Libas Thailand, RI Berpeluang Jadi Hub Industri Kendaraan Listrik di ASEAN
Kamis, 20 Mei 2021 - 23:49 WIB
JAKARTA - Indonesia punya peluang terbesar di kawasan Asia Tenggara sebagai negara yang mampu mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik . Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik (Electric Vehicle/EV Battery) Agus Tjahajana mengatakan, Indonesia merupakan pasar penjualan dan produksi otomotif terbesar di ASEAN. Produksinya diproyeksikan tumbuh hingga 2 juta unit pada tahun 2025.
"Indonesia bisa menjadi hub regional industri kendaraan listrik di kawasan Asia Tenggara, jauh melebihi Malaysia, Thailand, dan Vietnam," kata dia dalam diskusi panel secara virtual, Kamis (20/5/2021).
Menurut dia, industri otomotif akan tetap menjadi salah satu tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Meski demikian, diakui bahwa permintaan kendaraan listrik di Indonesia masih sangat kecil.
Pada tahun 2019 belum ada yang terjual, namun pada tahun 2020 mulai bergerak dari Januari-November 2020 sebanyak 290 unit. "Dengan perkembangan ekonomi yang lebih baik maka otomatis permintaan akan meningkat lebih besar lagi," ucapnya.
Agus menyebut tantangan pengembangan kendaraan listrik selain baterai adalah harga yang belum mampu bersaing. Di sisi lain, kendaraan listrik juga akan mempengaruhi nilai pasok otomotif. Baterai akan menjadi komponen paling berharga dalam kendaraan berbasis listrik.
Pemain otomotif terkemuka kemungkinan besar bisa kehilangan daya saingnya karena transformasi rantai pasok kendaraan listrik ini. "Banyak industri yang hilang tergantikan komponen baru. Jadi, ini perubahan yang cukup signifikan. Apalagi harga, sehingga ini yang sebenarnya harus dipecahkan agar mereka bisa mendekati dan bisa bersaing secara apple to apple," tandasnya.
"Indonesia bisa menjadi hub regional industri kendaraan listrik di kawasan Asia Tenggara, jauh melebihi Malaysia, Thailand, dan Vietnam," kata dia dalam diskusi panel secara virtual, Kamis (20/5/2021).
Baca Juga
Menurut dia, industri otomotif akan tetap menjadi salah satu tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Meski demikian, diakui bahwa permintaan kendaraan listrik di Indonesia masih sangat kecil.
Pada tahun 2019 belum ada yang terjual, namun pada tahun 2020 mulai bergerak dari Januari-November 2020 sebanyak 290 unit. "Dengan perkembangan ekonomi yang lebih baik maka otomatis permintaan akan meningkat lebih besar lagi," ucapnya.
Agus menyebut tantangan pengembangan kendaraan listrik selain baterai adalah harga yang belum mampu bersaing. Di sisi lain, kendaraan listrik juga akan mempengaruhi nilai pasok otomotif. Baterai akan menjadi komponen paling berharga dalam kendaraan berbasis listrik.
Pemain otomotif terkemuka kemungkinan besar bisa kehilangan daya saingnya karena transformasi rantai pasok kendaraan listrik ini. "Banyak industri yang hilang tergantikan komponen baru. Jadi, ini perubahan yang cukup signifikan. Apalagi harga, sehingga ini yang sebenarnya harus dipecahkan agar mereka bisa mendekati dan bisa bersaing secara apple to apple," tandasnya.
(ind)
tulis komentar anda