Citra Sawit RI Jelek, Padahal Sektor Penting Ekonomi Nasional dan Produsen Terbesar
Rabu, 31 Maret 2021 - 21:38 WIB
JAKARTA - Kelapa sawit merupakan sektor penting dalam perekonomian nasional. Diketahui, Indonesia bersama Malaysia secara total menghasilkan sekitar 82% total produksi minyak sawit di dunia. Di mana, suplai pasokan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia ke dunia mencapai 56%.
Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Ditjen Perdagangan Luar Negeri, Asep Asmara menuturkan, Indonesia juga sebagai produsen sekaligus eksportir terbesar untuk produk kelapa sawit. Sayangnya, kelapa sawit Indonesia sering mendapat hambatan berupa kampanye negatif.
“Mulai dari isu lingkungan, isu tenaga kerja, hingga isu kesehatan. Hal ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk memperbaiki citra kelapa sawit Indonesia,” tuturnya dalam acara INAPalmOil Talk Show secara virtual, Rabu (31/3/2021).
Asep menjelaskan, mengenai hal tersebut pemerintah sudah melakukan upaya dengan kampanye positif dan juga memperketat peraturan terkait Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) melalui diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) No 44 tahun 2020.
“Jadi di sini kita memang benar-benar berkomitmen bahwa kelapa sawit Indonesia diproduksi, dihasilkan, dan berusaha untuk suistanable sehingga bisa diterima di negara lain,” jelas dia.
Lanjutnya, industri sawit juga mampu menyerap sekitar 5,3 juta tenaga kerja dan juga merupakan sumber pendapatan atau penghidupan sekitar 21 juta petani dan keluarganya.
“Ini merupakan hal yang memang sungguh luar biasa. Jadi pihak Uni Eropa yang mengklaim bahwa industri sawit kita ya dari segi lingkungan juga dari segi kesehatan, nyatanya ini memang mampu memberikan tenaga kerja dan juga sumber penghasilan bagi masyarakat kita,” ucap Asep.
Sementara itu, kata dia, di saat sektor lain melemah akibat pandemi Covid-19, sektor sawit justru memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Indonesia.
“Dilihat dari ekspornya cukup naik, kemudian ada juga bahwa pemerintah Indonesia dalam hal ini sedang memprogramkan mendukung program biodiesel (B30). Di mana pemerintah pada tahun 2021 dengan target alokasi penyaluran sebesar 9,2 juta KL,” ujar Asep.
Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Ditjen Perdagangan Luar Negeri, Asep Asmara menuturkan, Indonesia juga sebagai produsen sekaligus eksportir terbesar untuk produk kelapa sawit. Sayangnya, kelapa sawit Indonesia sering mendapat hambatan berupa kampanye negatif.
“Mulai dari isu lingkungan, isu tenaga kerja, hingga isu kesehatan. Hal ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk memperbaiki citra kelapa sawit Indonesia,” tuturnya dalam acara INAPalmOil Talk Show secara virtual, Rabu (31/3/2021).
Asep menjelaskan, mengenai hal tersebut pemerintah sudah melakukan upaya dengan kampanye positif dan juga memperketat peraturan terkait Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) melalui diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) No 44 tahun 2020.
“Jadi di sini kita memang benar-benar berkomitmen bahwa kelapa sawit Indonesia diproduksi, dihasilkan, dan berusaha untuk suistanable sehingga bisa diterima di negara lain,” jelas dia.
Lanjutnya, industri sawit juga mampu menyerap sekitar 5,3 juta tenaga kerja dan juga merupakan sumber pendapatan atau penghidupan sekitar 21 juta petani dan keluarganya.
“Ini merupakan hal yang memang sungguh luar biasa. Jadi pihak Uni Eropa yang mengklaim bahwa industri sawit kita ya dari segi lingkungan juga dari segi kesehatan, nyatanya ini memang mampu memberikan tenaga kerja dan juga sumber penghasilan bagi masyarakat kita,” ucap Asep.
Sementara itu, kata dia, di saat sektor lain melemah akibat pandemi Covid-19, sektor sawit justru memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Indonesia.
“Dilihat dari ekspornya cukup naik, kemudian ada juga bahwa pemerintah Indonesia dalam hal ini sedang memprogramkan mendukung program biodiesel (B30). Di mana pemerintah pada tahun 2021 dengan target alokasi penyaluran sebesar 9,2 juta KL,” ujar Asep.
(akr)
tulis komentar anda