Indeks Keyakinan Konsumen Merosot, Pemulihan Ekonomi Masih Terkendala
Jum'at, 16 April 2021 - 13:00 WIB
JAKARTA - Merosotnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada kuartal I/2021 diyakini akan berpengaruh pada permintaan konsumen terhadap berbagai barang dan jasa juga relatif rendah.
Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa IKK pada kuartal I/2021 sebesar 88,0. Ini lebih rendah dari IKK kuartal I/2020 yang sebesar 117,7 dan lebih rendah dari IKK kuartal IV/2020 yang sebesar 89,2.
"Kalau pasarnya lesu, permintaannya masih lesu, ini akan menjadi acuan dari para pelaku usaha untuk berekspansi atau tidak," ujar Ekonom Senior Institute for Development on Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati dalam Market Review IDX Channel, Jumat (16/4/2021).
Enny melanjutkan, pemulihan ekonomi masih terkendala karena porsi terbesar dari pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi rumah tangga. Untuk itu, perlu upaya mendorong IKK melalui perbaikan aktivitas ekonomi. Apabila aktivitas ekonomi bisa meningkat maka akan menambah kepercayaan masyarakat terhadap prospek ekonomi ke depan.
"Sebenarnya bulan April ini lebih membaik lagi karena memasuki bulan Ramadhan dan bulan Mei ada Hari Raya Idul Fitri. Ini yang mestinya dijaga betul oleh pemerintah," ungkapnya.
Menurut Enny, untuk menumbuhkan keyakinan konsumen maka kondisi ekonomi makro perlu dijaga terutama inflasi. Pemerintah harus mampu menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok selama Ramadhan hingga Idul Fitri.
"Jadi kalau harga kebutuhan pokok relatif stabil, apalagi nanti ada tambahan THR, dan juga beberapa perusahaan mengeluarkan bonus, maka daya beli konsumen akan mengalami peningkatan," jelasnya.
Peningkatan permintaan selama Ramadhan hingga Idul fitri juga perlu dioptimalkan untuk menyerap produk dalam negeri terutama produk usaha kecil menengah (UKM).
"Kebijakan lainnya yang idealnya untuk menumbuhkan keyakinan konsumen adalah ketersediaan lapangan kerja. Jadi apapun kebijakan yang mampu menciptakan lapangan kerja itu yang difokuskan atau diprioritaskan," tandasnya.
Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa IKK pada kuartal I/2021 sebesar 88,0. Ini lebih rendah dari IKK kuartal I/2020 yang sebesar 117,7 dan lebih rendah dari IKK kuartal IV/2020 yang sebesar 89,2.
"Kalau pasarnya lesu, permintaannya masih lesu, ini akan menjadi acuan dari para pelaku usaha untuk berekspansi atau tidak," ujar Ekonom Senior Institute for Development on Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati dalam Market Review IDX Channel, Jumat (16/4/2021).
Enny melanjutkan, pemulihan ekonomi masih terkendala karena porsi terbesar dari pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi rumah tangga. Untuk itu, perlu upaya mendorong IKK melalui perbaikan aktivitas ekonomi. Apabila aktivitas ekonomi bisa meningkat maka akan menambah kepercayaan masyarakat terhadap prospek ekonomi ke depan.
"Sebenarnya bulan April ini lebih membaik lagi karena memasuki bulan Ramadhan dan bulan Mei ada Hari Raya Idul Fitri. Ini yang mestinya dijaga betul oleh pemerintah," ungkapnya.
Menurut Enny, untuk menumbuhkan keyakinan konsumen maka kondisi ekonomi makro perlu dijaga terutama inflasi. Pemerintah harus mampu menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok selama Ramadhan hingga Idul Fitri.
"Jadi kalau harga kebutuhan pokok relatif stabil, apalagi nanti ada tambahan THR, dan juga beberapa perusahaan mengeluarkan bonus, maka daya beli konsumen akan mengalami peningkatan," jelasnya.
Peningkatan permintaan selama Ramadhan hingga Idul fitri juga perlu dioptimalkan untuk menyerap produk dalam negeri terutama produk usaha kecil menengah (UKM).
"Kebijakan lainnya yang idealnya untuk menumbuhkan keyakinan konsumen adalah ketersediaan lapangan kerja. Jadi apapun kebijakan yang mampu menciptakan lapangan kerja itu yang difokuskan atau diprioritaskan," tandasnya.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda