China Rebut Kembali Posisi Mitra Dagang Utama India di Tengah Konflik Berdarah
Rabu, 24 Februari 2021 - 07:50 WIB
BEIJING - China telah mendapatkan kembali posisinya sebagai mitra dagang utama India , meskipun hubungan kedua negara memanas. Kedua negara terlibat dalam konflik perbatasan berdarah tahun lalu hingga perang teknologi, dimana India melarang 220 aplikasi asal China.
Dilansir BBC, hal itu tidak menghentikan China melompati Amerika Serikat (AS) pada 2020 untuk menjadi mitra dagang terbesar India. Perdagangan dua arah antara saingan ekonomi dan strategis Asia telah lama berdiri dengan nilai sebesar USD77,7 miliar tahun lalu.
Meskipun angka tersebut lebih rendah dari total USD85.5 miliar tahun sebelumnya, itu sudah cukup untuk membuat Negeri Tirai Bambu -julukan China- menjadi mitra komersial terbesar China India, menurut data sementara dari kementerian perdagangan Delhi.
Arus perdagangan global telah tertahan selama pandemi, meskipun masih ada permintaan yang kuat untuk peralatan medis. Meskipun ada upaya oleh India untuk menjadi lebih mandiri dan mengekang perdagangan dengan Beijing, namun mereka masih sangat bergantung pada mesin berat buatan China, peralatan telekomunikasi dan peralatan rumah tangga.
Total impor dari China mencapai USD58,7 miliar, yang melebihi pembelian gabungan India dari AS dan UEA - mitra dagang terbesar kedua dan ketiganya. "Ketergantungan berkelanjutan pada impor China adalah karena kurangnya ketersediaan di dalam negeri," kata ekonom National University of Singapore, Amitendu Palit yang berspesialisasi dalam perdagangan internasional.
"Impor dari China murah dan tersedia dengan cepat dalam jumlah yang cukup. Impor dari beberapa sumber lain tidak efisien, dan belum tentu tersedia, berbeda dengan yang berasal dari China," tambahnya.
Seperti diketahui Kedua negara terlibat dalam sengketa perbatasan Himalaya, pada bulan Juni lalu yang setidaknya menewaskan 20 tentara India dalam bentrokan dengan pasukan China.
Pekan lalu, China mengungkapkan bahwa empat tentaranya juga telah tewas dalam pertempuran. Insiden ini adalah bentrokan mematikan pertama di daerah perbatasan setidaknya selama 45 tahun.
Menanggapi bentrokan itu, pemerintah India melarang TikTok, WeChat dan lebih dari 200 aplikasi buatan China lainnya pada bulan Juni dengan mengatakan mereka berbahaya bagi negara.
Dalam sebuah pernyataan, dikatakan aplikasi-aplikasi itu "diduga ancaman terhadap kedaulatan dan integritas India, pertahanan India, keamanan negara dan ketertiban umum".
Dilansir BBC, hal itu tidak menghentikan China melompati Amerika Serikat (AS) pada 2020 untuk menjadi mitra dagang terbesar India. Perdagangan dua arah antara saingan ekonomi dan strategis Asia telah lama berdiri dengan nilai sebesar USD77,7 miliar tahun lalu.
Meskipun angka tersebut lebih rendah dari total USD85.5 miliar tahun sebelumnya, itu sudah cukup untuk membuat Negeri Tirai Bambu -julukan China- menjadi mitra komersial terbesar China India, menurut data sementara dari kementerian perdagangan Delhi.
Arus perdagangan global telah tertahan selama pandemi, meskipun masih ada permintaan yang kuat untuk peralatan medis. Meskipun ada upaya oleh India untuk menjadi lebih mandiri dan mengekang perdagangan dengan Beijing, namun mereka masih sangat bergantung pada mesin berat buatan China, peralatan telekomunikasi dan peralatan rumah tangga.
Total impor dari China mencapai USD58,7 miliar, yang melebihi pembelian gabungan India dari AS dan UEA - mitra dagang terbesar kedua dan ketiganya. "Ketergantungan berkelanjutan pada impor China adalah karena kurangnya ketersediaan di dalam negeri," kata ekonom National University of Singapore, Amitendu Palit yang berspesialisasi dalam perdagangan internasional.
"Impor dari China murah dan tersedia dengan cepat dalam jumlah yang cukup. Impor dari beberapa sumber lain tidak efisien, dan belum tentu tersedia, berbeda dengan yang berasal dari China," tambahnya.
Seperti diketahui Kedua negara terlibat dalam sengketa perbatasan Himalaya, pada bulan Juni lalu yang setidaknya menewaskan 20 tentara India dalam bentrokan dengan pasukan China.
Pekan lalu, China mengungkapkan bahwa empat tentaranya juga telah tewas dalam pertempuran. Insiden ini adalah bentrokan mematikan pertama di daerah perbatasan setidaknya selama 45 tahun.
Menanggapi bentrokan itu, pemerintah India melarang TikTok, WeChat dan lebih dari 200 aplikasi buatan China lainnya pada bulan Juni dengan mengatakan mereka berbahaya bagi negara.
Dalam sebuah pernyataan, dikatakan aplikasi-aplikasi itu "diduga ancaman terhadap kedaulatan dan integritas India, pertahanan India, keamanan negara dan ketertiban umum".
(akr)
tulis komentar anda