Harga Batu Bara Diprediksi Terus Menguat hingga Akhir Tahun
Rabu, 04 Agustus 2021 - 12:08 WIB
JAKARTA - Tren penguatan harga batu bara diyakini masih akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2021. Hal ini seiring meningkatnya permintaan batu bara di beberapa negara.
"Harga ini tercermin dari peningkatan permintaan yang kuat. Jadi kalau perekonomian suatu negara sudah pulih, pasti yang paling besar peningkatan permintaan energi. Energi yang paling murah itu batu bara," ujar Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia ketika dihubungi, Rabu (4/8/2021).
Sementara, lanjut dia, sisi suplai agak terhambat sehingga tidak bisa mengikuti tingginya permintaan. Hambatan penawaran antara lain berupa curah hujan tinggi di Kalimantan.
"Bukan hanya di sini, tapi juga di China curah hujan tinggi," ungkapnya. Kondisi sekarang ini, kata Hendra, permintaan lebih besar daripada penawaran sehingga harga terus merangkak naik.
Sempat melandai pada Februari-April 2021, Harga Batu bara Acuan (HBA) mencatatkan kenaikan beruntun pada periode Mei-Juli 2021 hingga menyentuh angka USD115,35 per ton di Juli 2021. Kenaikan tersebut terus konsisten hingga bulan Agustus 2021 dengan mencatatkan rekor tertinggi baru.
Pada bulan Agustus 2021, HBA mencatatkan kenaikan hingga ke angka USD130,99 per ton, angka tertinggi lebih dari satu dekade terakhir. Penguatan ini didorong oleh meningkatnya permintaan batu bara di China, Jepang dan Korea Selatan.
"Melambungnya harga batu bara dunia dipengaruhi musim penghujan yang ekstrem di China yang mengganggu kegiatan produksi dan transportasi batu bara di negara tersebut. Sementara kebutuhan batubara meningkat untuk keperluan pembangkit listrik yang melampaui kapasitas pasokan batubara domestik negara tersebut," jelas Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi.
"Harga ini tercermin dari peningkatan permintaan yang kuat. Jadi kalau perekonomian suatu negara sudah pulih, pasti yang paling besar peningkatan permintaan energi. Energi yang paling murah itu batu bara," ujar Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia ketika dihubungi, Rabu (4/8/2021).
Sementara, lanjut dia, sisi suplai agak terhambat sehingga tidak bisa mengikuti tingginya permintaan. Hambatan penawaran antara lain berupa curah hujan tinggi di Kalimantan.
"Bukan hanya di sini, tapi juga di China curah hujan tinggi," ungkapnya. Kondisi sekarang ini, kata Hendra, permintaan lebih besar daripada penawaran sehingga harga terus merangkak naik.
Sempat melandai pada Februari-April 2021, Harga Batu bara Acuan (HBA) mencatatkan kenaikan beruntun pada periode Mei-Juli 2021 hingga menyentuh angka USD115,35 per ton di Juli 2021. Kenaikan tersebut terus konsisten hingga bulan Agustus 2021 dengan mencatatkan rekor tertinggi baru.
Pada bulan Agustus 2021, HBA mencatatkan kenaikan hingga ke angka USD130,99 per ton, angka tertinggi lebih dari satu dekade terakhir. Penguatan ini didorong oleh meningkatnya permintaan batu bara di China, Jepang dan Korea Selatan.
"Melambungnya harga batu bara dunia dipengaruhi musim penghujan yang ekstrem di China yang mengganggu kegiatan produksi dan transportasi batu bara di negara tersebut. Sementara kebutuhan batubara meningkat untuk keperluan pembangkit listrik yang melampaui kapasitas pasokan batubara domestik negara tersebut," jelas Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi.
(fai)
tulis komentar anda