Proyek Kereta Cepat Didanai Utang Tersembunyi China, Stafsus Erick Thohir: Itu Hoaks
Sabtu, 16 Oktober 2021 - 11:30 WIB
JAKARTA - Kementerian BUMN menegaskan bahwa pemberitaan hidden debt atau utang tersembunyi BUMN digunakan untuk pendanaan proyek Kereta Cepat Bandung-Jakarta (KCBJ ) adalah keliru alias hoaks. Beredar pemberitaan bahwa utang tersembunyi dari China senilai Rp266 triliun itu sebagian digunakan untuk proyek KCJB.
"Berita hoaksya. Itu hoaks benar dan tendensius. Tidak ada sama sekali utang tersembunyi dari China untuk proyek kereta cepat," ujar Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, kepada wartawan, Sabtu (16/10/2021).
Arya menegaskan, semua utang perusahaan pelat merah dan alokasinya tercatat dalam Monitoring Risiko Pinjaman Komersial Luar Negeri (PKLN) Bank Indonesia. Kementerian BUMN pun meminta pihak redaksi media merevisi dan meminta maaf.
"Karena semua tercatat di PKLN Bank Indonesia. Jadi berita yang dibuat, yang mengatakan ada utang tersembunyi China untuk proyek kereta cepat benar-benar hoaksdan tendensius. Kami berharap (mereka) bisa memperbaikinya dan meminta maaf," katanya.
Laporan lembaga riset Amerika Serikat (AS) AidData ihwal "utang tersembunyi" Indonesia dari China senilai USD17,28 miliar atau setara Rp266 triliun memang menjadi sorotan sejumlah pihak. Namun, utang tersebut tidak dikategorikan sebagai pinjaman pemerintah.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat utang sebesar Rp266 triliun berasal dari skema business to business (B to B) BUMN, special purpose vehicle (SPV), perusahaan patungan, hingga swasta. Artinya, pinjaman tersebut menjadi tanggung jawab pihak terkait dan bukan pemerintah.
Namun, Kemenkeu tidak menapikan jika pinjaman itu wanprestasi maka akan beresiko kepada keuangan pemerintah.
Dari laporan AidData, terjadi kenaikan utang berbentuk hidden debt di negara yang menjalin kerj asama proyek infrastruktur dengan China. Namun, tidak spesifik menjelaskan adanya pinjaman untuk pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Sementara, pendanaan KCJB sendiri bersumber dari pinjaman China Development Bank (CBD) sebesar USD4,55 miliar atau setara Rp64,9 triliun. Jumlah itu sekitar 75% dari total nilai investasi KCJB sebesar USD6,07 miliar. Sementara sisanya 25% berasal dari ekuiti KCIC.
Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung memang benar-benar menyita semuanya. Selain investasinya yang terus membengkak, waktu penyelesaiannya pun molor. Awalnya, proyek ini ditargetkan selesai pada 2019, namun bergeser hingga akhir 2022.
"Berita hoaksya. Itu hoaks benar dan tendensius. Tidak ada sama sekali utang tersembunyi dari China untuk proyek kereta cepat," ujar Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, kepada wartawan, Sabtu (16/10/2021).
Arya menegaskan, semua utang perusahaan pelat merah dan alokasinya tercatat dalam Monitoring Risiko Pinjaman Komersial Luar Negeri (PKLN) Bank Indonesia. Kementerian BUMN pun meminta pihak redaksi media merevisi dan meminta maaf.
"Karena semua tercatat di PKLN Bank Indonesia. Jadi berita yang dibuat, yang mengatakan ada utang tersembunyi China untuk proyek kereta cepat benar-benar hoaksdan tendensius. Kami berharap (mereka) bisa memperbaikinya dan meminta maaf," katanya.
Laporan lembaga riset Amerika Serikat (AS) AidData ihwal "utang tersembunyi" Indonesia dari China senilai USD17,28 miliar atau setara Rp266 triliun memang menjadi sorotan sejumlah pihak. Namun, utang tersebut tidak dikategorikan sebagai pinjaman pemerintah.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat utang sebesar Rp266 triliun berasal dari skema business to business (B to B) BUMN, special purpose vehicle (SPV), perusahaan patungan, hingga swasta. Artinya, pinjaman tersebut menjadi tanggung jawab pihak terkait dan bukan pemerintah.
Namun, Kemenkeu tidak menapikan jika pinjaman itu wanprestasi maka akan beresiko kepada keuangan pemerintah.
Dari laporan AidData, terjadi kenaikan utang berbentuk hidden debt di negara yang menjalin kerj asama proyek infrastruktur dengan China. Namun, tidak spesifik menjelaskan adanya pinjaman untuk pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Sementara, pendanaan KCJB sendiri bersumber dari pinjaman China Development Bank (CBD) sebesar USD4,55 miliar atau setara Rp64,9 triliun. Jumlah itu sekitar 75% dari total nilai investasi KCJB sebesar USD6,07 miliar. Sementara sisanya 25% berasal dari ekuiti KCIC.
Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung memang benar-benar menyita semuanya. Selain investasinya yang terus membengkak, waktu penyelesaiannya pun molor. Awalnya, proyek ini ditargetkan selesai pada 2019, namun bergeser hingga akhir 2022.
(uka)
tulis komentar anda