Pandemi Belum Usai, Bisnis Apa yang Tepat dan Bisa Bertahan?
Selasa, 10 Agustus 2021 - 07:45 WIB
JAKARTA - Pandemi Covid-19 membuat banyak bisnis terpukul dan tak sedikit yang tumbang. Namun, menurut Pengamat Bisnis dan Pemasaran Yuswohady, banyak juga peluang bisnis yang muncul dan bertahan.
Menurut dia, agar survive di tengah pandemi, pelaku usaha harus bisa memperluas usahanya melalui kanal digital, mulai dari mempromosikan hingga mendistribusikan merek dagangannya.
Kata dia, memperluas jaringan bisnis melalui dunia digital sudah harus dilakukan mulai sekarang. Pasalnya, pandemi ini memang membawa tren perubahan transaksi masyarakat melalui teknologi.
"Kalau sekarang itu sudah tidak bisa lagi digital dianggap sebagai pelengkap, itu sudah keharusan, harus dua-duanya ini jalan, walaupun fisikal itu tidak akan mati," ujarnya kepada MNC Portal Indonesia (MPI), dikutip Selasa (10/8/2021).
Dia menyebut, pandemi ini setidaknya memberikan kesimpulan bahwa perubahan model bisnis terjadi pada empat hal yakni kesehatan atau kebersihan, sentuhan, kerumunan, dan mobilitas. "Pertama, higienisitas dan safety itu penting, yaitu seperti mengedepankan keselamatan dan kesehatan pelanggan," tukasnya. Selanjutnya adalah bisnis-bisnis yang bersifat low touch, artinya bisnis yang tingkat bersentuhannya minim. "Ini solusinya digital," lanjutnya.
Kemudian less crowd, yaitu bisnis-bisnis yang memerlukan banyak kerumunan, seperti bioskop dan konser musik. Bisnis seperti ini sulit jika harus survive di tengah pandemi yang membatasi lingkup seseorang.
Selanjutnya yaitu bisnis yang memiliki mobilitas tinggi, atau bisnis-bisnis yang high mobility, seperti travel. "Maka untuk 3 sampai 4 tahun ke depan pariwisata itu masih berat karena membutuhkan mobilitas yang tinggi," tuturnya.
Yuswohady menjelaskan bahwa ketika ingin memulai bisnis di tengah pandemi setidaknya mempertimbangkan keempat aspek tersebut. "Jadi mesti keselamatan menjadi prioritas, juga harus low touch, less crowd, kemudian bisnis-bisnis yang mobilitasnya rendah," urainya.
Untuk itu, menurut Yuswohady, bisnis digital menjadi prospek yang bagus dan memiliki ketahanan survive yang lebih baik di masa pandemi Covid-19. Pasalnya, pada umumnya bisnis digital memiliki higienisitas dan safety yang bagus, juga bersifat low touch, karena penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung.
Selain itu bisnis digital juga bersifat less crowd, yang tidak akan menimbulkan keramaian serta tidak perlu mobility. "Jadi yang pertama dilakukan adalah melihat bisnis apa yang masih bisa tumbuh di masa pandemi, misalnya resto itu masih bisa, karena orang kan butuh makan, tapi kalau travel itu berat, atau bisa juga ke makanan kemasan," paparnya.
Menurut dia, agar survive di tengah pandemi, pelaku usaha harus bisa memperluas usahanya melalui kanal digital, mulai dari mempromosikan hingga mendistribusikan merek dagangannya.
Kata dia, memperluas jaringan bisnis melalui dunia digital sudah harus dilakukan mulai sekarang. Pasalnya, pandemi ini memang membawa tren perubahan transaksi masyarakat melalui teknologi.
"Kalau sekarang itu sudah tidak bisa lagi digital dianggap sebagai pelengkap, itu sudah keharusan, harus dua-duanya ini jalan, walaupun fisikal itu tidak akan mati," ujarnya kepada MNC Portal Indonesia (MPI), dikutip Selasa (10/8/2021).
Dia menyebut, pandemi ini setidaknya memberikan kesimpulan bahwa perubahan model bisnis terjadi pada empat hal yakni kesehatan atau kebersihan, sentuhan, kerumunan, dan mobilitas. "Pertama, higienisitas dan safety itu penting, yaitu seperti mengedepankan keselamatan dan kesehatan pelanggan," tukasnya. Selanjutnya adalah bisnis-bisnis yang bersifat low touch, artinya bisnis yang tingkat bersentuhannya minim. "Ini solusinya digital," lanjutnya.
Kemudian less crowd, yaitu bisnis-bisnis yang memerlukan banyak kerumunan, seperti bioskop dan konser musik. Bisnis seperti ini sulit jika harus survive di tengah pandemi yang membatasi lingkup seseorang.
Selanjutnya yaitu bisnis yang memiliki mobilitas tinggi, atau bisnis-bisnis yang high mobility, seperti travel. "Maka untuk 3 sampai 4 tahun ke depan pariwisata itu masih berat karena membutuhkan mobilitas yang tinggi," tuturnya.
Yuswohady menjelaskan bahwa ketika ingin memulai bisnis di tengah pandemi setidaknya mempertimbangkan keempat aspek tersebut. "Jadi mesti keselamatan menjadi prioritas, juga harus low touch, less crowd, kemudian bisnis-bisnis yang mobilitasnya rendah," urainya.
Untuk itu, menurut Yuswohady, bisnis digital menjadi prospek yang bagus dan memiliki ketahanan survive yang lebih baik di masa pandemi Covid-19. Pasalnya, pada umumnya bisnis digital memiliki higienisitas dan safety yang bagus, juga bersifat low touch, karena penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung.
Selain itu bisnis digital juga bersifat less crowd, yang tidak akan menimbulkan keramaian serta tidak perlu mobility. "Jadi yang pertama dilakukan adalah melihat bisnis apa yang masih bisa tumbuh di masa pandemi, misalnya resto itu masih bisa, karena orang kan butuh makan, tapi kalau travel itu berat, atau bisa juga ke makanan kemasan," paparnya.
(ind)
Lihat Juga :
tulis komentar anda