Wow, Potensi Bisnis Bayi Tabung di Indonesia Capai Rp17,5 Triliun per Tahun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di tengah moderintas zaman yang kian membuncah, bisnis bayi tabung ternyata punya prospek atau peluang yang menjanjikan. Menurut perhitungan Morula IVF Indonesia, ada sekitar 250 ribu pasangan di Indonesia yang membutuhkan layanan bayi tabung per tahunnya.
Morula--perusahaan yang bergerak di bisnis ini--sendiri baru melayani permintaan sebanyak lima ribu bayi tabung per tahunnya. Jumlah itu didapat dari 10 cabang kliniknya yang tersebar di berbagai daerah.
Baca juga:LPKR Bantu Masyarakat Atasi Masalah Ekonomi Akibat Pandemi
"Pertumbuhannya sebesar 20% hingga 30% per tahun," kata Ivan Rizal Sini, Presiden Direktur Morula IVF Indonesia, saat acara Morula Fertility Fest di Cimanggis, Depok, Rabu (9/6/2021).
Menurut Ivan, jumlah yang ditangani Morula masih kalah jika dibandingkan dengan sejumlah negara di kawasan ASEAN, seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Makanya Morulla menyatakan bahwa pihaknya memiliki perhatian besar soal ini.
"Ke depannya, kita sangat punya intensi yang besar," tambah Ivan.
Menariknya, meski di Indonesia sudah ada pelayanan kebutuhan bayi tabung, tetap saja ada sebagian warga yang memilih mengikuti program pemilikan bayi itu ke luar negeri, salah satunya ke Malaysia. Alhasil, banyak devisa yang harus keluar dari republik ini.
"Ada sekitar empat ribu pasangan yang berobat ke Malayasia. Kita membayaangkan betapa besarnya devisa yang keluar," jelas Ivan.
Mengutip situs Infertility Aide, sebuah layanan yang sama di Malaysia, tarif program bayi tabung di negeri jiran itu mencapai 18.000 ringgit atau sekitar USD4.372 (Rp62 juta). Jumlah itu belum termasuk obat dan yang lainnya. Ditambah biaya tiket pesawat, akomodasi, dan yang lainnya, tentu angkanya akan semakin membesar.
Baca juga:Luna Maya Perkenalkan Suaminya pada Maia Estianty
Morula sendiri mematok biaya layanan bayi tabungnya antara Rp60 juta hingga Rp70 juta, tergantung jenis layan yang diinginkan pasien. Dari situ, secara kasar Morula bisa mengantongi antara Rp300 miliar hingga Rp350 miliar per tahun.
Nah bayangkan jika ada 250 ribu pasangan yang membutuhkan layanan ini per tahunnya, maka diperkirakan potensi bisnisnya sendiri mencapai Rp15 triliun hingga Rp17,5 triliun per tahun. Wow.
Morula--perusahaan yang bergerak di bisnis ini--sendiri baru melayani permintaan sebanyak lima ribu bayi tabung per tahunnya. Jumlah itu didapat dari 10 cabang kliniknya yang tersebar di berbagai daerah.
Baca juga:LPKR Bantu Masyarakat Atasi Masalah Ekonomi Akibat Pandemi
"Pertumbuhannya sebesar 20% hingga 30% per tahun," kata Ivan Rizal Sini, Presiden Direktur Morula IVF Indonesia, saat acara Morula Fertility Fest di Cimanggis, Depok, Rabu (9/6/2021).
Menurut Ivan, jumlah yang ditangani Morula masih kalah jika dibandingkan dengan sejumlah negara di kawasan ASEAN, seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Makanya Morulla menyatakan bahwa pihaknya memiliki perhatian besar soal ini.
"Ke depannya, kita sangat punya intensi yang besar," tambah Ivan.
Menariknya, meski di Indonesia sudah ada pelayanan kebutuhan bayi tabung, tetap saja ada sebagian warga yang memilih mengikuti program pemilikan bayi itu ke luar negeri, salah satunya ke Malaysia. Alhasil, banyak devisa yang harus keluar dari republik ini.
"Ada sekitar empat ribu pasangan yang berobat ke Malayasia. Kita membayaangkan betapa besarnya devisa yang keluar," jelas Ivan.
Mengutip situs Infertility Aide, sebuah layanan yang sama di Malaysia, tarif program bayi tabung di negeri jiran itu mencapai 18.000 ringgit atau sekitar USD4.372 (Rp62 juta). Jumlah itu belum termasuk obat dan yang lainnya. Ditambah biaya tiket pesawat, akomodasi, dan yang lainnya, tentu angkanya akan semakin membesar.
Baca juga:Luna Maya Perkenalkan Suaminya pada Maia Estianty
Morula sendiri mematok biaya layanan bayi tabungnya antara Rp60 juta hingga Rp70 juta, tergantung jenis layan yang diinginkan pasien. Dari situ, secara kasar Morula bisa mengantongi antara Rp300 miliar hingga Rp350 miliar per tahun.
Nah bayangkan jika ada 250 ribu pasangan yang membutuhkan layanan ini per tahunnya, maka diperkirakan potensi bisnisnya sendiri mencapai Rp15 triliun hingga Rp17,5 triliun per tahun. Wow.
(uka)