Transisi Energi Tak Mengurangi Peran Penting Industri Hulu Migas
Selasa, 12 Oktober 2021 - 22:06 WIB
JAKARTA - Transisi energi tidak mengurangi peran penting migas dalam bauran energi nasional . Hal tersebut tercermin dari konsumsi migas Indonesia diproyeksikan masih sekitar 9,40 barel oil equivalen per day (BOEPD) hingga 2050 mendatang.
"Cukup jelas bahwa di RUEN hingga 2050 masih tergantung energi fosil," ujar Direktur Eksekutif ReforMiners Institute Komaidi Notonegoro saat diskusi virtual bertajuk Membangun Bangsa Bersama Industri Migas, Selasa (12/10/2021).
Menurut dia secara volume, konsumsi migas justru meningkat 111% dari 2,19 barel oil per day (BOPD) pada 2025 menjadi 4,62 BOPD hingga 2050 meskipun dalam Rancangan Umum Energi Nasional (RUEN) porsi bauran minyak bumi turun 25% pada 2025 menjadi 20% pada 2050.
Begitu pula porsi bauran energi gas bumi diproyeksikan meningkat 22,4% pada 2025 menjadi 24% pada 2050. Untuk volume konsumsi gas bumi diproyeksikan meningkat 171% dari 1,76 BOEPD pada 2025 menjadi 4,79 BOEPD pada 2050. "Dengan demikian total konsumsi migas nasional akan meningkat 137% dari 3,95 BOEPD pada 2025 menjadi 9,40 BOEPD pada 2050," kata dia.
Tak hanya itu, peran industri migas juga penting dalam melahirkan industri jasa dan penunjang di tengah target produksi minyak 1 juta barel di 2030. Di sini menjadi momentum meningkatkan TKDN atau produk dalam negeri. "Namun untuk meningkatkan TKDN perlu dukungan lintas sektor lembaga dan kementerian dan roadmapnya juga harus jelas," tandasnya.
Berdasarkan nilai kontrak 2020-2021 yang dilaporkan SKK Migas, kontribusi industri pendukung sektor migas mencapai USD7,13 miliar atau lebih dari Rp100 triliun. Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya SKK Migas Erwin Suryadi mengatakan, target produksi minyak 1 juta barel di 2030 akan berdampak besar terhadap industri penunjang di dalam negeri. "Tentu ini jadi perhatian penting dalam rangka melibatkan industri dalam negeri," kata dia.
Tak berhenti disitu, tahun lalu kontribusi hulu migas ke penerimaan negara mencapai Rp122 triliun atau tercapai 144% dari target APBN. Sampai Agustus 2021, penerimaan negara mencapai Rp125 triliun atau tercapai 125% dari target tahun ini. "Kami optimistis bahwa ke depan peran industri hulu migas tetap penting memberikan kontribusi kepada negara," kata dia.
"Cukup jelas bahwa di RUEN hingga 2050 masih tergantung energi fosil," ujar Direktur Eksekutif ReforMiners Institute Komaidi Notonegoro saat diskusi virtual bertajuk Membangun Bangsa Bersama Industri Migas, Selasa (12/10/2021).
Menurut dia secara volume, konsumsi migas justru meningkat 111% dari 2,19 barel oil per day (BOPD) pada 2025 menjadi 4,62 BOPD hingga 2050 meskipun dalam Rancangan Umum Energi Nasional (RUEN) porsi bauran minyak bumi turun 25% pada 2025 menjadi 20% pada 2050.
Begitu pula porsi bauran energi gas bumi diproyeksikan meningkat 22,4% pada 2025 menjadi 24% pada 2050. Untuk volume konsumsi gas bumi diproyeksikan meningkat 171% dari 1,76 BOEPD pada 2025 menjadi 4,79 BOEPD pada 2050. "Dengan demikian total konsumsi migas nasional akan meningkat 137% dari 3,95 BOEPD pada 2025 menjadi 9,40 BOEPD pada 2050," kata dia.
Tak hanya itu, peran industri migas juga penting dalam melahirkan industri jasa dan penunjang di tengah target produksi minyak 1 juta barel di 2030. Di sini menjadi momentum meningkatkan TKDN atau produk dalam negeri. "Namun untuk meningkatkan TKDN perlu dukungan lintas sektor lembaga dan kementerian dan roadmapnya juga harus jelas," tandasnya.
Berdasarkan nilai kontrak 2020-2021 yang dilaporkan SKK Migas, kontribusi industri pendukung sektor migas mencapai USD7,13 miliar atau lebih dari Rp100 triliun. Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya SKK Migas Erwin Suryadi mengatakan, target produksi minyak 1 juta barel di 2030 akan berdampak besar terhadap industri penunjang di dalam negeri. "Tentu ini jadi perhatian penting dalam rangka melibatkan industri dalam negeri," kata dia.
Tak berhenti disitu, tahun lalu kontribusi hulu migas ke penerimaan negara mencapai Rp122 triliun atau tercapai 144% dari target APBN. Sampai Agustus 2021, penerimaan negara mencapai Rp125 triliun atau tercapai 125% dari target tahun ini. "Kami optimistis bahwa ke depan peran industri hulu migas tetap penting memberikan kontribusi kepada negara," kata dia.
(nng)
tulis komentar anda