Rantai Pasok Pertanian Terintegrasi Dorong Produk Halal Unggulan
Selasa, 05 Oktober 2021 - 23:18 WIB
JAKARTA - Rantai pasok pertanian terintegrasi dapat mendorong berkembangnya produk halal Indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi nasional.
“Ekosistem halal food harus dibangun terintegrasi from farm to table,” kata Ketua Umum Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani) Guntur Subagja Mahardika dalam Webinar Pertanian bertajuk ‘Agriculture for sustainable Growth’ yang digelar secara daring, Selasa (5/10/2021).
Webinar Pertanian ini merupakan rangkaian event Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2021 yang merupakan kolaborasi Bank Indonesia, Kementerian Pertanian, Pesantren Al-Ittifaq, dan Intani. Webinar dibuka Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia M Anwar Bashori dan pembicata inspirasi Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto dan KH. Fuad Affandi Rifai, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Bandung, Jawa Barat.
Guntur menyebutkan pandemi Covid-19 merupakan momentum kebangkitan sektor pertanian. Saat sektor ekonomi lainnya terpuruk mengakibatkan kontraksi ekonomi nasional pada 2020, sektor pertanian mengalami peningkatan signifikan. “Dalam kondisi terganggunya logistik ekspor impor selama pandemi kita harus mampu memenuhi kebutuhan pangan dan pertanian mandiri,” papar Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI ini.
Pengembangan sektor pertanian, kata Guntur, tidak hanya menghasilkan produk makanan. Tapi, industri pertanian juga akan mendongkrak industri kesehatan berbasis herbal, industri kecantikan, dan pariwisata agro. “Sektor pertanian juga menyerap tenaga kerja terbesar mencapai 29%,” urainya.
Indonesia yang berpenduduk muslim terbesar belum menjadi eksportir makanan halal (halal food) di dunia. “Ironisnya kita adalah importir makanan halal kedua terbesar setelah Saudi Arabia,” ungkap Guntur.
Mengutip hasil publikasi Dinard Standard yang mengungkap 5 besar negara ekaportir makanan halal adalah Brazil, Amerika Serikat, India, Rusia, Argentina. “Halal harus menjadi nilai jual produk-produk Indonesia,” kata Managing Director Food PT Sreeya Sewu Indonesia, Tbk Dicky Saelan.
Untuk mengembangkan produk halal terintegrasi perlu membangun blockchain rantai pasok halal dari hulu hingga hilir. “Pasar produk halal sangat besar,” ujar Dicky.
Sementara itu, Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia M Anwar Bashori Anwar Bashori menyebutkan BI mendorong sektor pertanian karena ekosistem dari makanan halal. “Sektor pertanian juga sejak dulu sudah menerapkan prinsip syariah seperti metelu, maro, bagi hasil dan lainnya,” jelas Anwar.
“Ekosistem halal food harus dibangun terintegrasi from farm to table,” kata Ketua Umum Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani) Guntur Subagja Mahardika dalam Webinar Pertanian bertajuk ‘Agriculture for sustainable Growth’ yang digelar secara daring, Selasa (5/10/2021).
Webinar Pertanian ini merupakan rangkaian event Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2021 yang merupakan kolaborasi Bank Indonesia, Kementerian Pertanian, Pesantren Al-Ittifaq, dan Intani. Webinar dibuka Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia M Anwar Bashori dan pembicata inspirasi Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto dan KH. Fuad Affandi Rifai, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Bandung, Jawa Barat.
Guntur menyebutkan pandemi Covid-19 merupakan momentum kebangkitan sektor pertanian. Saat sektor ekonomi lainnya terpuruk mengakibatkan kontraksi ekonomi nasional pada 2020, sektor pertanian mengalami peningkatan signifikan. “Dalam kondisi terganggunya logistik ekspor impor selama pandemi kita harus mampu memenuhi kebutuhan pangan dan pertanian mandiri,” papar Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI ini.
Pengembangan sektor pertanian, kata Guntur, tidak hanya menghasilkan produk makanan. Tapi, industri pertanian juga akan mendongkrak industri kesehatan berbasis herbal, industri kecantikan, dan pariwisata agro. “Sektor pertanian juga menyerap tenaga kerja terbesar mencapai 29%,” urainya.
Indonesia yang berpenduduk muslim terbesar belum menjadi eksportir makanan halal (halal food) di dunia. “Ironisnya kita adalah importir makanan halal kedua terbesar setelah Saudi Arabia,” ungkap Guntur.
Mengutip hasil publikasi Dinard Standard yang mengungkap 5 besar negara ekaportir makanan halal adalah Brazil, Amerika Serikat, India, Rusia, Argentina. “Halal harus menjadi nilai jual produk-produk Indonesia,” kata Managing Director Food PT Sreeya Sewu Indonesia, Tbk Dicky Saelan.
Baca Juga
Untuk mengembangkan produk halal terintegrasi perlu membangun blockchain rantai pasok halal dari hulu hingga hilir. “Pasar produk halal sangat besar,” ujar Dicky.
Sementara itu, Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia M Anwar Bashori Anwar Bashori menyebutkan BI mendorong sektor pertanian karena ekosistem dari makanan halal. “Sektor pertanian juga sejak dulu sudah menerapkan prinsip syariah seperti metelu, maro, bagi hasil dan lainnya,” jelas Anwar.
(dar)
tulis komentar anda