Diterjang Banjir Bandang, Krisis Energi di China Makin Parah

Selasa, 12 Oktober 2021 - 16:35 WIB
loading...
Diterjang Banjir Bandang, Krisis Energi di China Makin Parah
Krisis energi di China semakin parah setelah Provinsi Shaanxi sebagai pusat tambang baru bara di terjang banjir. FOTO/Ilustrasi/Reuters/Stringer
A A A
SHAANXI - Krisis energi di China semakin parah pasca diterjang banjir bandang . Banyak tambang batu bara harus berhenti total setelah terjadi banjir di Provinsi Shaanxi.

Provinsi Shaanxi merupakan pusat tambang batu bara di China. Ada sebanyak 60 tambang batu bara terpaksa berhenti total akibat bencana tersebut.



Adapun Provinsi Shaanxi berkontribusi 25% dari total produksi batu bara di China. Wilayah pertambangan batu bara di dekat Shaanxi pun terimbas bencana sehingga mau tidak mau harus menghentikan operasionalnya.

Berdasarkan laporan Zhengzou Commodity Exchange, banjir di China membawa harga batu bara terbang tinggi menembus angka USD219 per ton pada Senin (11/10). Tak tanggung-tanggung, kenaikannya dua kali lipat dibandingkan awal tahun.

"Awal tahun ini harga energi di pasar global meningkat tajam. Sementara pasokan listrik dan batu bara bersaing ketat menyebabkan pemadaman listrik di sejumlah wilayah dan berpengaruh besar terhadap perekonomian," tulis Dewan Negara China seperti dilansir dari CNN Internasional, Senin (12/10/2021).

Sebagaimana diketahui, bencana banjir melanda saat China sedang berupaya keras meningkatkan pasokan batu bara untuk mengatasi krisis energi. Tahun lalu, batu bara berkontribusi 60% bauran energi di China.



Krisis energi di China menghantam 20 provinsi akibat pembatasan pasokan batu bara sehingga banyak pabrik berhenti beroperasi. Padahal, secara konsumsi daya lsitrik Januari-Agustus tumbuh 14% dibandingkan tahun lalu akibat pulihnya aktivitas ekonomi.

Tak berhenti disitu, krisis energi juga diperparah perang dagang dengan Australia yang selama ini memasok batu bara ke China. Sedangkan energi terbarukan (ET) masih tertatih-tatih mencukupi kebutuhan listrik di dalam negeri di tengah kebijakan menekan emisi karbon secara progesif hingga 2060.
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1561 seconds (0.1#10.140)