Perhapi Tak Yakin Penambahan Target Produksi Batu Bara 75 Ton Bisa Dicapai
Kamis, 22 April 2021 - 13:36 WIB
JAKARTA - Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli mengakui bahwa penambahan produksi batu bara sebesar 75 juta ton tahun ini tidak mudah dicapai.
Seperti diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan target produksi batu bara tahun ini ditambah 75 juta ton untuk penjualan ke luar negeri. Dengan adanya penambahan tersebut, jumlah produksi batu bara pada tahun 2021 meningkat menjadi 625 juta ton dari target sebelumnya 550 juta ton.
"Angka ini memang tidak mudah untuk dicapai terutama dalam pengadaan alat berat untuk meningkatkan produksi," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Kamis (22/4/2021).
Dia menjelaskan, perusahaan yang belum memiliki alat berat akan memerlukan waktu untuk melakukan pemesanan, pengiriman, hingga akhirnya bisa bekerja menambah kapasitas produksinya. Di sisi lain, penambahan produksi sebesar 75 juta ton untuk ekspor itu pun harus mampu diserap pasar luar negeri.
Rizal menuturkan, ekspor batu bara Indonesia memang lebih kepada permintaan dari China dimana saat ini Indonesia diuntungkan dengan adanya perselisihan antara China dengan Australia. China mengalihkan impor batu baranya ke Indonesia dan menutup keran impor dari Australia.
"Peluang inilah yang ditangkap oleh pengusaha batu bara kita sehingga umumnya lebih fokus pada China. Tetapi negara-negara lain seperti Jepang, Korea, dan Taiwan dan Asia lainnya, itu memang juga ada peningkatan permintaan terhadap batu bara. Kita harapkan ini bisa terserap semua," jelasnya.
Seperti diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan target produksi batu bara tahun ini ditambah 75 juta ton untuk penjualan ke luar negeri. Dengan adanya penambahan tersebut, jumlah produksi batu bara pada tahun 2021 meningkat menjadi 625 juta ton dari target sebelumnya 550 juta ton.
"Angka ini memang tidak mudah untuk dicapai terutama dalam pengadaan alat berat untuk meningkatkan produksi," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Kamis (22/4/2021).
Dia menjelaskan, perusahaan yang belum memiliki alat berat akan memerlukan waktu untuk melakukan pemesanan, pengiriman, hingga akhirnya bisa bekerja menambah kapasitas produksinya. Di sisi lain, penambahan produksi sebesar 75 juta ton untuk ekspor itu pun harus mampu diserap pasar luar negeri.
Rizal menuturkan, ekspor batu bara Indonesia memang lebih kepada permintaan dari China dimana saat ini Indonesia diuntungkan dengan adanya perselisihan antara China dengan Australia. China mengalihkan impor batu baranya ke Indonesia dan menutup keran impor dari Australia.
Baca Juga
"Peluang inilah yang ditangkap oleh pengusaha batu bara kita sehingga umumnya lebih fokus pada China. Tetapi negara-negara lain seperti Jepang, Korea, dan Taiwan dan Asia lainnya, itu memang juga ada peningkatan permintaan terhadap batu bara. Kita harapkan ini bisa terserap semua," jelasnya.
(fai)
tulis komentar anda