Ekonomi Indonesia di Antara Jepitan Varian Delta dan Pemulihan Amerika

Rabu, 28 Juli 2021 - 17:31 WIB
Foto/ilustrasi/SINDOnews
JAKARTA - Tren positif pemulihan ekonomi dunia diperkirakan masih akan terus berlanjut. Dalam rilis terbaru World Economic Outlook (WEO) Juli 2021, IMF memproyeksikan ekonomi global tumbuh 6,0% di tahun 2021, tidak berubah dibandingkan WEO April 2021, dan 4,9% pada 2022 (naik 0,5 percentage point atau pp).

Kepala BKF Febrio Kacaribu mengatakan solidnya proyeksi perekonomian global lebih didukung oleh tambahan stimulus fiskal yang kuat dan akselerasi vaksinasi yang memungkinkan reopening lebih luas, khususnya di negara-negara maju seperti AS dan Eropa.

Baca juga:KSAU Copot Danlanud dan Dansatpom Lanud JA Dimara, Merauke, Papua

"Volume perdagangan global juga diprediksi mencatatkan kinerja yang solid, dan pada tahun 2021 diprediksi mengalami pertumbuhan sebesar 9,7% di 2021 (naik 1,3 pp)," kata Febrio di Jakarta, Rabu (28/7/2021).

Pertumbuhan yang kuat pada aktivitas perdagangan menunjukkan bahwa sektor eksternal juga menjadi faktor utama yang mendorong tumbuhnya ekonomi global. Namun, dunia harus mewaspadai risiko penyebaran varian Delta Covid-19 yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir serta menjaga efektivitas stimulus dan mendorong akses vaksinasi yang adil dan merata.



Meskipun demikian, pemulihan ekonomi global terjadi secara tidak merata (uneven recovery). Penyebabnya antara lain perbedaan situasi pandemi Covid-19, kecepatan vaksinasi, dan dukungan stimulus ekonomi.

Secara garis besar, kelompok negara maju mengalami kenaikan proyeksi didukung perluasan reopening, jangkauan vaksinasi yang tinggi, serta stimulus yang masif, seperti yang terjadi pada AS (proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 naik 0,6 pp), zona Euro (naik 0,2 pp) dan Korea Selatan (naik 0,7 pp).

Sementara itu, banyak negara berkembang yang mengalami penurunan proyeksi, utamanya akibat pemberlakuan restriksi lebih ketat di tengah penyebaran varian Delta. Tingkat vaksinasi yang relatif rendah di negara berkembang juga dianggap memberikan risiko kerentanan terhadap kesinambungan pemulihan ekonomi ke depan.

Beberapa negara yang mendapat revisi ke bawah antara lain India (-3,0 pp), Malaysia (-1,8 pp), Filipina (-1,5 pp), Thailand (-0,5 pp) dan Indonesia (-0,4 pp).
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More