Redam Krisis Evergrande, Bank Sentral China Suntik Rp264 Triliun
Kamis, 23 September 2021 - 11:34 WIB
JAKARTA - Bank Sentral China (The People's Bank of China/PBOC) menyuntikkan dana 120 miliar yuan (USD18,6 miliar) atau sekitar Rp264 triliun untuk menyelamatkan krisis Evergrande. Hal itu menyusul kekhawatiran krisis Evergrande bisa mengguncang pasar global.
Bailout tersebut menghasilkan kucuran bersih ke Evergrande sebesar 90 miliar yuan. Langkah itu disambut positif pasar, ditambah juga kabar terkait komitmen pembayaran obligasi lokal.
"Injeksi PBOC kemungkinan ditujukan untuk menenangkan saraf karena pasar khawatir tentang Evergrande," kata analis suku bunga dari Bank DBS Singapura dikutip dari Bloomberg, Kamis (23/9/2021).
Menurut dia langkah tersebut bisa jadi untuk mencegah penularan di sektor riil yang lain. Kerugian akibat krisis Evergrande juga menjadi kejutan bagi pasar saham. Kebijakan moneter yang dilakukan China tersebut bertujuan untuk menemukan keseimbangan antara pemberian insentif dengan dampak pandemi sembari mencegah terjadinya gelembung aset.
Otoritas cenderung melonggarkan cengkeraman likuiditas menjelang akhir kuartal karena meningkatnya permintaan uang tunai dari bank untuk mengontrol regulasi. Pihak Evergrande telah berunding dengan pemegang obligasi lokal untuk membayar bunga pada 23 September 2021. Upaya itu diharapkan menjadi kabar baik bagi pasar lokal maupun luar negeri.
Baca Juga: Ini 5 Presiden Termiskin di Dunia, Hartanya Hanya Puluhan hingga Ratusan Juta
Sementara itu, Kepala Ekonom Standard Chartered Hongkong untuk area China Raya dan Asia Utara Ding Shuang menilai, peningkatan likuiditas saja tidak cukup untuk menyelesaikan krisis Evergrande.
"Apa yang diharapkan pasar dari pemerintah adalah membuat rencana yang dapat membantu perusahaan merestrukturisasi dan membiayai kembali dengan cara yang tidak merepotkan," kata dia.
Namun yang dilakukan China, pada intinya tidak membiarkan masalah Evergrande berubah menjadi krisis keuangan penuh atau membiarkannya memicu risiko sistemik apa pun.
Bailout tersebut menghasilkan kucuran bersih ke Evergrande sebesar 90 miliar yuan. Langkah itu disambut positif pasar, ditambah juga kabar terkait komitmen pembayaran obligasi lokal.
"Injeksi PBOC kemungkinan ditujukan untuk menenangkan saraf karena pasar khawatir tentang Evergrande," kata analis suku bunga dari Bank DBS Singapura dikutip dari Bloomberg, Kamis (23/9/2021).
Menurut dia langkah tersebut bisa jadi untuk mencegah penularan di sektor riil yang lain. Kerugian akibat krisis Evergrande juga menjadi kejutan bagi pasar saham. Kebijakan moneter yang dilakukan China tersebut bertujuan untuk menemukan keseimbangan antara pemberian insentif dengan dampak pandemi sembari mencegah terjadinya gelembung aset.
Otoritas cenderung melonggarkan cengkeraman likuiditas menjelang akhir kuartal karena meningkatnya permintaan uang tunai dari bank untuk mengontrol regulasi. Pihak Evergrande telah berunding dengan pemegang obligasi lokal untuk membayar bunga pada 23 September 2021. Upaya itu diharapkan menjadi kabar baik bagi pasar lokal maupun luar negeri.
Baca Juga: Ini 5 Presiden Termiskin di Dunia, Hartanya Hanya Puluhan hingga Ratusan Juta
Sementara itu, Kepala Ekonom Standard Chartered Hongkong untuk area China Raya dan Asia Utara Ding Shuang menilai, peningkatan likuiditas saja tidak cukup untuk menyelesaikan krisis Evergrande.
"Apa yang diharapkan pasar dari pemerintah adalah membuat rencana yang dapat membantu perusahaan merestrukturisasi dan membiayai kembali dengan cara yang tidak merepotkan," kata dia.
Namun yang dilakukan China, pada intinya tidak membiarkan masalah Evergrande berubah menjadi krisis keuangan penuh atau membiarkannya memicu risiko sistemik apa pun.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda