Jokowi Batal Lepasliarkan Elang Brontok di Bukit Menoreh
Selasa, 28 September 2021 - 06:00 WIB
Kepala Balai KSDA Jawa Tengah, Darmanto mengharapkan setelah dilepasliarkan kedua elang tersebut dapat mencari makan sendiri di habitat alami dan survive di alam. Keberadaan elang sebagai burung pemangsa (raptor) dalam suatu ekosistem sangat penting karena posisinya sebagai pemangsa puncak dalam piramida atau rantai makanan. Bila ada gangguan terhadap mereka akan terganggu pula rantai dan jaring-jaring makanan dalam ekosistem tersebut.
Untuk memantau kondisi satwa pasca pelepasliaran dan mengetahui eksistensi satwa di habitat alaminya, BKSDA Jawa Tengah bersama PPSEJ TNGHS telah menyiapkan tim guna melakukan monitoring.
Selanjutnya di lokasi yang sama, Alue Dohong juga melakukan penanaman pohon sebagai simbol rehabiltasi lahan dengan model penanaman Usaha Pengelolaan Sumberdaya Alam (UPSA) di Perbukitan Menoreh yang dilaksanakan oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Serayu Opak Progo.
Terkait UPSA di lokasi pelepasliaran elang tersebut, disebutkan Wamen Alue sebagai upaya merehabilitasi hutan dan lahan dengan metode konservasi tanah dan air melalui kegiatan-kegiatan sipil teknis, vegetatif, dan agronomi.
Jenis kegiatan yang dilakukan di lokasi UPSA tersebut meliputi pembuatan Gully plug, terjunan dan Saluran Pembuangan Air, perbaikan terasering, pembuatan dam penahan dan penanaman pohon buah.
"Penyelenggaraan program UPSA disini selain untuk rehabilitasi hutan dan lahan juga untuk peningkatan ekonomi produktif masyarakat berbasis ekosistem hutan," ujar Alue.
Lokasi sekitar Desa Giri Tengah tempat pelaksanaan kegiatan pelepasliaran elang Brontok dan Rehabilitasi hutan dan lahan dengan metode UPSA, merupakan salah satu kawasan yang menjadi calon lokasi Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Perbukitan Menoreh. Rehabilitasi DAS di sini diprioritaskan untuk meningkatkan tutupan hutan, membangun menara air alami, dan meningkatkan perekonomian masyarakat melalui produk hutan kayu/nonkayu dan jasa lingkungan, serta ekowisata.
"Bibit yang kita tanam disini salah satunya jenis Alpukat Aligator yang buahnya besar, bijinya kecil sehingga sangat produktif untuk hasilnya, kita harapkan pohonnya dapat dipelihara dengan baik hingga berbuah dan buahnya dapat menambah penghasilan warga di desa ini, sejalan dengan tetap terjaganya lingkungan karena tutupan hutannya tetap baik," jelas Wamen lagi.
Tampak hadir mendampingi Wakil Menteri LHK dalam acara tersebut, Direktur Konservasi Tanah dan Air KLHK, Direktur Kesatuan Hutan Produksi KLHK, Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (P3E Jawa), Kepala BKSDA Yogyakarta, Kepala BPDAS Pamali Jratun, dan tim BKSDA Jawa Tengah serta Perangkat Pemda dan Desa terkait
Untuk memantau kondisi satwa pasca pelepasliaran dan mengetahui eksistensi satwa di habitat alaminya, BKSDA Jawa Tengah bersama PPSEJ TNGHS telah menyiapkan tim guna melakukan monitoring.
Selanjutnya di lokasi yang sama, Alue Dohong juga melakukan penanaman pohon sebagai simbol rehabiltasi lahan dengan model penanaman Usaha Pengelolaan Sumberdaya Alam (UPSA) di Perbukitan Menoreh yang dilaksanakan oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Serayu Opak Progo.
Terkait UPSA di lokasi pelepasliaran elang tersebut, disebutkan Wamen Alue sebagai upaya merehabilitasi hutan dan lahan dengan metode konservasi tanah dan air melalui kegiatan-kegiatan sipil teknis, vegetatif, dan agronomi.
Jenis kegiatan yang dilakukan di lokasi UPSA tersebut meliputi pembuatan Gully plug, terjunan dan Saluran Pembuangan Air, perbaikan terasering, pembuatan dam penahan dan penanaman pohon buah.
"Penyelenggaraan program UPSA disini selain untuk rehabilitasi hutan dan lahan juga untuk peningkatan ekonomi produktif masyarakat berbasis ekosistem hutan," ujar Alue.
Lokasi sekitar Desa Giri Tengah tempat pelaksanaan kegiatan pelepasliaran elang Brontok dan Rehabilitasi hutan dan lahan dengan metode UPSA, merupakan salah satu kawasan yang menjadi calon lokasi Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Perbukitan Menoreh. Rehabilitasi DAS di sini diprioritaskan untuk meningkatkan tutupan hutan, membangun menara air alami, dan meningkatkan perekonomian masyarakat melalui produk hutan kayu/nonkayu dan jasa lingkungan, serta ekowisata.
"Bibit yang kita tanam disini salah satunya jenis Alpukat Aligator yang buahnya besar, bijinya kecil sehingga sangat produktif untuk hasilnya, kita harapkan pohonnya dapat dipelihara dengan baik hingga berbuah dan buahnya dapat menambah penghasilan warga di desa ini, sejalan dengan tetap terjaganya lingkungan karena tutupan hutannya tetap baik," jelas Wamen lagi.
Tampak hadir mendampingi Wakil Menteri LHK dalam acara tersebut, Direktur Konservasi Tanah dan Air KLHK, Direktur Kesatuan Hutan Produksi KLHK, Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (P3E Jawa), Kepala BKSDA Yogyakarta, Kepala BPDAS Pamali Jratun, dan tim BKSDA Jawa Tengah serta Perangkat Pemda dan Desa terkait
tulis komentar anda