Presidensi G20, Indonesia Dinilai Mampu Jadi Jembatan Pemulihan Ekonomi Global
Selasa, 02 November 2021 - 13:12 WIB
JAKARTA - Konferensi Tingkat Tinggi G20 dinilai sebagai peluang bagi Indonesia untuk menjadi jembatan antara negara berkembang dengan negara maju demi percepatan pemulihan ekonomi dunia sekaligus penanganan pandemi Covid-19 secara bersama.
Hal ini disampaikan oleh pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah. Ia mengatakan, Presidensi G20 menjadi momentum bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinannya dalam mengatasi krisis dunia dengan pendekatan kolaboratif.
Tidak hanya memperkuat negara-negara anggota G20, tetapi juga menjadi penjembatan bagi negara berkembang yang bukan anggota G20.
"Saya kira Indonesia hendaknya menyiapkan gagasan yang tajam untuk mengajak negara G20 turut menunjang perkembangan negara-negara lain. Ini tidak mudah, diharapkan seluruh Kementerian/Lembaga, pengusaha, akademisi dan seluruh masyarakat dapat terlibat dalam gagasan ini. Karena manfaat negara G20 itu harus untuk seluruh negara-negara yang sama-sama berjuang menghadapi Covid-19 dan memulihkan ekonomi," ujar Reza.
Pemulihan ekonomi dunia yang terdampak pandemi Covid-19 menjadi salah satu fokus utama Indonesia dalam kepemimpinan di G20 mendatang melalui tema besar 'Recover Together, Recover Stronger'. Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan memanfaatkan kesempatannya memimpin negara-negara kelompok G20 untuk mengutamakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, ramah lingkungan, berkelanjutan dan berkeadilan.
"Upaya tersebut harus dilakukan melalui kolaborasi antar negara secara lebih kokoh, partisipatif dan inovatif. G20 harus menjadi motor pengembangan ekosistem dan kepemimpinan Indonesia mampu mengkoneksi kebutuhan kolaborasi tersebut. Hal ini yang harus terus kita perdalam pada pertemuan-pertemuan ke depan," ujar Presiden Joko Widodo usai menerima presidensi G20 pada tahun 2022.
Tongkat estafet Presidensi G20 diserahkan secara resmi oleh PM Italia Mario Draghi kepada Presiden Joko Widodo dalam sesi penutupan KTT G20 di La Nuvola, Roma, pada Minggu (31/10). Momentum ini merupakan kali pertama Indonesia menjadi Presidensi G20 sejak forum ini dibentuk pada 1999 yang lalu.
Dukungan pada Indonesia
Hal ini disampaikan oleh pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah. Ia mengatakan, Presidensi G20 menjadi momentum bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinannya dalam mengatasi krisis dunia dengan pendekatan kolaboratif.
Tidak hanya memperkuat negara-negara anggota G20, tetapi juga menjadi penjembatan bagi negara berkembang yang bukan anggota G20.
"Saya kira Indonesia hendaknya menyiapkan gagasan yang tajam untuk mengajak negara G20 turut menunjang perkembangan negara-negara lain. Ini tidak mudah, diharapkan seluruh Kementerian/Lembaga, pengusaha, akademisi dan seluruh masyarakat dapat terlibat dalam gagasan ini. Karena manfaat negara G20 itu harus untuk seluruh negara-negara yang sama-sama berjuang menghadapi Covid-19 dan memulihkan ekonomi," ujar Reza.
Pemulihan ekonomi dunia yang terdampak pandemi Covid-19 menjadi salah satu fokus utama Indonesia dalam kepemimpinan di G20 mendatang melalui tema besar 'Recover Together, Recover Stronger'. Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan memanfaatkan kesempatannya memimpin negara-negara kelompok G20 untuk mengutamakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, ramah lingkungan, berkelanjutan dan berkeadilan.
"Upaya tersebut harus dilakukan melalui kolaborasi antar negara secara lebih kokoh, partisipatif dan inovatif. G20 harus menjadi motor pengembangan ekosistem dan kepemimpinan Indonesia mampu mengkoneksi kebutuhan kolaborasi tersebut. Hal ini yang harus terus kita perdalam pada pertemuan-pertemuan ke depan," ujar Presiden Joko Widodo usai menerima presidensi G20 pada tahun 2022.
Tongkat estafet Presidensi G20 diserahkan secara resmi oleh PM Italia Mario Draghi kepada Presiden Joko Widodo dalam sesi penutupan KTT G20 di La Nuvola, Roma, pada Minggu (31/10). Momentum ini merupakan kali pertama Indonesia menjadi Presidensi G20 sejak forum ini dibentuk pada 1999 yang lalu.
Dukungan pada Indonesia
tulis komentar anda