Industri Bandara Diyakini Stabil dalam Jangka Panjang
Senin, 24 Mei 2021 - 14:30 WIB
JAKARTA - Industri bandara domestik diperkirakan bakal meningkat secara bertahap mengikuti pelonggaran pembatasan perjalanan . Pendapatan industri bandara tercatat sudah anjlok 50-60% pada Desember 2020 jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Senior Manager Corporate Ratings Division PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Martin Pandiangan mengatakan, lemahnya kinerja industri tersebut berkaitan dengan turunnya volume lalu lintas penumpang dan pesawat akibat pandemi Covid-19.
"Sebelum pandemi, baik Angkasa Pura I maupun Angkasa Pura II dapat membukukan pendapatan itu sekitar Rp2 triliun per kuartal. Namun selama pandemi ini pendapatan menurun hingga kurang dari 50% dibandingkan tahun 2019 sehingga memberikan tekanan pada arus kas, mengingat mayoritas biaya operasi merupakan biaya tetap," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Senin (24/5/2021).
Kendati demikian, secara kuartalan, kinerja industri bandara pada kuartal III dan kuartal IV tahun 2020 telah mengalami perbaikan bertahan dari penurunan tajam di kuartal II/2020.
Menurutnya, ruang bagi para pelaku industri untuk melakukan penyesuaian biaya operasional bersifat terbatas. Hal ini karena industri ini harus mematuhi standar keselamatan dan keamanan serta mengikuti kemajuan teknologi.
"Jadi walaupun kami mengapresiasi perusahaan untuk melakukan efisiensi biaya, namun dengan adanya kontraksi yang terjadi pada arus kas masuk, tidak bisa sepenuhnya dikompensasi dengan strategi penghematan biaya perusahaan," jelasnya.
Di sisi lain, utang di tahun 2020 juga memperberat usaha. Inilah yang mendasari Pefindo memberi prospek negatif dalam jangka pendek dan menengah.
Namun, Martin menambahkan, seiring dengan adanya pelonggaran dari pembatasan penerbangan dan juga efektivitas dari vaksinasi dalam jangka panjang, industri bandara masih merupakan salah satu industri yang stabil dalam jangka panjang. "Ini tidak terlepas dari kondisi geografis Indonesia dimana transportasi udara masih jadi moda transportasi utama," ujarnya.
Senior Manager Corporate Ratings Division PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Martin Pandiangan mengatakan, lemahnya kinerja industri tersebut berkaitan dengan turunnya volume lalu lintas penumpang dan pesawat akibat pandemi Covid-19.
"Sebelum pandemi, baik Angkasa Pura I maupun Angkasa Pura II dapat membukukan pendapatan itu sekitar Rp2 triliun per kuartal. Namun selama pandemi ini pendapatan menurun hingga kurang dari 50% dibandingkan tahun 2019 sehingga memberikan tekanan pada arus kas, mengingat mayoritas biaya operasi merupakan biaya tetap," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Senin (24/5/2021).
Kendati demikian, secara kuartalan, kinerja industri bandara pada kuartal III dan kuartal IV tahun 2020 telah mengalami perbaikan bertahan dari penurunan tajam di kuartal II/2020.
Menurutnya, ruang bagi para pelaku industri untuk melakukan penyesuaian biaya operasional bersifat terbatas. Hal ini karena industri ini harus mematuhi standar keselamatan dan keamanan serta mengikuti kemajuan teknologi.
"Jadi walaupun kami mengapresiasi perusahaan untuk melakukan efisiensi biaya, namun dengan adanya kontraksi yang terjadi pada arus kas masuk, tidak bisa sepenuhnya dikompensasi dengan strategi penghematan biaya perusahaan," jelasnya.
Di sisi lain, utang di tahun 2020 juga memperberat usaha. Inilah yang mendasari Pefindo memberi prospek negatif dalam jangka pendek dan menengah.
Namun, Martin menambahkan, seiring dengan adanya pelonggaran dari pembatasan penerbangan dan juga efektivitas dari vaksinasi dalam jangka panjang, industri bandara masih merupakan salah satu industri yang stabil dalam jangka panjang. "Ini tidak terlepas dari kondisi geografis Indonesia dimana transportasi udara masih jadi moda transportasi utama," ujarnya.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda