Gergasi Amerika Siap Beli Perusahaan Chip Seharga Rp509 Triliun, Pemerintah Inggris Cemas
Sabtu, 21 Agustus 2021 - 11:00 WIB
JAKARTA - Langkah Amerika Serikat mengatasi krisis chip untuk industri di negaranya tak main-main. Seperti dilaporkan oleh BBC, Jumat (20/8) Nvidia, pembuat chip grafis dan artificial intelligence terbesar di dunia asal Amerika, dikabarkan berencana membeli Arm, sebuah perusahaan perancang chip yang berkedudukan di Inggris. Nilai pembeliannya? Wow fantastis, mencapai 29 miliar poundsterling atau setara Rp509,9 triliun.
Aksi pembelian itu, bisa jadi tak lepas dari keputusan Presiden AS Joe Biden yang menandatangani perintah eksekutif untuk mengatasi masalah krisis chip di negaranya. Biden berjanji mencari pendanaan sebesar USD37 miliar atau lebih dari setengah kuadriliun rupiah untuk undang-undang peningkatan manufaktur chip di AS.
Keputusan Biden itu tentu saja untuk menyelamatkan sejumlah gergasi teknologi di sana yang morat-marit kekurangan chip untuk kepentingan produksi. Apple, misalnya, yang tahun lalu dikabarkan harus terhuyung-huyung merilis iPhone-nya karena kekurangan chip.
Aksi pembelian Arm oleh Nvidia tentu saja menggelitik kekwahatiran Inggris dan juga dunia. Pasalnya, kekayaan intelektual Arm banyak digunakan oleh para pesaing Nvidia untuk memproduksi chip. Otoritas Persaingan dan Pasar (The Competition and Markets Authority/CMA) "menduga" jika Nvidia mengendalikan Arm, maka perusahaan itu dapat memutus akses para pesaingnya.
"Rencana pembelian itu menimbulkan kekhawatiran persaingan serius," kata pengawas persaingan Inggris.
Tak sampai di situ, CMA juga mengkhawatirkan kesepakatan itu akan menghambat inovasi di beberapa bidang, seperti game dan mobil self-driving. Makanya, CMA menyatakan perlu penyelidikan yang lebih mendalam terhadap pengambilalihan Arm oleh Nvidia.
Tak menutup kemungkinan bahwa pengambilalihan itu akan tunduk pada penyelidikan "phase 2" yang lebih dalam. Artinya, pengambilalihan itu akan disetop.
Seorang juru bicara Department for Digital, Culture, Media & Sport (DCMS)--sebuah departemen dalam pemerintahan Inggris yang bertanggung jawab terkait masalah ini--mengatakan, sekretaris negara urusan digital akan membuat keputusan terkait kelanjutan penyelidikan ke tahap berikutnya.
Aksi pembelian itu, bisa jadi tak lepas dari keputusan Presiden AS Joe Biden yang menandatangani perintah eksekutif untuk mengatasi masalah krisis chip di negaranya. Biden berjanji mencari pendanaan sebesar USD37 miliar atau lebih dari setengah kuadriliun rupiah untuk undang-undang peningkatan manufaktur chip di AS.
Keputusan Biden itu tentu saja untuk menyelamatkan sejumlah gergasi teknologi di sana yang morat-marit kekurangan chip untuk kepentingan produksi. Apple, misalnya, yang tahun lalu dikabarkan harus terhuyung-huyung merilis iPhone-nya karena kekurangan chip.
Aksi pembelian Arm oleh Nvidia tentu saja menggelitik kekwahatiran Inggris dan juga dunia. Pasalnya, kekayaan intelektual Arm banyak digunakan oleh para pesaing Nvidia untuk memproduksi chip. Otoritas Persaingan dan Pasar (The Competition and Markets Authority/CMA) "menduga" jika Nvidia mengendalikan Arm, maka perusahaan itu dapat memutus akses para pesaingnya.
"Rencana pembelian itu menimbulkan kekhawatiran persaingan serius," kata pengawas persaingan Inggris.
Tak sampai di situ, CMA juga mengkhawatirkan kesepakatan itu akan menghambat inovasi di beberapa bidang, seperti game dan mobil self-driving. Makanya, CMA menyatakan perlu penyelidikan yang lebih mendalam terhadap pengambilalihan Arm oleh Nvidia.
Tak menutup kemungkinan bahwa pengambilalihan itu akan tunduk pada penyelidikan "phase 2" yang lebih dalam. Artinya, pengambilalihan itu akan disetop.
Seorang juru bicara Department for Digital, Culture, Media & Sport (DCMS)--sebuah departemen dalam pemerintahan Inggris yang bertanggung jawab terkait masalah ini--mengatakan, sekretaris negara urusan digital akan membuat keputusan terkait kelanjutan penyelidikan ke tahap berikutnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda