Saatnya Menggerakkan Ekonomi Rakyat Melalui Kurban
Kamis, 24 Juni 2021 - 18:17 WIB
JAKARTA - Kehadiran program sentra ternak DD Farm dari Dompet Dhuafa yang menjadi bagian Aksi Peduli Dampak Corona (APDC), sebagai solusi di tengah krisis ekonomi bagi masyarakat sekitar, sedikit membawa angin segar. Bahkan program yang bergulir di sejumlah daerah tersebut, mulai menyerap pendamping program dari masyarakat setempat yang terdampak pemutusan hubungan kerja akibat pandemi.
Ekonom Senior Hendri Saparini menjelaskan jika dilihat data jumlah orang yang bekerja di sektor pertanian dan peternakan tumbuh lebih dari 2% di tengah pandemi. Dapat disimpulkan bahwa sektor tersebut dapat menciptakan lapangan kerja. “Kalau begitu kelompok menengah ke atas jumlahnya lebih banyak dan saya yakin sekitar 40 juta keluarga dapat berbelanja kurban. Maka itu sangat membantu dalam menggerakkan perekonomian rakyat,” kata Hendri pada acara konferensi pers ‘Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa’ yang berlangsung secara daring, pada Kamis (24/6/2021).
Menurutnya, sebagian besar orang Indonesia berkurban dengan sapi, dan kambing yang merupakan hewan yang diternak di domestik bukan dari impor. Hal tersebut, akan berdampak besar pada ekonomi perternak kecil. “Jadi kalau ada 29 juta orang bekerja di sektor pertanian dan peternakan, kemudian belanja, maka akan ada optimisme bahwa sebenarnya ekonomi kita tidak berhenti,” ujar Hendri.
Dia juga menambahkan, inilah saatnya untuk berbelanja dan untuk tidak menahan belanja kurban. Karena itu akan berdampak bagi jutaan peternak di Indonesia, dan itu akan menjadi harapan baru bahwa ekonomi Indonesia ada kesempatan untuk pulih.
Peneliti Senior IDEAS Ahsin Aligori menambahkan optimisme laju ekonomi di tengah pandemi tidak terlepas dari pemerataan daging kurban. Fakta menarik riset IDEAS di tahun 2020 lalu, ternyata Jabodetabek merupakan pasar utama kurban terbesar di Indonesia dan secara pendistribusian mengalami surplus sampai 24.000 ton daging kurban yang berputar di Jabodatabek.
“Sementara di wilayah lain mengalami defisit daging kurban. Dengan adanya kurban diharapkan bisa menjadi momentum pemerataan daging kurban ke pelosok secara adil. Sehingga masyarakat pedesaan dapat terpenuhi konsumsi protein hewani yang sampai saat ini masih terjadi ketimpangan, antara kota dengan desa mengenai konsumsi protein hewani,” kata Ahsin.
Pengamat Ekonomi Aviliani menjelaskan tidak bisa dipungkiri pandemi ini menambah jumlah kemiskinan. Melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT) saja belum bisa mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya kurban ini bisa dimaksimalkan dalam membantu masyarakat dalam pemenuhan gizi, beban masyarakat di tengah pandemi ini tidak hanya untuk kebutuhan konsumsi, namun juga kebutuhan vitamin.
“Mayoritas pekurban adalah orang kaya di Jabodetabek dan pendistribusian kurban masih di area yang sama. Sehingga melalui Dompet Dhuafa dapat menyalurkan di luar Jabodetabek, bahkan di luar Pulau Jawa. Berkurban di Dompet Dhuafa tidak hanya membeli tetapi juga membina peternak kecil. Kita bisa menebarkan banyak kebaikan bukan hanya di daerah kita sendiri. Melainkan di wilayah lain yang jarang berkurban. Semoga dengan adanya kurban, banyak lagi masyarakat yang dapat menikmati hasil kurban,” paparnya.
Ekonom Senior Hendri Saparini menjelaskan jika dilihat data jumlah orang yang bekerja di sektor pertanian dan peternakan tumbuh lebih dari 2% di tengah pandemi. Dapat disimpulkan bahwa sektor tersebut dapat menciptakan lapangan kerja. “Kalau begitu kelompok menengah ke atas jumlahnya lebih banyak dan saya yakin sekitar 40 juta keluarga dapat berbelanja kurban. Maka itu sangat membantu dalam menggerakkan perekonomian rakyat,” kata Hendri pada acara konferensi pers ‘Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa’ yang berlangsung secara daring, pada Kamis (24/6/2021).
Menurutnya, sebagian besar orang Indonesia berkurban dengan sapi, dan kambing yang merupakan hewan yang diternak di domestik bukan dari impor. Hal tersebut, akan berdampak besar pada ekonomi perternak kecil. “Jadi kalau ada 29 juta orang bekerja di sektor pertanian dan peternakan, kemudian belanja, maka akan ada optimisme bahwa sebenarnya ekonomi kita tidak berhenti,” ujar Hendri.
Dia juga menambahkan, inilah saatnya untuk berbelanja dan untuk tidak menahan belanja kurban. Karena itu akan berdampak bagi jutaan peternak di Indonesia, dan itu akan menjadi harapan baru bahwa ekonomi Indonesia ada kesempatan untuk pulih.
Peneliti Senior IDEAS Ahsin Aligori menambahkan optimisme laju ekonomi di tengah pandemi tidak terlepas dari pemerataan daging kurban. Fakta menarik riset IDEAS di tahun 2020 lalu, ternyata Jabodetabek merupakan pasar utama kurban terbesar di Indonesia dan secara pendistribusian mengalami surplus sampai 24.000 ton daging kurban yang berputar di Jabodatabek.
“Sementara di wilayah lain mengalami defisit daging kurban. Dengan adanya kurban diharapkan bisa menjadi momentum pemerataan daging kurban ke pelosok secara adil. Sehingga masyarakat pedesaan dapat terpenuhi konsumsi protein hewani yang sampai saat ini masih terjadi ketimpangan, antara kota dengan desa mengenai konsumsi protein hewani,” kata Ahsin.
Pengamat Ekonomi Aviliani menjelaskan tidak bisa dipungkiri pandemi ini menambah jumlah kemiskinan. Melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT) saja belum bisa mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya kurban ini bisa dimaksimalkan dalam membantu masyarakat dalam pemenuhan gizi, beban masyarakat di tengah pandemi ini tidak hanya untuk kebutuhan konsumsi, namun juga kebutuhan vitamin.
“Mayoritas pekurban adalah orang kaya di Jabodetabek dan pendistribusian kurban masih di area yang sama. Sehingga melalui Dompet Dhuafa dapat menyalurkan di luar Jabodetabek, bahkan di luar Pulau Jawa. Berkurban di Dompet Dhuafa tidak hanya membeli tetapi juga membina peternak kecil. Kita bisa menebarkan banyak kebaikan bukan hanya di daerah kita sendiri. Melainkan di wilayah lain yang jarang berkurban. Semoga dengan adanya kurban, banyak lagi masyarakat yang dapat menikmati hasil kurban,” paparnya.
tulis komentar anda