Keok dari Australia, Neraca Dagang Indonesia Defisit USD3,1 Miliar
Rabu, 29 September 2021 - 16:35 WIB
JAKARTA - Sepanjang periode Januari hingga Juli 2021 neraca perdagangan Indonesia dengan Australia tercatat defisit sebesar USD3,1 miliar atau Rp44 triliun (kurs Rp14.200). Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi mengatakan, salah satu penyebabnya adalah impor dari Australia yang menjadi suatu kebutuhan bagi industri.
"Impor kita dari Australia penting bagi industri Indonesia. Impor ini bagian dari bahan baku yang bisa mengembangkan industri," ungkap Mendag Luthfi saat menggelar konferensi pers bersama Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia Dan Tehan secara virtual, Rabu (29/9/2021).
Beberapa impor Indonesia dari Australia antara lain sapi, daging, dan batu bara. Impor tersebut diyakini akan memberikan nilai tambah bagi produk Indonesia.
Mendag Luthfi menambahkan bahwa keuntungan skema Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership (IA-CEPA) tidak hanya terkait pada perdagangan barang dan jasa. Tetapi adanya pandemi Covid-19, membuat perjanjian dagang IA-CEPA yang telah berlaku sejak Juli 2020 lalu ikut tertekan.
"Tidak dipungkiri, Covid-19 menjadi masalah terbesar saat ini, diharapkan setelah Covid-19, setelah terbukanya perbatasan kedua negara, saya berharap secepatnya kita dapat mengembalikan perdagangan dan meningkatkannya," ujar Mendag Luthfi.
Pada periode Januari-Juli 2021 total ekspor Indonesia ke Australia sebesar USD1,85 miliar, naik dari tahun sebelumnya sebesar USD1,36 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara impor Indonesia periode Januari-Juli 2021 sebesar USD4,96 miliar naik dari tahun sebelumnya USD2,69 miliar.
Baik Indonesia dan Australia pun telah sepakat untuk menggenjot perdagangan kedua negara. Hal itu mengingat pentingnya perdagangan dalam pemulihan ekonomi pasca-pandemi.
Selain sektor perdagangan, sektor yang diharapkan dapat segera diimplementasikan adalah terkait dengan kerja sama peningkatan sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
"Impor kita dari Australia penting bagi industri Indonesia. Impor ini bagian dari bahan baku yang bisa mengembangkan industri," ungkap Mendag Luthfi saat menggelar konferensi pers bersama Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia Dan Tehan secara virtual, Rabu (29/9/2021).
Beberapa impor Indonesia dari Australia antara lain sapi, daging, dan batu bara. Impor tersebut diyakini akan memberikan nilai tambah bagi produk Indonesia.
Mendag Luthfi menambahkan bahwa keuntungan skema Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership (IA-CEPA) tidak hanya terkait pada perdagangan barang dan jasa. Tetapi adanya pandemi Covid-19, membuat perjanjian dagang IA-CEPA yang telah berlaku sejak Juli 2020 lalu ikut tertekan.
"Tidak dipungkiri, Covid-19 menjadi masalah terbesar saat ini, diharapkan setelah Covid-19, setelah terbukanya perbatasan kedua negara, saya berharap secepatnya kita dapat mengembalikan perdagangan dan meningkatkannya," ujar Mendag Luthfi.
Pada periode Januari-Juli 2021 total ekspor Indonesia ke Australia sebesar USD1,85 miliar, naik dari tahun sebelumnya sebesar USD1,36 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara impor Indonesia periode Januari-Juli 2021 sebesar USD4,96 miliar naik dari tahun sebelumnya USD2,69 miliar.
Baik Indonesia dan Australia pun telah sepakat untuk menggenjot perdagangan kedua negara. Hal itu mengingat pentingnya perdagangan dalam pemulihan ekonomi pasca-pandemi.
Selain sektor perdagangan, sektor yang diharapkan dapat segera diimplementasikan adalah terkait dengan kerja sama peningkatan sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
(uka)
tulis komentar anda