikutip Senin(15/2/2021).
( )
Mantan Bos Inter Milan itu mengakui, meja yang dia gunakan bukanlah meja kerja yang biasa digunakan oleh atasan di perusahaan-perusahan ternama. Namun, sebuah meja panjang, di mana meja itu sama seperti yang digunakan oleh bawahannya di Kementerian BUMN. "Mejanya bukan meja seperti ini (meja atasan) meja biasa, meja panjang, karena ya nggak tahu, kebiasaan," katanya.
( )
Erick percaya bahwa sukses bisa tercapai bila ada kerja sama yang baik antara atasan dan bawahan. Selain itu, sebagai pemimpin dia juga harus memberikan arahan yang jelas kepada bawahannya.
"Dan filosofi meja itu penting karena saya rasa sampai sekarang ini sangat terasa karena tadi, kita sama mejanya, tidak ada kursi khusus, jadi suasananya lebih enak lah," tutur dia.
(ind)
tulis komentar anda