Strategi Industri Jamu Agar Tetap 'Greng' Saat Pandemi
Jum'at, 09 April 2021 - 13:04 WIB
JAKARTA - Ketua Umum Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Dwi Ranny Pertiwi Zarman mengatakan, pemasaran produk jamu di tengah pandemi Covid-19 masih stabil. Meski begitu, dia mengakui ada yang mengalami penurunan bahkan sampai gulung tikar selama masa pandemi Covid-19.
"Tetapi untuk rempah-rempah itu justru naik karena banyak juga permintaan ekspor ke beberapa negara," ujarnya pada Market Review IDX Channel, Jumat (9/4/2021).
Dia menuturkan, produk jamu yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh mengalami peningkatan yang cukup signifikan selama pandemi Covid-19. Masyarakat percaya bahwa jamu dapat meningkatkan daya tahan tubuh di tengah merebaknya kasus Covid-19. "Beberapa merek baru pun bermunculan untuk indikasi menaikkan daya tahan tubuh," ungkapnya.
Menurut dia, pelaku industri jamu yang tidak membuat produk yang berkaitan dengan imunitas tubuh harus mengatur strategi agar tetap laku di pasaran. Bahkan, mereka menambah produk baru yang berkaitan dengan kekebalan tubuh.
"Ada industri yang masuk kategori jamu tetapi produksinya misalnya minyak oles, atau bahkan hanya ramuan yang tidak terkait dengan imunitas. Itu memang penjualannya turun drastis. Jadi dia harus menambah produk baru dan itu banyak sekali yang mendaftar di BPOM untuk produk seperti itu," jelasnya.
Sebelumnya, Ranny optimistis industri jamu tahun ini bisa tumbuh 5% setelah tahun lalu merosot 30%. Menurut dia, masyarakat kini sudah semakin paham bahwa jamu terbukti baik untuk kesehatan dan meningkatkan daya tahan tubuh.
"Tetapi untuk rempah-rempah itu justru naik karena banyak juga permintaan ekspor ke beberapa negara," ujarnya pada Market Review IDX Channel, Jumat (9/4/2021).
Dia menuturkan, produk jamu yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh mengalami peningkatan yang cukup signifikan selama pandemi Covid-19. Masyarakat percaya bahwa jamu dapat meningkatkan daya tahan tubuh di tengah merebaknya kasus Covid-19. "Beberapa merek baru pun bermunculan untuk indikasi menaikkan daya tahan tubuh," ungkapnya.
Menurut dia, pelaku industri jamu yang tidak membuat produk yang berkaitan dengan imunitas tubuh harus mengatur strategi agar tetap laku di pasaran. Bahkan, mereka menambah produk baru yang berkaitan dengan kekebalan tubuh.
"Ada industri yang masuk kategori jamu tetapi produksinya misalnya minyak oles, atau bahkan hanya ramuan yang tidak terkait dengan imunitas. Itu memang penjualannya turun drastis. Jadi dia harus menambah produk baru dan itu banyak sekali yang mendaftar di BPOM untuk produk seperti itu," jelasnya.
Sebelumnya, Ranny optimistis industri jamu tahun ini bisa tumbuh 5% setelah tahun lalu merosot 30%. Menurut dia, masyarakat kini sudah semakin paham bahwa jamu terbukti baik untuk kesehatan dan meningkatkan daya tahan tubuh.
(ind)
tulis komentar anda