Simak! Begini Strategi PLN Kembangkan Pembangkit EBT
Jum'at, 12 Maret 2021 - 00:00 WIB
JAKARTA - PT PLN (Persero) berkomitmen dalam mendukung program pemerintah untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) 23%. Direktur Mega Proyek dan EBT PLN Ikhsan Asaad mengatakan, strategi yang dilakukan PLN antara lain pengembangan pembangkit dengan mempertimbangkan keselarasan supply demand, potensi ketersediaan sumber energi setempat, keekonomian, keandalan, ketahanan energi nasional, dan sustainability.
"Misalkan di daerah-daerah timur yang radiasi panasnya tinggi seperti di Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua, itu akan kita kembangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Di daerah lain yang banyak sumber airnya seperti Sumatera, Sulawesi, Kalimantan akan terus kita kembangkan minihidro, mikrohidro, dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA)," ujarnya dalam webinar National Energy Week “Prospek Energi Terbarukan: Strategi dan implementasi”, Kamis (11/3/2021).
Dia menuturkan, pada lima tahun lalu, pemerintah telah menetapkan mega proyek 35.000 megawatt (MW) di mana pada saat itu porsi dari EBT kurang lebih hanya 3.000 MW. Proyek tersebut terus berjalan dengan asumsi pertumbuhan listrik mencapai 8-9%. Namun kenyataannya dalam lima tahun terakhir konsumsi listrik hanya tumbuh 4-5%. Akibatnya terjadi kelebihan pasokan di beberapa sistem kelistrikan besar seperti Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
"Apalagi sejak tahun lalu dengan adanya pandemi Covid-19 membuat demand listrik makin menurun. Jadi kita tetap mempertimbangkan keselarasan supply demand," tuturnya.
Dia melanjutkan, PLN juga akan mengakselerasi pengembangan pada daerah defisit serta daerah yang menggunakan BBM impor sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Menurut dia, ada sekitar 5.200 unit genset yang sekarang masih dioperasikan terutama di daerah 3T sekitar 2.000 MW. "Ke depan ini akan terus kita dorong bagaimana mengonversi PLTD dengan renewable energy sesuai kondisi tempat," jelasnya.
Ikhsan menambahkan, pada sistem kelistrikan dengan reserve margin besar perlu mempertimbangkan harmonisasi supply demand. "Sistem kelistrikan reserve di Jawa-Bali ini margin-nya sangat besar. Di Jawa ini hampir 50% cadangan yang tersedia. Ini tentu kita dorong bagaimana menarik investasi masuk ke Indonesia dan meng-create demand, industri-industri masuk ke tanah air. Kita tahu industri ini konsumsi listriknya cukup besar," ungkapnya.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, komposisi bauran EBT Indonesia baru separuh perjalanan dari target sebesar 23% di tahun 2025. Pada tahun 2020, komposisi bauran energi di Indonesia antara lain 38% batu bara, 31,6% minyak bumi, 19,2% gas bumi, dan EBT 11,2%.
"Kita sebenarnya punya semua sumber daya energi dari energi laut, panas bumi yang terbesar kedua di dunia. Demikian juga dengan bioenergi, bayu. Jadi potensinya besar namun pemanfaatannya memang masih rendah," tuturnya
"Misalkan di daerah-daerah timur yang radiasi panasnya tinggi seperti di Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua, itu akan kita kembangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Di daerah lain yang banyak sumber airnya seperti Sumatera, Sulawesi, Kalimantan akan terus kita kembangkan minihidro, mikrohidro, dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA)," ujarnya dalam webinar National Energy Week “Prospek Energi Terbarukan: Strategi dan implementasi”, Kamis (11/3/2021).
Dia menuturkan, pada lima tahun lalu, pemerintah telah menetapkan mega proyek 35.000 megawatt (MW) di mana pada saat itu porsi dari EBT kurang lebih hanya 3.000 MW. Proyek tersebut terus berjalan dengan asumsi pertumbuhan listrik mencapai 8-9%. Namun kenyataannya dalam lima tahun terakhir konsumsi listrik hanya tumbuh 4-5%. Akibatnya terjadi kelebihan pasokan di beberapa sistem kelistrikan besar seperti Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
"Apalagi sejak tahun lalu dengan adanya pandemi Covid-19 membuat demand listrik makin menurun. Jadi kita tetap mempertimbangkan keselarasan supply demand," tuturnya.
Dia melanjutkan, PLN juga akan mengakselerasi pengembangan pada daerah defisit serta daerah yang menggunakan BBM impor sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Menurut dia, ada sekitar 5.200 unit genset yang sekarang masih dioperasikan terutama di daerah 3T sekitar 2.000 MW. "Ke depan ini akan terus kita dorong bagaimana mengonversi PLTD dengan renewable energy sesuai kondisi tempat," jelasnya.
Ikhsan menambahkan, pada sistem kelistrikan dengan reserve margin besar perlu mempertimbangkan harmonisasi supply demand. "Sistem kelistrikan reserve di Jawa-Bali ini margin-nya sangat besar. Di Jawa ini hampir 50% cadangan yang tersedia. Ini tentu kita dorong bagaimana menarik investasi masuk ke Indonesia dan meng-create demand, industri-industri masuk ke tanah air. Kita tahu industri ini konsumsi listriknya cukup besar," ungkapnya.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, komposisi bauran EBT Indonesia baru separuh perjalanan dari target sebesar 23% di tahun 2025. Pada tahun 2020, komposisi bauran energi di Indonesia antara lain 38% batu bara, 31,6% minyak bumi, 19,2% gas bumi, dan EBT 11,2%.
"Kita sebenarnya punya semua sumber daya energi dari energi laut, panas bumi yang terbesar kedua di dunia. Demikian juga dengan bioenergi, bayu. Jadi potensinya besar namun pemanfaatannya memang masih rendah," tuturnya
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda