Didera Rugi, Ratusan Ribu Peternak Ayam Sudah Bangkrut
Selasa, 04 Mei 2021 - 14:43 WIB
JAKARTA - Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Indonesia (PPRN) Alvino Antonio mengungkapkan, dalam kurun waktu dua tahun terakhir sudah ratusan ribu peternak ayam mandiri gulung tikar. Penyebabnya, mereka terus merugi akibat naiknya biaya produksi.
"Dengan ada permasalahan ini sudah ratusan ribu peternak mandiri yang gulung tikar. Jadi sudah ada seratus ribuan anggota kami yang sudah gulung tikar dalam dua tahun terakhir," ujar Alvino saat melakukan aksi demonstrasi di depan gedung Kementerian Pertanian (kementan), Selasa (4/5/2021).
Ia menjelaskan kenaikan biaya produksi disebabkan oleh dua hal. Pertama, banyak peternak ayam mandiri yang kandangnya kosong karena tidak kebagian pasokan day old chicken (DOC). Sementara, yang masih kebagian DOC harus membelinya dengan harga mahal.
"Harga DOC yang ada saat ini Rp8.000 per ekor. Idealnya di kisaran Rp5.500. Dan kapasitas kadang tidak terpenuhi. Paling hanya 25% dari kapasitas kandang. Seharusnya di momen Lebaran ini dapat keuntungan tapi kita tidak dapat," keluhnya.
Selain pasokan DOC yang sulit, harga pakan ternak pun mengalami kenaikan. Harga pakan ternak premium menurutnya minimal Rp7.000 per kg. Namun kini harganya sudah mencapai Rp8.000 per kg. "Harga pakan itu tinggi dengan kualitas yang jelek. Kondisi itu terjadi karena kesusahan jagung," terangnya.
Ia menambahkan, tinggi harga pakan ternak disebabkan produksi jagung yang menipis. Menurutnya masalah jagung ini terjadi setiap tahun, seharusnya pemerintah sudah memiliki langkah antisipasi.
"Pemerintah selalu bilang jagung itu surplus. Tapi kenyataannya jagung itu kurang. Pemerintah harus bertanggung terkait hal ini karena kejadian tersebut selalu terulang. Kalau dikatakan surplus perlu ada kajian lagi terkait hal itu," cetusnya.
Untuk itu, para peternak meminta pemerintah dalam hal ini Kementan segera menyelesaikan masalah tersebut. Jika tidak, PPRN mengancam akan melakukan aksi demonstrasi dengan massa yang lebih banyak lagi.
"Dengan ada permasalahan ini sudah ratusan ribu peternak mandiri yang gulung tikar. Jadi sudah ada seratus ribuan anggota kami yang sudah gulung tikar dalam dua tahun terakhir," ujar Alvino saat melakukan aksi demonstrasi di depan gedung Kementerian Pertanian (kementan), Selasa (4/5/2021).
Ia menjelaskan kenaikan biaya produksi disebabkan oleh dua hal. Pertama, banyak peternak ayam mandiri yang kandangnya kosong karena tidak kebagian pasokan day old chicken (DOC). Sementara, yang masih kebagian DOC harus membelinya dengan harga mahal.
"Harga DOC yang ada saat ini Rp8.000 per ekor. Idealnya di kisaran Rp5.500. Dan kapasitas kadang tidak terpenuhi. Paling hanya 25% dari kapasitas kandang. Seharusnya di momen Lebaran ini dapat keuntungan tapi kita tidak dapat," keluhnya.
Selain pasokan DOC yang sulit, harga pakan ternak pun mengalami kenaikan. Harga pakan ternak premium menurutnya minimal Rp7.000 per kg. Namun kini harganya sudah mencapai Rp8.000 per kg. "Harga pakan itu tinggi dengan kualitas yang jelek. Kondisi itu terjadi karena kesusahan jagung," terangnya.
Ia menambahkan, tinggi harga pakan ternak disebabkan produksi jagung yang menipis. Menurutnya masalah jagung ini terjadi setiap tahun, seharusnya pemerintah sudah memiliki langkah antisipasi.
"Pemerintah selalu bilang jagung itu surplus. Tapi kenyataannya jagung itu kurang. Pemerintah harus bertanggung terkait hal ini karena kejadian tersebut selalu terulang. Kalau dikatakan surplus perlu ada kajian lagi terkait hal itu," cetusnya.
Untuk itu, para peternak meminta pemerintah dalam hal ini Kementan segera menyelesaikan masalah tersebut. Jika tidak, PPRN mengancam akan melakukan aksi demonstrasi dengan massa yang lebih banyak lagi.
(fai)
tulis komentar anda