Menanti Lanjutan Laju Ekonomi di Masa Pandemi
Selasa, 10 Agustus 2021 - 06:02 WIB
Sutrisno menuturkan sebenarnya geliat ekonomi sudah ada mulai terasa dan ada perbaikan pada kuartal II. Akan tetapi, semua itu kembali menurun dengan adanya PPKM darurat dan level 4. Orang-orang tidak bisa leluasa sehingga konsumsi atau belanjanya pun menurun. Salah satu celah yang bisa mendongkrak perekonomian pada semester III hingga IV ini adalah belanja pemerintah.
Sutrisno mengatakan, pemerintah harus belanja pada sektor pertanian, perdagangan, manufaktur, dan akomodasi. “Itu sektor yang bisa lebih didorong karena mampu menyerap tenaga kerja. Kalau sektor itu tumbuh dan penyerapan tenaga kerja baik, masyarakat mendapatkan income. Dengan adanya income, ekonomi juga akan tumbuh,” pungkasnya.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan ekspor masih tetap menjadi penggerak ekonomi pada kuartal III/2021. Hal ini mengingat kondisi ekonomi negara dagang lainnya seperti China, Amerika Serikat, dan Jepang bertumbuh dengan baik. Sehingga permintaan pada komoditi ekspor Indonesia berpotensi baik, harga komoditas yang merupakan ekspor utama Indonesia akan cenderung membaik.
Namun, Shinta melihat pada kuartal III ini tidak akan sebaik pada kuartal II. Sebab, membaiknya ekspor di kuartal II lalu karena kondisi Covid-19 yang cukup terkendali, sehingga sektor usaha juga lumayan bergerak. Tetapi, untuk kuartal III dengan adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang cukup panjang menjadi rem yang signifikan bagi pergerakan ekonomi.
"Di dalam negeri sektor yang diuntungkan oleh pandemi yaitu farmasi, telekomunikasi, pertanian, dan transportasi mudah-mudahan bisa bertahan,"jelasnya.
Dia menambahkan kelompok pengeluaran pada kuartal III dan IV masih tergantung pada pemerintah. Sebab, pada kuartal I dan II juga biasanya pengeluaran lambat. Sehingga pada kuartal III dan IV ini pemerintah harus mempercepat pengeluaran. "Semoga nanti investasi bisa lebih baik seiring dengan adanya Undang-undang Cipta Kerja yang sudah diikuti dengan peraturan pemerintah sebagai turunannya. Tapi ini masih harus ditentukan oleh proses transmisi di tingkat pelaksanaan sehingga sering terjadi kelambatan,"tuturnya.
Dia mencontohkan sismte online single submission (OSS) yang masih mundur di beberapa daerah sehingga dalam mengurus perizinan masih mengikuti prosedur lama. "Kami berharap konsumsi rumah tangga bisa lebih didongkrak lagi karena baru pada kuartal II ini bisa tumbuh positif walaupun hanya 1,27%. Itu sudah lumayan, karena di kuartal I masih minus," kata Shinta.
Dia mengatakan, konsumsi rumah tangga masih menjadi komponen terbesar PDB dari sisi pengeluaran. Realisasi program pemulihan ekonomi nasional (PEN) untuk mendorong konsumsi masyarakat juga perlu dipercepat.
Sutrisno mengatakan, pemerintah harus belanja pada sektor pertanian, perdagangan, manufaktur, dan akomodasi. “Itu sektor yang bisa lebih didorong karena mampu menyerap tenaga kerja. Kalau sektor itu tumbuh dan penyerapan tenaga kerja baik, masyarakat mendapatkan income. Dengan adanya income, ekonomi juga akan tumbuh,” pungkasnya.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan ekspor masih tetap menjadi penggerak ekonomi pada kuartal III/2021. Hal ini mengingat kondisi ekonomi negara dagang lainnya seperti China, Amerika Serikat, dan Jepang bertumbuh dengan baik. Sehingga permintaan pada komoditi ekspor Indonesia berpotensi baik, harga komoditas yang merupakan ekspor utama Indonesia akan cenderung membaik.
Namun, Shinta melihat pada kuartal III ini tidak akan sebaik pada kuartal II. Sebab, membaiknya ekspor di kuartal II lalu karena kondisi Covid-19 yang cukup terkendali, sehingga sektor usaha juga lumayan bergerak. Tetapi, untuk kuartal III dengan adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang cukup panjang menjadi rem yang signifikan bagi pergerakan ekonomi.
"Di dalam negeri sektor yang diuntungkan oleh pandemi yaitu farmasi, telekomunikasi, pertanian, dan transportasi mudah-mudahan bisa bertahan,"jelasnya.
Dia menambahkan kelompok pengeluaran pada kuartal III dan IV masih tergantung pada pemerintah. Sebab, pada kuartal I dan II juga biasanya pengeluaran lambat. Sehingga pada kuartal III dan IV ini pemerintah harus mempercepat pengeluaran. "Semoga nanti investasi bisa lebih baik seiring dengan adanya Undang-undang Cipta Kerja yang sudah diikuti dengan peraturan pemerintah sebagai turunannya. Tapi ini masih harus ditentukan oleh proses transmisi di tingkat pelaksanaan sehingga sering terjadi kelambatan,"tuturnya.
Dia mencontohkan sismte online single submission (OSS) yang masih mundur di beberapa daerah sehingga dalam mengurus perizinan masih mengikuti prosedur lama. "Kami berharap konsumsi rumah tangga bisa lebih didongkrak lagi karena baru pada kuartal II ini bisa tumbuh positif walaupun hanya 1,27%. Itu sudah lumayan, karena di kuartal I masih minus," kata Shinta.
Dia mengatakan, konsumsi rumah tangga masih menjadi komponen terbesar PDB dari sisi pengeluaran. Realisasi program pemulihan ekonomi nasional (PEN) untuk mendorong konsumsi masyarakat juga perlu dipercepat.
tulis komentar anda