Rahasia Industri Baja Tumbuh Melejit di Tengah Kondisi Sulit
Rabu, 18 Agustus 2021 - 16:15 WIB
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengungkapkan, Indonesia tengah berevolusi dari negara yang menjual barang mentah setengah jadi menjadi barang industri dan industri berteknologi tinggi.
“Dari Top 5 ekspor kita tahun 2020-2021, ada dua yang bisa digarisbawahi sebagai bagian penting. Pertama, industri baja HS 84. Kalau kita lihat kenapa itu sukses, karena itu adalah bagian dari komitmen kita, disiplin kita untuk mau mengembangkan hilirisasi dari komoditas pertambangan kita,” ujarnya dalam diskusi online, Rabu (18/8/2021).
Lanjutnya, karena kedisiplinan itu maka terjadi penambahan pelipatgandaan nilai tambah ekonomi yang drastis. Hal itu tercermin dari ekspor besi baja senilai Rp10,86 miliar tahun 2020. Kemudian Januari-Juni 2021 pertumbuhan ekspor semakin unjuk gigi, yakni naik 92,4%.
Menurut Mendag, itu pun sebenarnya sudah dikenakan ancaman oleh China karena 69% dari besi stainless steel Indonesia kembali ke China. Artinya, barang Indonesia terutama komoditas pertambangannya yang dikerjakan dengan disiplin, menjadikan komoditas tersebut mempunyai struktur harga yang sangat kompetitif.
“Jadi kalau kita bisa bersaing dengan China, saya yakin kita bisa bersaing dengan Eropa atau negara manapun di dunia. Karena China adalah factory of the world,” tukasnya.
Selanjutnya, Mendag memaparkan Top 5 ekspor Indonesia terdiri dari Crude Palm Oil (CPO), batu bara, besi baja, elektronik, dan otomotif. Untuk otomotif ditunjukkan dengan pencapaian ekspor mobil yang kembali normal yakni berhasil mengirim 310-350 ribu mobil, kata Mendag, itu akan tumbuh menjadi USD9 miliar.
“Bisa dibayangkan Indonesia yang tadinya impor mobil banyak sekarang menjadi salah satu pengekspor mobil utama di ASEAN dan regional. Perlu diketahui, Filipina adalah pasar utama ekspor mobil. Jadi dari sini kita bisa lihat bahwa Indonesia dapat merajai pasar Filipina. Ini artinya barang Indonesia mampu karena kita bisa!” tandasnya.
“Dari Top 5 ekspor kita tahun 2020-2021, ada dua yang bisa digarisbawahi sebagai bagian penting. Pertama, industri baja HS 84. Kalau kita lihat kenapa itu sukses, karena itu adalah bagian dari komitmen kita, disiplin kita untuk mau mengembangkan hilirisasi dari komoditas pertambangan kita,” ujarnya dalam diskusi online, Rabu (18/8/2021).
Lanjutnya, karena kedisiplinan itu maka terjadi penambahan pelipatgandaan nilai tambah ekonomi yang drastis. Hal itu tercermin dari ekspor besi baja senilai Rp10,86 miliar tahun 2020. Kemudian Januari-Juni 2021 pertumbuhan ekspor semakin unjuk gigi, yakni naik 92,4%.
Menurut Mendag, itu pun sebenarnya sudah dikenakan ancaman oleh China karena 69% dari besi stainless steel Indonesia kembali ke China. Artinya, barang Indonesia terutama komoditas pertambangannya yang dikerjakan dengan disiplin, menjadikan komoditas tersebut mempunyai struktur harga yang sangat kompetitif.
“Jadi kalau kita bisa bersaing dengan China, saya yakin kita bisa bersaing dengan Eropa atau negara manapun di dunia. Karena China adalah factory of the world,” tukasnya.
Selanjutnya, Mendag memaparkan Top 5 ekspor Indonesia terdiri dari Crude Palm Oil (CPO), batu bara, besi baja, elektronik, dan otomotif. Untuk otomotif ditunjukkan dengan pencapaian ekspor mobil yang kembali normal yakni berhasil mengirim 310-350 ribu mobil, kata Mendag, itu akan tumbuh menjadi USD9 miliar.
“Bisa dibayangkan Indonesia yang tadinya impor mobil banyak sekarang menjadi salah satu pengekspor mobil utama di ASEAN dan regional. Perlu diketahui, Filipina adalah pasar utama ekspor mobil. Jadi dari sini kita bisa lihat bahwa Indonesia dapat merajai pasar Filipina. Ini artinya barang Indonesia mampu karena kita bisa!” tandasnya.
(ind)
Lihat Juga :
tulis komentar anda