Faisal Basri: Kegiatan Ekonomi di Indonesia Makin Tidak Bermutu
Rabu, 09 Juni 2021 - 20:50 WIB
JAKARTA - Ekonom senior Indef, Faisal Basri , menilai memindahkan Ibu kota di kala pandemi saat ini, merupakan suatu tindakan yang tidak relevan. Pasalnya, ada potensi Indonesia mengalami gelombang kedua pandemi. Dengan fasilitas kesehatan yang masih kurang dan tingkat vaksinasi yang relatif masih rendah, maka angka kematian tentu akan naik pula.
Baca juga:Wow, Potensi Bisnis Bayi Tabung di Indonesia Capai Rp17,5 Triliun per Tahun
“Vaksinasi prioritas entah keberapa. Lebih penting membeli senjata Rp1.700 triliun itu ketimbang vaksinasi yang tidak seberapa,” ujar Faisal di dalam video virtual, Rabu (9/6/2021).
Selain itu, ekonomi Indonesia juga dianggap masih rapuh, dikarenakan indeks demokrasi kita yang turun. Masyarakat harus mengubah paradigma bahwa politik dan ekonomi itu tidak dapat dipisahkan, demokrasi memengaruhi ekonomi.
“Kegiatan ekonomi di Indonesia makin tidak bermutu, mengandalkan otot bukan otak. Makanya oligarki semakin menguat. Untuk mengatasinya, harus transformasi. The only way untuk kita keluar dari middle-income trap adalah dengan transformasi dan pembangunan berkelanjutan," bebernya.
Selain ekonomi yang rapuh, pengeluaran pemerintah pusat juga naik terus, tidak peduli adanya krisis. Sayangnya, transfer ke daerah relatif stagnan. Faisal mengatakan bahwa pembangunan kita sangat tidak inklusif dan adanya ketimpangan. Semakin parahnya lagi, solusinya malah membangun ibu kota.
Baca juga:Berpotensi Bentrok Nadal di Semifinal Prancis Terbuka, Djokovic Pilih Kalem
“Apakah benar pembangunan ekonomi lebih merata gara-gara ibu kota diganti? Ya ndak benar. Sesat! Karena apa? Karena kalau kita lihat itu komitmen negara untuk mendorong penguatan daearah itu, makin lama makin merosot,” tandasnya.
Baca juga:Wow, Potensi Bisnis Bayi Tabung di Indonesia Capai Rp17,5 Triliun per Tahun
“Vaksinasi prioritas entah keberapa. Lebih penting membeli senjata Rp1.700 triliun itu ketimbang vaksinasi yang tidak seberapa,” ujar Faisal di dalam video virtual, Rabu (9/6/2021).
Selain itu, ekonomi Indonesia juga dianggap masih rapuh, dikarenakan indeks demokrasi kita yang turun. Masyarakat harus mengubah paradigma bahwa politik dan ekonomi itu tidak dapat dipisahkan, demokrasi memengaruhi ekonomi.
“Kegiatan ekonomi di Indonesia makin tidak bermutu, mengandalkan otot bukan otak. Makanya oligarki semakin menguat. Untuk mengatasinya, harus transformasi. The only way untuk kita keluar dari middle-income trap adalah dengan transformasi dan pembangunan berkelanjutan," bebernya.
Selain ekonomi yang rapuh, pengeluaran pemerintah pusat juga naik terus, tidak peduli adanya krisis. Sayangnya, transfer ke daerah relatif stagnan. Faisal mengatakan bahwa pembangunan kita sangat tidak inklusif dan adanya ketimpangan. Semakin parahnya lagi, solusinya malah membangun ibu kota.
Baca juga:Berpotensi Bentrok Nadal di Semifinal Prancis Terbuka, Djokovic Pilih Kalem
“Apakah benar pembangunan ekonomi lebih merata gara-gara ibu kota diganti? Ya ndak benar. Sesat! Karena apa? Karena kalau kita lihat itu komitmen negara untuk mendorong penguatan daearah itu, makin lama makin merosot,” tandasnya.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda