RUU EBT Diyakini Mempercepat Proses Investasi di Sektor Listrik
Selasa, 27 April 2021 - 12:20 WIB
JAKARTA - Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengungkapkan, Rancangan Undang-Undang (RUU) Energi Baru Terbarukan (EBT) yang tengah disusun pemerintah bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI akan mengakselerasi kebutuhan pengembangan EBT di Indonesia.
"RUU EBT ini sifatnya percepatan, karena harus melipatgandakan realisasinya dan magnitudenya besar. Misalnya untuk listrik, kalau kita mau naik dua kali lipat, berarti harus menaikkan (EBT) sampai 12.000 giga watt dalam lima tahun," ujarnya dalam siaran pers, Selasa (27/4/2021).
Baca juga:Dituding Pro-Radikalisme, Sosok Kuntjoro Pinardi: Pendukung Jokowi dan Turut Membangun Papua
Selain meningkatkan koordinasi dan sinergi antar sektor, sambung Dadan, keberadaan aturan EBT diharapkan mampu mempercepat dari sisi proses-proses investasi. "Ini diharapkan ada manfaat secara nasional, baik dari segi EBT maupun ekonominya bisa berjalan," jelasnya.
Salah satu sisi keenomian yang disorot Dadan adalah keberlangsungan korporasi PLN. Ia berharap upaya transisi energi akan memberikan dampak positif bagi finansial PLN. "Masuknya EBT yang berbasis listrik justru akan memperbaiki kasnya PLN," tegasnya.
Dadan menekankan bahwa EBT harus mampu menciptakan keekonomian yang efisien dengan masuk ke level daya saing yang baik terhadap energi fosil. "Jangan sampai kita terjerembab pada ekonomi cost tinggi, nanti bisa hilang competitiveness. Jadi EBT punya solusi di dua sisi, yakni menyediakan listrik yang lebih baik dan bersih serta menjadi penyedia tenaga kerja yang berkelanjutan," ungkapnya.
Baca juga:Timbulkan Kerumuman Massa, Bupati Simalungun Diduga Abaikan Prokes
Menurut Dadan, EBT bukan hanya memiliki dampak positif terhadap lingkungan, melainkan juga mengikuti tren perekonomian. Negara-negara maju kini ramai-ramai menuju transisi energi, terutama dengan negara-negara tujuan ekspor yang mulai fokus pada sumber jejak karbon sebuah produk.
Beberapa inovasi teknologi pun tengah digalakkan Kementerian ESDM dalam mempercepat pengembangan EBT. Selain pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan memanfaatkan waduk atau danau, juga memanfaatkan dimethyl ether (DME) untuk menggantikan LPG, sehingga bisa menjadi substitusi impor. Apalagi selama ini penggunaan LPG membebani karena 70% dari kebutuhan dipasok dari impor.
"RUU EBT ini sifatnya percepatan, karena harus melipatgandakan realisasinya dan magnitudenya besar. Misalnya untuk listrik, kalau kita mau naik dua kali lipat, berarti harus menaikkan (EBT) sampai 12.000 giga watt dalam lima tahun," ujarnya dalam siaran pers, Selasa (27/4/2021).
Baca juga:Dituding Pro-Radikalisme, Sosok Kuntjoro Pinardi: Pendukung Jokowi dan Turut Membangun Papua
Selain meningkatkan koordinasi dan sinergi antar sektor, sambung Dadan, keberadaan aturan EBT diharapkan mampu mempercepat dari sisi proses-proses investasi. "Ini diharapkan ada manfaat secara nasional, baik dari segi EBT maupun ekonominya bisa berjalan," jelasnya.
Salah satu sisi keenomian yang disorot Dadan adalah keberlangsungan korporasi PLN. Ia berharap upaya transisi energi akan memberikan dampak positif bagi finansial PLN. "Masuknya EBT yang berbasis listrik justru akan memperbaiki kasnya PLN," tegasnya.
Dadan menekankan bahwa EBT harus mampu menciptakan keekonomian yang efisien dengan masuk ke level daya saing yang baik terhadap energi fosil. "Jangan sampai kita terjerembab pada ekonomi cost tinggi, nanti bisa hilang competitiveness. Jadi EBT punya solusi di dua sisi, yakni menyediakan listrik yang lebih baik dan bersih serta menjadi penyedia tenaga kerja yang berkelanjutan," ungkapnya.
Baca juga:Timbulkan Kerumuman Massa, Bupati Simalungun Diduga Abaikan Prokes
Menurut Dadan, EBT bukan hanya memiliki dampak positif terhadap lingkungan, melainkan juga mengikuti tren perekonomian. Negara-negara maju kini ramai-ramai menuju transisi energi, terutama dengan negara-negara tujuan ekspor yang mulai fokus pada sumber jejak karbon sebuah produk.
Beberapa inovasi teknologi pun tengah digalakkan Kementerian ESDM dalam mempercepat pengembangan EBT. Selain pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan memanfaatkan waduk atau danau, juga memanfaatkan dimethyl ether (DME) untuk menggantikan LPG, sehingga bisa menjadi substitusi impor. Apalagi selama ini penggunaan LPG membebani karena 70% dari kebutuhan dipasok dari impor.
(uka)
tulis komentar anda