Akuisisi Oneject, Itama Ranoraya Siapkan Capex Rp300 Miliar
Kamis, 06 Mei 2021 - 10:58 WIB
JAKARTA - Emiten yang bergerak di bidang peralatan dan perlengkapan medis berteknologi tinggi, PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) tahun ini menganggarkan belanja modal Rp250 miliar-Rp300 miliar. Angka tersebut naik signifikan dibandingkan anggaran belanja modal rutin Perseroan sebesar Rp20 miliar-Rp25 miliar per tahun.
Adapun lonjakan belanja modal tersebut disebabkan dimulainya langkah transformasi bisnis perseroan untuk masuk ke manufacturer, clinical laboratory dan eHealth services di sektor kesehatan. Direktur Utama Itama Ranoraya, Heru Firdausi Syarif menjelaskan, transformasi tersebut akan memperkuat posisi perseroan di sektor kesehatan tidak hanya sebagai distributor alat kesehatan, namun juga sebagai produsen dan sampai ke jasa layanan kesehatan. “Pelaksanaannya akan berjalan paralel, baik untuk akuisisi PT Oneject Indonesia (Oneject) maupun investasi di layanan jasa kesehatan (Klinik laboratorium)," ujar Heru dalam keterangan tertulis, Kamis (6/5/2021).
Perseroan memperkirakan, dalam dua tahun ke depan Perseroan akan memiliki anggaran belanja modal jumbo seiring dengan realisasi proses transformasi bisnis perseroan yang ditargetkan bisa selesai tahun depan. Realisasi dari hasil transformasi bisnis baru mulai terefleksi penuh pada performa buku tahun 2022, sehingga tahun ini pertumbuhan Perseroan masih bersumber dari bisnis eksisting. Namun mulai tahun depan, pertumbuhan perseroan akan didukung oleh bisnis manufacturer, clinical laboratory dan eHealth Services. "Tahun ini kami menargetkan pertumbuhan di kisaran 80 sampai 100 persen, setelah tahun lalu kami bisa tumbuh di level yang sama. Transformasi bisnis ini adalah cara kami bisa menjaga ritme pertumbuhan perusahaan bisa tetap tinggi kedepannya," ucap Heru.
Terkait dengan sumber pendanaan, Direktur Keuangan Itama Ranoraya, Pratoto Raharjo mengungkapkan, Perseroan memiliki banyak opsi seperti pinjaman perbankan, penerbitan surat utang maupun penggunaan saham treasury. Pihaknya, baru mendapat pinjaman perbankan pertama kami untuk modal kerja, dan Perseroan masih punya ruang leverage untuk peningkatan pinjaman, selain pinjaman perbankan Perseroan juga masih memiliki saham treasuri sebanyak 100 juta lembar yang stand by sebagai sumber pendanaan. "Kami sudah mendapat persetujuan dari pemegang saham untuk rencana pendanaan melalui pinjaman, selain itu kami masih memiliki saham treasury. Jadi untuk kebutuhan belanja modal bisa dipenuhi," kata Pratoto.
Pratoto menambahkan, dengan melihat alokasi belanja modal terbesar adalah untuk akuisisi tentu dampaknya bisa langsung memberikan penambahan pendapatan perseroan, sehingga kenaikan utang disertai dengan kenaikan laba. "Alokasi belanja modal untuk akuisisi bisnis atau perusahaan yang sudah menghasilkan kategorinya incremental cashflow, jadi untuk akuisisi Oneject (sisters company) maupun pembukaan klinik laboratorium tidak hanya size aset dan pendapatan yang meningkat namun laba yang diperoleh begitu juga dengan pertumbuhannya," tuturnya.
Adapun lonjakan belanja modal tersebut disebabkan dimulainya langkah transformasi bisnis perseroan untuk masuk ke manufacturer, clinical laboratory dan eHealth services di sektor kesehatan. Direktur Utama Itama Ranoraya, Heru Firdausi Syarif menjelaskan, transformasi tersebut akan memperkuat posisi perseroan di sektor kesehatan tidak hanya sebagai distributor alat kesehatan, namun juga sebagai produsen dan sampai ke jasa layanan kesehatan. “Pelaksanaannya akan berjalan paralel, baik untuk akuisisi PT Oneject Indonesia (Oneject) maupun investasi di layanan jasa kesehatan (Klinik laboratorium)," ujar Heru dalam keterangan tertulis, Kamis (6/5/2021).
Perseroan memperkirakan, dalam dua tahun ke depan Perseroan akan memiliki anggaran belanja modal jumbo seiring dengan realisasi proses transformasi bisnis perseroan yang ditargetkan bisa selesai tahun depan. Realisasi dari hasil transformasi bisnis baru mulai terefleksi penuh pada performa buku tahun 2022, sehingga tahun ini pertumbuhan Perseroan masih bersumber dari bisnis eksisting. Namun mulai tahun depan, pertumbuhan perseroan akan didukung oleh bisnis manufacturer, clinical laboratory dan eHealth Services. "Tahun ini kami menargetkan pertumbuhan di kisaran 80 sampai 100 persen, setelah tahun lalu kami bisa tumbuh di level yang sama. Transformasi bisnis ini adalah cara kami bisa menjaga ritme pertumbuhan perusahaan bisa tetap tinggi kedepannya," ucap Heru.
Terkait dengan sumber pendanaan, Direktur Keuangan Itama Ranoraya, Pratoto Raharjo mengungkapkan, Perseroan memiliki banyak opsi seperti pinjaman perbankan, penerbitan surat utang maupun penggunaan saham treasury. Pihaknya, baru mendapat pinjaman perbankan pertama kami untuk modal kerja, dan Perseroan masih punya ruang leverage untuk peningkatan pinjaman, selain pinjaman perbankan Perseroan juga masih memiliki saham treasuri sebanyak 100 juta lembar yang stand by sebagai sumber pendanaan. "Kami sudah mendapat persetujuan dari pemegang saham untuk rencana pendanaan melalui pinjaman, selain itu kami masih memiliki saham treasury. Jadi untuk kebutuhan belanja modal bisa dipenuhi," kata Pratoto.
Pratoto menambahkan, dengan melihat alokasi belanja modal terbesar adalah untuk akuisisi tentu dampaknya bisa langsung memberikan penambahan pendapatan perseroan, sehingga kenaikan utang disertai dengan kenaikan laba. "Alokasi belanja modal untuk akuisisi bisnis atau perusahaan yang sudah menghasilkan kategorinya incremental cashflow, jadi untuk akuisisi Oneject (sisters company) maupun pembukaan klinik laboratorium tidak hanya size aset dan pendapatan yang meningkat namun laba yang diperoleh begitu juga dengan pertumbuhannya," tuturnya.
(nng)
tulis komentar anda