Impor Masih Seret, Neraca Dagang Diprediksi Surplus USD2,62 Miliar
Senin, 15 Maret 2021 - 08:59 WIB
JAKARTA - Neraca dagang pada bulan Februari diperkirakan mengalami kenaikan surplus menjadi USD2,62 miliar, dari bulan sebelumnya sebesar USD1,96 miliar.
Ekonom Josua Pardede mengatakan pelebaran neraca dagang pada Feburari 2021 diperkirakan cenderung akibat penurunan pertumbuhan impor secara bulanan.
"Meskipun demikian, karena pengaruh rendahnya kinerja impor pada bulan Februadi 20 lalu, laju pertumbuhan tahunan dari impor diperkiran tercatat positif sebesar 9,97% (year on year/yoy)," kata Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Senin (15/3/2021).
Menurut dia, penurunan impor secara bulanan disebabkan oleh menurunnya aktivitas manufaktur Indonesia, terindikasi dari penurunan PMI Indonesia menjadi sebesar 50,9 dari sebelumnya sebesar 52,2.
Sementara itu, dari sisi ekspor, diperkirakan secara bulanan pun, eskpor akan mengalami penurunan, meskipun secara tahunan akan tercatat bertumbuh sebesar 9,97% yoy, melambat bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang bertumbuh sebesar 12,24% yoy.
"Perlambatan dari sisi ekspor disebabkan oleh penurunan permintaan dari negara-negara mitra dagang Indonesia, seperti India, China, serta AS, terlihat dari menurunnya PMI Manufacturing dari negara-negara tersebut," katanya
Namun demikian, penurunan ekspor diprediksi tidak terlalu dalam, sejalan dengan masih bertumbuhnya harga komoditas utama unggulan Indonesia, seperti CPO.
Ekonom Josua Pardede mengatakan pelebaran neraca dagang pada Feburari 2021 diperkirakan cenderung akibat penurunan pertumbuhan impor secara bulanan.
"Meskipun demikian, karena pengaruh rendahnya kinerja impor pada bulan Februadi 20 lalu, laju pertumbuhan tahunan dari impor diperkiran tercatat positif sebesar 9,97% (year on year/yoy)," kata Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Senin (15/3/2021).
Menurut dia, penurunan impor secara bulanan disebabkan oleh menurunnya aktivitas manufaktur Indonesia, terindikasi dari penurunan PMI Indonesia menjadi sebesar 50,9 dari sebelumnya sebesar 52,2.
Sementara itu, dari sisi ekspor, diperkirakan secara bulanan pun, eskpor akan mengalami penurunan, meskipun secara tahunan akan tercatat bertumbuh sebesar 9,97% yoy, melambat bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang bertumbuh sebesar 12,24% yoy.
"Perlambatan dari sisi ekspor disebabkan oleh penurunan permintaan dari negara-negara mitra dagang Indonesia, seperti India, China, serta AS, terlihat dari menurunnya PMI Manufacturing dari negara-negara tersebut," katanya
Namun demikian, penurunan ekspor diprediksi tidak terlalu dalam, sejalan dengan masih bertumbuhnya harga komoditas utama unggulan Indonesia, seperti CPO.
(fai)
tulis komentar anda