Mendorong Efisiensi Energi di 3 Fasilitas Utama Negara
Sabtu, 23 Oktober 2021 - 18:13 WIB
JAKARTA - Dalam semangat perubahan global ke model bisnis yang lebih bersih dan berkelanjutan . Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) memberikan dukungan untuk tiga fasilitas utama negara dalam mengurangi emisi melalui konsumsi energi yang lebih rendah.
Melalui proyek Market Transformation for Renewable Energy and Energy Efficiency (MTRE3) yang dibiayai oleh Global Environment Facility (GEF), UNDP bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mendukung tiga BUMN: PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, dan Pertamina.
Dengan dukungan MTRE3, Bandara Internasional Soekarno-Hatta T3 di Jakarta dan Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali berhasil meraih sertifikasi Energy Management System (EnMS) ISO 50001, menjadi bandara pertama di Indonesia dan Asia Tenggara yang menerima sertifikasi tersebut.
Selain kedua bandara tersebut, unit kilang minyak Pertamina RU IV di Cilacap, Jawa Tengah Pertamina juga berhasil mendapatkan sertifikasi ISO 50001. ISO 50001 adalah sertifikasi berstandar internasional yang menandakan efisiensi perusahaan dalam konsumsi energi.
Manfaat utama sertifikasi meliputi peningkatan kinerja energi, penghematan biaya operasional dan biaya energi, peningkatan pengumpulan dan analisis data, penetapan kinerja dan target energi, pemantauan pemanfaatan energi dan penetapan rencana pengelolaan energi, serta peningkatan konsumsi energi secara berkelanjutan.
Proses sertifikasi ISO 50001 dibuka awal tahun ini dengan kick-off meeting yang diselenggarakan oleh Direktorat Konservasi Energi, dan manajemen Pertamina RU 4, Angkasa Pura II, dan Angkasa Pura I. Proses pendampingan teknis berlangsung dari Januari hingga Juli 2021.
Direktor Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Dadan Kusdiana mengatakan, penghematan energi lebih mudah dilakukan daripada membangun pembangkit listrik, terutama di masa pandemi dimana dunia usaha terkena dampak ekonomi.
"Kolaborasi yang sangat baik ini menjadi katalisator untuk mereplikasi penerapan ISO 50001 sebagai strategi bertahan hidup bagi bisnis yang terkena dampak pandemi. Dirjen dan UNDP Indonesia juga membantu memberi contoh bagi fasilitas umum dan industri swasta lainnya untuk mereplikasi inisiatif yang baik ini,” katanya.
Melalui proyek Market Transformation for Renewable Energy and Energy Efficiency (MTRE3) yang dibiayai oleh Global Environment Facility (GEF), UNDP bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mendukung tiga BUMN: PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, dan Pertamina.
Dengan dukungan MTRE3, Bandara Internasional Soekarno-Hatta T3 di Jakarta dan Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali berhasil meraih sertifikasi Energy Management System (EnMS) ISO 50001, menjadi bandara pertama di Indonesia dan Asia Tenggara yang menerima sertifikasi tersebut.
Selain kedua bandara tersebut, unit kilang minyak Pertamina RU IV di Cilacap, Jawa Tengah Pertamina juga berhasil mendapatkan sertifikasi ISO 50001. ISO 50001 adalah sertifikasi berstandar internasional yang menandakan efisiensi perusahaan dalam konsumsi energi.
Manfaat utama sertifikasi meliputi peningkatan kinerja energi, penghematan biaya operasional dan biaya energi, peningkatan pengumpulan dan analisis data, penetapan kinerja dan target energi, pemantauan pemanfaatan energi dan penetapan rencana pengelolaan energi, serta peningkatan konsumsi energi secara berkelanjutan.
Proses sertifikasi ISO 50001 dibuka awal tahun ini dengan kick-off meeting yang diselenggarakan oleh Direktorat Konservasi Energi, dan manajemen Pertamina RU 4, Angkasa Pura II, dan Angkasa Pura I. Proses pendampingan teknis berlangsung dari Januari hingga Juli 2021.
Direktor Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Dadan Kusdiana mengatakan, penghematan energi lebih mudah dilakukan daripada membangun pembangkit listrik, terutama di masa pandemi dimana dunia usaha terkena dampak ekonomi.
"Kolaborasi yang sangat baik ini menjadi katalisator untuk mereplikasi penerapan ISO 50001 sebagai strategi bertahan hidup bagi bisnis yang terkena dampak pandemi. Dirjen dan UNDP Indonesia juga membantu memberi contoh bagi fasilitas umum dan industri swasta lainnya untuk mereplikasi inisiatif yang baik ini,” katanya.
tulis komentar anda