Menko Airlangga Pantau Penurunan Harga Minyak Mentah Dunia

Selasa, 21 April 2020 - 17:23 WIB
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan akan terus memantau penurunan harga minyak dunia. Foto/Dok
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan akan terus memantau penurunan harga minyak dunia. Pasalnya harga minyak Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) sempat menyentuh minus USD7,63 /barel.

“Tentu bagi Indonesia kita memonitor karena terkait dengan biodiesel 30,” ujar Menko Airlangga di Jakarta, Selasa (21/4/2020).

Sebagi informasi, harga minyak mentah berjangka AS rebound pada perdagangan hari ini setelah diperdagangkan di bawah USD0 untuk pertama kalinya dalam sejarah awal pekan ini. Akan tetapi, kenaikan tetap terbatas di tengah kekhawatiran yang belum usai mengenai bagaimana pasar dapat mengatasi hancurnya permintaan bahan bakar oleh pandemi corona.



Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Mei naik USD38,73 sen pada USD1,10 per barel. Kontrak Mei berakhir pada Selasa, sementara kontrak Juni, yang lebih aktif diperdagangkan, melonjak USD1,72 sen atau 8,4%, menjadi USD22,15 per barel. Sementara, benchmark global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni naik USD49 sen, atau 1,9%, menjadi USD26,06 per barel.

Kontrak Juni WTI mampu menahan level USD20 per barel dan melihat kenaikan moderat setelah rollover menyakitkan kontrak Mei," kata analis pasar senior di broker OANDA Edward Moya, seperti dikutip Reuters, Selasa (21/4/2020).

Harga minyak telah tergelincir karena pembatasan perjalanan dan karantina wilayah di seluruh dunia untuk menahan penyebaran virus corona yang membatasi penggunaan bahan bakar secara global. Dengan permintaan yang turun 30% di seluruh dunia, stok minyak mentah meningkat dan fasilitas penyimpanan rata-rata penuh.

Pusat penyimpanan utama AS di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk kontrak West Texas Intermediate (WTI) AS, diperkirakan bakal penuh dalam hitungan minggu. "Hari ini cukup jelas bahwa masalah utama di pasar adalah penuhnya (stok) di Amerika Serikat dan kurangnya kapasitas penyimpanan," kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar, CMC Markets di Sydney.

Menghadapi situasi ini, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC +, telah sepakat untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari (bph). Tapi itu tidak akan terjadi sebelum Mei, dan ukuran pemotongan tidak dianggap cukup besar untuk mengembalikan keseimbangan pasar.

"Bahkan perjanjian pasokan OPEC + kemungkinan tidak akan menghentikan aliran penjualan dalam jangka pendek," kata ANZ Research dalam sebuah catatan.

Sementara itu, persediaan minyak mentah AS diperkirakan akan naik sekitar 16,1 juta barel dalam sepekan hingga 17 April setelah mencatat kenaikan satu minggu terbesar dalam sejarah, menurut lima analis yang disurvei oleh Reuters. Analis memperkirakan stok bensin naik 3,7 juta barel pekan lalu.
(akr)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More