Rupiah Lunglai Ditekuk Dolar AS, Intip Penyebabnya
Rabu, 17 Maret 2021 - 16:22 WIB
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan sore ini. Mata uang Garuda tercatat melemah 17 poin atau berada di level Rp14.427 per dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, turunnya nilai tukar rupiah dikarenakan pemerintah secara terang-terangan memiliki kekhawatiran terhadap ancaman ekonomi di masa yang akan datang, bukan hanya buruk bagi Indonesia, tapi juga dunia. Hal itu dikarenakan kebijakan stimulus yang jor-joran dari Amerika Serikat sehingga mengakibatkan harga-harga komoditas melonjak lebih tinggi.
"Kekhawatiran ini kemudian diketahui berdasarkan Laporan World Economic Forum (WEF) bertajuk The Global Risk Report 2021. Laporan ini tentang bagaimana banyak negara dihadapkan konsekuensi atas kebijakan yang diambil ketika menghadapi pandemi," katanya dalam riset hariannya, Rabu (17/3/2021).
Dia menjelaskan, berbagai risiko diidentifikasi dengan adanya kebijakan countercyclical seluruh negara di dunia. Ke depannya akan ada berbagai risiko asset bubbles, price instability, commodity shocks and debt crises dan risiko geopolitik.
Sementara itu dalam jangka waktu 10 tahun ke depan, maka risiko yang perlu dikhawatirkan adalah cuaca ekstrim, kegagalan tindakan iklim dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh manusia. Untuk menghindari hal tersebut maka pemerintah sepertinya tidak punya pilihan lain, selain pulih lebih cepat.
"Pemulihan ini kan salah satu fungsinya adalah confident masyarakatnya pulih dalam aktivitas ekonomi, mulai dari konsumsi, investasi, belanja rumah tangga, dan lain-lain. Sehingga ancaman besar tersebut tidak melanda ekonomi tanah air. Khususnya untuk jangka pendek dan menengah," terangnya.
Selain itu Bank Indonesia harus bisa memanfaatkan situasi seperti ini dengan strategi bauran ekonominya guna untuk bisa menstabilkan mata uang rupiahnya. "Kebijakan tersebut bukan fokus ke menurunkan suku bunga acuan tetapi tetap melakukan intervensi di pasar obligasi dan valas di perdagangan DNDF," tandasnya.
Sedangkan untuk perdagangan Kamis (18/3), mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup menguat di rentang Rp14.400 - Rp14.450 per dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, turunnya nilai tukar rupiah dikarenakan pemerintah secara terang-terangan memiliki kekhawatiran terhadap ancaman ekonomi di masa yang akan datang, bukan hanya buruk bagi Indonesia, tapi juga dunia. Hal itu dikarenakan kebijakan stimulus yang jor-joran dari Amerika Serikat sehingga mengakibatkan harga-harga komoditas melonjak lebih tinggi.
"Kekhawatiran ini kemudian diketahui berdasarkan Laporan World Economic Forum (WEF) bertajuk The Global Risk Report 2021. Laporan ini tentang bagaimana banyak negara dihadapkan konsekuensi atas kebijakan yang diambil ketika menghadapi pandemi," katanya dalam riset hariannya, Rabu (17/3/2021).
Dia menjelaskan, berbagai risiko diidentifikasi dengan adanya kebijakan countercyclical seluruh negara di dunia. Ke depannya akan ada berbagai risiko asset bubbles, price instability, commodity shocks and debt crises dan risiko geopolitik.
Sementara itu dalam jangka waktu 10 tahun ke depan, maka risiko yang perlu dikhawatirkan adalah cuaca ekstrim, kegagalan tindakan iklim dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh manusia. Untuk menghindari hal tersebut maka pemerintah sepertinya tidak punya pilihan lain, selain pulih lebih cepat.
"Pemulihan ini kan salah satu fungsinya adalah confident masyarakatnya pulih dalam aktivitas ekonomi, mulai dari konsumsi, investasi, belanja rumah tangga, dan lain-lain. Sehingga ancaman besar tersebut tidak melanda ekonomi tanah air. Khususnya untuk jangka pendek dan menengah," terangnya.
Baca Juga
Selain itu Bank Indonesia harus bisa memanfaatkan situasi seperti ini dengan strategi bauran ekonominya guna untuk bisa menstabilkan mata uang rupiahnya. "Kebijakan tersebut bukan fokus ke menurunkan suku bunga acuan tetapi tetap melakukan intervensi di pasar obligasi dan valas di perdagangan DNDF," tandasnya.
Sedangkan untuk perdagangan Kamis (18/3), mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup menguat di rentang Rp14.400 - Rp14.450 per dolar AS.
(ind)
tulis komentar anda