Kerugian atas Terbakarnya Kilang Balongan: Ahok Bilang Masih Dihitung, Pengamat Sebut Capai Ratusan Miliar
Rabu, 31 Maret 2021 - 14:57 WIB
JAKARTA - Dewas direksi PT Pertamina (Persero) tengah menghitung kerugian akibat insiden kebakaran dan meledaknya empat tangki Kilang Refinery Unit (RU) VI di Balongan, Indramayu, Jawa Barat. Saat ini angka pasti kerugian belum disampaikan manajemen.
Kabar kalkulasi kerugian itu disampaikan komisaris utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. "Sedang direksi hitung. Bisa ditanyakan itu," ujar Ahok saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Rabu (31/3/2021). ( Baca juga:Pertamina International Shipping Luncurkan VLCC Pertamina Prime )
Meski proses perhitungan tengah dilakukan manajemen BUMN sektor energi tersebut, perkiraan kerugian sementara mencapai ratusan miliar. Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mencatat, kerugian yang dialami Pertamina akibat terbakarnya Kilang Balongan cukup besar.
"Angka pasti saya enggak bisa jawab, karena saya enggak punya datanya. Perkiraan bisa ratusan miliar," kata Fabby saat dimintai pendapatnya.
Hitungan Fabby didasari pada jenis-jenis kerugian yang dialami Pertamina. Pertama, distribusi bahan bakar minyak (BBM) yang berhenti sementara. Pemberhentian produksi sendiri disebabkan empat tangki penyimpanan BBM dilalap api seperti, tangki T-301, T-301G, T301-F, dan T-301E. Secara keseluruhan ada 72 tangki di Kilang Balongan.
"Yang jelas, kalau kita menghitung kerugiannya itu. Satu, kerugian akibat minyak yang terbakar. Kan itu ada empat tangki ya, yang terbakar. Ada tangki yang terbakar, maka di situ ada minyak yang siap untuk di jual atau didistribusikan. Satu kerugiannya itu," katanya.
Kedua, kerugian dari sisi infrastruktur. Usai insiden tersebut, perseroan negara itu harus menggelontorkan dana untuk pembagunan kembali empat tangki dan peralatan pendukung lain.
Ketiga, kerugian karena adanya biaya untuk melakukan pemadaman. Dana pemadaman diperkirakan cukup besar. Kemudian kerugian akibat terhentinya operasi kilang selama beberapa hari mendatang. ( Baca juga:Pertama di Dunia, Rusia Ciptakan Vaksin COVID-19 untuk Hewan )
"Kata Pertamina 5 hingga 6 hari, tapi saya memperkirakan bisa lebih daripada itu. Apalagi akan ada investigasi. Sementara investigasi bisa dilakukan jika semuanya padam. Lalu butuh beberapa hari bagi polisi untuk melakukan olah TKP. Selama proses itu, kilang mungkin tidak berjalan. Artinya, selama kilang tidak berjalan, maka penerimaan dari kilang akan berkurang karena tidak ada produksi," kata Fabby.
Terakhir adalah kerugian dari selisih harga biaya impor BBM. Fabby menilai, Pertamina harus melakukan impor untuk menutupi 125.000 per barel per hari. Langkah ini seiring dengan berhentinya pendistribusian minyak. "Walau sekarang masih aman cadangan pasokan BBM, tapi ke depan kemungkinan impor. Nah ada biaya tambahan impor," tutur dia.
Kabar kalkulasi kerugian itu disampaikan komisaris utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. "Sedang direksi hitung. Bisa ditanyakan itu," ujar Ahok saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Rabu (31/3/2021). ( Baca juga:Pertamina International Shipping Luncurkan VLCC Pertamina Prime )
Meski proses perhitungan tengah dilakukan manajemen BUMN sektor energi tersebut, perkiraan kerugian sementara mencapai ratusan miliar. Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mencatat, kerugian yang dialami Pertamina akibat terbakarnya Kilang Balongan cukup besar.
"Angka pasti saya enggak bisa jawab, karena saya enggak punya datanya. Perkiraan bisa ratusan miliar," kata Fabby saat dimintai pendapatnya.
Hitungan Fabby didasari pada jenis-jenis kerugian yang dialami Pertamina. Pertama, distribusi bahan bakar minyak (BBM) yang berhenti sementara. Pemberhentian produksi sendiri disebabkan empat tangki penyimpanan BBM dilalap api seperti, tangki T-301, T-301G, T301-F, dan T-301E. Secara keseluruhan ada 72 tangki di Kilang Balongan.
"Yang jelas, kalau kita menghitung kerugiannya itu. Satu, kerugian akibat minyak yang terbakar. Kan itu ada empat tangki ya, yang terbakar. Ada tangki yang terbakar, maka di situ ada minyak yang siap untuk di jual atau didistribusikan. Satu kerugiannya itu," katanya.
Kedua, kerugian dari sisi infrastruktur. Usai insiden tersebut, perseroan negara itu harus menggelontorkan dana untuk pembagunan kembali empat tangki dan peralatan pendukung lain.
Ketiga, kerugian karena adanya biaya untuk melakukan pemadaman. Dana pemadaman diperkirakan cukup besar. Kemudian kerugian akibat terhentinya operasi kilang selama beberapa hari mendatang. ( Baca juga:Pertama di Dunia, Rusia Ciptakan Vaksin COVID-19 untuk Hewan )
"Kata Pertamina 5 hingga 6 hari, tapi saya memperkirakan bisa lebih daripada itu. Apalagi akan ada investigasi. Sementara investigasi bisa dilakukan jika semuanya padam. Lalu butuh beberapa hari bagi polisi untuk melakukan olah TKP. Selama proses itu, kilang mungkin tidak berjalan. Artinya, selama kilang tidak berjalan, maka penerimaan dari kilang akan berkurang karena tidak ada produksi," kata Fabby.
Terakhir adalah kerugian dari selisih harga biaya impor BBM. Fabby menilai, Pertamina harus melakukan impor untuk menutupi 125.000 per barel per hari. Langkah ini seiring dengan berhentinya pendistribusian minyak. "Walau sekarang masih aman cadangan pasokan BBM, tapi ke depan kemungkinan impor. Nah ada biaya tambahan impor," tutur dia.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda