Jumlah Investor Milenial RI Masih Jauh dari Potensi
Jum'at, 13 Agustus 2021 - 17:54 WIB
JAKARTA - Jumlah investor milenial memang terus mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Namun hal itu dirasa masih kurang banyak dari potensi yang dimiliki oleh Indonesia.
Berdasarkan laporan dari Statista Investment Behaviour Worldwide tahun 2019 terkait dengan perilaku para generasi milenial , dipaparkan bahwa dalam laporan itu menyebutkan di Hongkong jumlah generasi milenialnya 57% telah berinvestasi.
Begitu juga di beberapa negara lain seperti di Amerika Serikat 32%, di Australia 28%, di Inggris 24%, di Jerman 23%, dan di Perancis 18% telah melakukan investasi.
Jika dilihat dari peta demografi Indonesia , jumlah penduduk usia produktif di Indonesia (usia 15-64 tahun) ada 191 juta jiwa. Jadi kalau baru 5,6 juta penduduk Indonesia yang masuk sebagai investor ritel itu artinya baru 3% dari penduduk usia produktif yang memanfaatkan peluang investasi di Indonesia.
“Di kita (Indonesia), kalau kita menghitung sekarang ini ada 6 juta sekarang investor ritel, taruhlah setengahnya itu milenial, berarti baru 3 juta dari 70 juta anak-anak milenial. Jadi baru sekitar 3 persenan lebih sedikit. Angka ini masih di bawah dan peluang untuk tumbuh itu akan sangat besar sekali,” ungkap Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti di Jakarta, Jumat (13/8/2021).
Para generasi milenial di Indonesia menurutnya harus terus mendapatkan edukasi yang baik tentang investasi, agar terdorong untuk mau melakukannya sejak dini. Terlebih lagi sekarang ini cara berinvestasi sangat mudah.
Apalagi, munculnya beragam financial technology (fintech) yang menawarkan kemudahan berinvestasi sangat berpengaruh besar untuk mendorong minat generasi milenial yang telah akrab dengan teknologi.
Kata dia, semangat nasionalisme generasi milenial juga harus terus dibangun. Di era sekarang, rasa nasionalisme tidak ditunjukkan dengan mengangkat senjata dan melawan penjajah, namun dengan kontribusi dan partipasi untuk membangun negeri.
Salah satu kontribusi yang bisa dilakukan sekarang ini adalah dengan melakukan investasi dalam pembangunan di Indonesia.
“Saya Ingin menyampaikan optimisme saya bahwa Indonesia akan mampu berdiri menjadi negara maju dan berpendapatan tinggi. Oleh karena itu sebagai penutup saya ingin mengajak kita semua, mari bersama membangun negeri menjadi investor di negeri sendiri,” tutupnya.
Berdasarkan laporan dari Statista Investment Behaviour Worldwide tahun 2019 terkait dengan perilaku para generasi milenial , dipaparkan bahwa dalam laporan itu menyebutkan di Hongkong jumlah generasi milenialnya 57% telah berinvestasi.
Begitu juga di beberapa negara lain seperti di Amerika Serikat 32%, di Australia 28%, di Inggris 24%, di Jerman 23%, dan di Perancis 18% telah melakukan investasi.
Jika dilihat dari peta demografi Indonesia , jumlah penduduk usia produktif di Indonesia (usia 15-64 tahun) ada 191 juta jiwa. Jadi kalau baru 5,6 juta penduduk Indonesia yang masuk sebagai investor ritel itu artinya baru 3% dari penduduk usia produktif yang memanfaatkan peluang investasi di Indonesia.
“Di kita (Indonesia), kalau kita menghitung sekarang ini ada 6 juta sekarang investor ritel, taruhlah setengahnya itu milenial, berarti baru 3 juta dari 70 juta anak-anak milenial. Jadi baru sekitar 3 persenan lebih sedikit. Angka ini masih di bawah dan peluang untuk tumbuh itu akan sangat besar sekali,” ungkap Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti di Jakarta, Jumat (13/8/2021).
Para generasi milenial di Indonesia menurutnya harus terus mendapatkan edukasi yang baik tentang investasi, agar terdorong untuk mau melakukannya sejak dini. Terlebih lagi sekarang ini cara berinvestasi sangat mudah.
Apalagi, munculnya beragam financial technology (fintech) yang menawarkan kemudahan berinvestasi sangat berpengaruh besar untuk mendorong minat generasi milenial yang telah akrab dengan teknologi.
Kata dia, semangat nasionalisme generasi milenial juga harus terus dibangun. Di era sekarang, rasa nasionalisme tidak ditunjukkan dengan mengangkat senjata dan melawan penjajah, namun dengan kontribusi dan partipasi untuk membangun negeri.
Salah satu kontribusi yang bisa dilakukan sekarang ini adalah dengan melakukan investasi dalam pembangunan di Indonesia.
“Saya Ingin menyampaikan optimisme saya bahwa Indonesia akan mampu berdiri menjadi negara maju dan berpendapatan tinggi. Oleh karena itu sebagai penutup saya ingin mengajak kita semua, mari bersama membangun negeri menjadi investor di negeri sendiri,” tutupnya.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda