Kalah Agresif dari Brasil, RI Dinilai Masih 'Pelit' Insentif
Rabu, 02 Juni 2021 - 22:00 WIB
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengusulkan satu proposal kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk bisa memberikan keringanan fiskal lebih lanjut guna mendorong investasi di hulu migas.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, saat ini kebanyakan pemain besar sektor minyak dunia sudah mulai mengurangi belanja modal untuk investasi besar.
"Ini yang harus kita antisipasi. Kita sedang mempersiapkan satu proposal ke Kemenkeu untuk bisa memberikan keringanan fiskal lebih lanjut dan akan kita bahas rapat internal dengan Kemenkeu, di mana di situ terkait masalah seperti perpajakan dan wilayah usaha yang harus diupayakan untuk mendukung target 1 juta barel per hari," ujarnya dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Rabu (2/6/2021).
Arifin mengungkapkan, dari tahun ke tahun target lifting dan program lifting memang cenderung menurun. Salah satu penyebab adalah kondisi sumur yang sudah menurun produktivitasnya. "Ini yang menyebabkan sumur-sumur tua ditinggalkan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sebelumnya," tukasnya.
Menurut dia, Kementerian ESDM sebetulnya sudah memberikan keringanan kepada para kontraktor dengan pemberian fleksibilitas kontrak bagi hasil berupa gross split ataupun cost recovery. Kemudahan tersebut diberikan untuk menarik investor-investor baru ke Indonesia.
"Sekarang ini kita mencoba untuk bisa memberikan lagi keringanan dan kemudahan berupa insentif yang terkait dengan bidang ESDM, di mana kita sudah melakukan perbandingan dengan negara-negara yang ada di sekitar kita," paparnya.
Arifin menilai Indonesia masih kalah agresif dibandingkan negara lain di kawasan ASEAN dalam memberikan insentif kepada para investor migas. Dia juga menyontohkan, negara seperti Brasil berhasil mendapatkan temuan besar karena adanya pemberian insentif yang lebih baik.
"Di sisi lain, KKKS besar ini sudah mulai mengalihkan perhatiannya pada energi baru terbarukan (EBT). Kemudian adanya temuan besar seperti di Brasil yang disebabkan pemberian insentifnya yang lebih baik," tandasnya.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, saat ini kebanyakan pemain besar sektor minyak dunia sudah mulai mengurangi belanja modal untuk investasi besar.
"Ini yang harus kita antisipasi. Kita sedang mempersiapkan satu proposal ke Kemenkeu untuk bisa memberikan keringanan fiskal lebih lanjut dan akan kita bahas rapat internal dengan Kemenkeu, di mana di situ terkait masalah seperti perpajakan dan wilayah usaha yang harus diupayakan untuk mendukung target 1 juta barel per hari," ujarnya dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Rabu (2/6/2021).
Arifin mengungkapkan, dari tahun ke tahun target lifting dan program lifting memang cenderung menurun. Salah satu penyebab adalah kondisi sumur yang sudah menurun produktivitasnya. "Ini yang menyebabkan sumur-sumur tua ditinggalkan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sebelumnya," tukasnya.
Menurut dia, Kementerian ESDM sebetulnya sudah memberikan keringanan kepada para kontraktor dengan pemberian fleksibilitas kontrak bagi hasil berupa gross split ataupun cost recovery. Kemudahan tersebut diberikan untuk menarik investor-investor baru ke Indonesia.
"Sekarang ini kita mencoba untuk bisa memberikan lagi keringanan dan kemudahan berupa insentif yang terkait dengan bidang ESDM, di mana kita sudah melakukan perbandingan dengan negara-negara yang ada di sekitar kita," paparnya.
Arifin menilai Indonesia masih kalah agresif dibandingkan negara lain di kawasan ASEAN dalam memberikan insentif kepada para investor migas. Dia juga menyontohkan, negara seperti Brasil berhasil mendapatkan temuan besar karena adanya pemberian insentif yang lebih baik.
"Di sisi lain, KKKS besar ini sudah mulai mengalihkan perhatiannya pada energi baru terbarukan (EBT). Kemudian adanya temuan besar seperti di Brasil yang disebabkan pemberian insentifnya yang lebih baik," tandasnya.
(ind)
tulis komentar anda