Proyeksi Ekonom UI: Neraca Dagang Maret Surplus USD1,55 Miliar
Kamis, 15 April 2021 - 09:11 WIB
JAKARTA - Neraca perdagangan Maret diperkirakan surplus USD1,55 miliar, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat surplus USD2,0 miliar. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan penurunan surplus perdagangan dipengaruhi oleh laju ekspor bulanan yang diperkirakan 3,0% mtm sementara laju impor diperkirakan 6,8% mtm.
"Ekspor bulan Maret dipengaruhi oleh peningkatan harga komoditas ekspor serta peningkatan volume permintaan produk ekspor. Harga CPO sepanjang bulan Marer tercatat 1,1%mtm (vs. 3,0%mtm pada Feb’20); sementara harga batubara tercatat naik 9,4%mtm (vs. -0,1%mtm pada bulan sebelumnya)," kata Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Kamis (15/4/2021).
Selain itu harga karet alam tercatat naik 3,8% (month to month /mtm) . Sementara itu, volume ekspor Maret juga diperkirakan meningkat mempertimbangkan peningkatan aktivitas manufaktur dari beberapa mitra dagang utama seperti Uni Eropa, AS, Jepang dan juga terindikasi dari PMI manufaktur global yang meningkat meskipun aktivitas manufaktur Tiongkok dan India cenderung menurun pada bulan Maret yang lalu.
Sedangkan, laju impor bulan yang diperkirakan 6,8% mtm dipengaruhi oleh peningkatan impor non-migas sejalan dengan peningkatan aktivitas manufaktur Indonesia pada Marer 2021 yang tercatat tertinggi sejak pandemi Covid -19. "Lalu impor migas juga berpotensi meningkat seiring dengan kenaikan harga minyak mentah sekitar 5,6%&mtm. Jadi, secara keseluruhan laju ekspor diperkirakan 11,77%yoy sementara laju impor diperkirakan 6,14%yoy," tandasnya.
"Ekspor bulan Maret dipengaruhi oleh peningkatan harga komoditas ekspor serta peningkatan volume permintaan produk ekspor. Harga CPO sepanjang bulan Marer tercatat 1,1%mtm (vs. 3,0%mtm pada Feb’20); sementara harga batubara tercatat naik 9,4%mtm (vs. -0,1%mtm pada bulan sebelumnya)," kata Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Kamis (15/4/2021).
Selain itu harga karet alam tercatat naik 3,8% (month to month /mtm) . Sementara itu, volume ekspor Maret juga diperkirakan meningkat mempertimbangkan peningkatan aktivitas manufaktur dari beberapa mitra dagang utama seperti Uni Eropa, AS, Jepang dan juga terindikasi dari PMI manufaktur global yang meningkat meskipun aktivitas manufaktur Tiongkok dan India cenderung menurun pada bulan Maret yang lalu.
Sedangkan, laju impor bulan yang diperkirakan 6,8% mtm dipengaruhi oleh peningkatan impor non-migas sejalan dengan peningkatan aktivitas manufaktur Indonesia pada Marer 2021 yang tercatat tertinggi sejak pandemi Covid -19. "Lalu impor migas juga berpotensi meningkat seiring dengan kenaikan harga minyak mentah sekitar 5,6%&mtm. Jadi, secara keseluruhan laju ekspor diperkirakan 11,77%yoy sementara laju impor diperkirakan 6,14%yoy," tandasnya.
(nng)
tulis komentar anda