Cara Sandiaga Bikin UMKM Makin Mudah Mengakses Modal
Selasa, 28 September 2021 - 19:08 WIB
JAKARTA - Kemudahan akses permodalan bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menjadi salah satu persoalan utama yang ingin diselesaikan oleh Menteri Pariwsata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno . Dia menilai, teknologi finansial urun dana atau securities crowdfunding (SCF) bisa menjadi salah satu solusi bagi UMKM dalam memperoleh permodalan untuk berkembang.
Sandiaga menjelaskan, fintech SCF atau sebelumnya disebut equity crowdfunding merupakan platform yang melayani penerbitan saham atau surat utang dari suatu ekspansi bisnis UMKM dan usaha rintisan (startup) yang disebut 'Penerbit'.
Platform kemudian mempertemukan mereka dengan para investor yang disebut 'Pemodal', di mana setelah menyetorkan dana, Pemodal akan menerima imbalan dalam bentuk kepemilikan saham, kemudian mendapat keuntungan dari pembagian dividen atas keuntungan usaha tersebut dalam periode waktu tertentu sesuai perjanjian.
Sandiaga berharap fintech SCF mampu lebih dalam mendukung pelaku usaha ekonomi kreatif. Pasalnya, berdasarkan catatan Kemenparekraf, masih ada 92,73% usaha kreatif masih menggunakan modal sendiri dan baru sebesar 24,4% yang sudah bisa mengakses pinjaman bank, dan 0,66% berasal dari venture capital.
"Kami lewat Direktorat Akses Pembiayaan mendukung digitalisasi pembiayaan bagi pelaku usaha ekonomi kreatif," kata Sandiaga dalam keteranganya.
Sandiaga melihat bahwa beberapa subsektor usaha kreatif bisa bersinergi dengan fintech SCF, di antaranya kuliner, kriya, dan fashion. Pasalnya, permodalan via fintech SCF terbilang strategis, karena tidak ada kewajiban agunan, hanya membutuhkan platform online, dan bisa terhubung ke investor-investor di seluruh Indonesia.
"Salah satu programnya bernama FinCoin yang membantu para pelaku untuk dapat memanfaatkan layanan fintech urun dana. Program ini sudah berjalan di Medan dan Bandung sejak 2020, dan rencananya akan kami tingkatkan," kata Sandiaga.
Lihat Juga: Program Pemberdayaan BRI Klasterku Hidupku Antar Petani Ini Sukses Kembangkan Budidaya Alpukat
Sandiaga menjelaskan, fintech SCF atau sebelumnya disebut equity crowdfunding merupakan platform yang melayani penerbitan saham atau surat utang dari suatu ekspansi bisnis UMKM dan usaha rintisan (startup) yang disebut 'Penerbit'.
Platform kemudian mempertemukan mereka dengan para investor yang disebut 'Pemodal', di mana setelah menyetorkan dana, Pemodal akan menerima imbalan dalam bentuk kepemilikan saham, kemudian mendapat keuntungan dari pembagian dividen atas keuntungan usaha tersebut dalam periode waktu tertentu sesuai perjanjian.
Sandiaga berharap fintech SCF mampu lebih dalam mendukung pelaku usaha ekonomi kreatif. Pasalnya, berdasarkan catatan Kemenparekraf, masih ada 92,73% usaha kreatif masih menggunakan modal sendiri dan baru sebesar 24,4% yang sudah bisa mengakses pinjaman bank, dan 0,66% berasal dari venture capital.
"Kami lewat Direktorat Akses Pembiayaan mendukung digitalisasi pembiayaan bagi pelaku usaha ekonomi kreatif," kata Sandiaga dalam keteranganya.
Sandiaga melihat bahwa beberapa subsektor usaha kreatif bisa bersinergi dengan fintech SCF, di antaranya kuliner, kriya, dan fashion. Pasalnya, permodalan via fintech SCF terbilang strategis, karena tidak ada kewajiban agunan, hanya membutuhkan platform online, dan bisa terhubung ke investor-investor di seluruh Indonesia.
"Salah satu programnya bernama FinCoin yang membantu para pelaku untuk dapat memanfaatkan layanan fintech urun dana. Program ini sudah berjalan di Medan dan Bandung sejak 2020, dan rencananya akan kami tingkatkan," kata Sandiaga.
Lihat Juga: Program Pemberdayaan BRI Klasterku Hidupku Antar Petani Ini Sukses Kembangkan Budidaya Alpukat
(akr)
tulis komentar anda