Dihantam Pandemi, Industri Mainan Lokal Tahan Banting
Senin, 22 November 2021 - 22:10 WIB
JAKARTA - Merebaknya wabah Covid-19 industri mainan di China ikut terganggu. Padahal industri mainan anak merupakan salah satu andalan ekonomi China.
The Wall Street Journal memperkirakan sebanyak 85% mainan anak yang diekspor di pasar global diproduksi di China. Mckinsey Global Insitute melaporkan investasi perusahaan mainan multinasional di China berada pada urutan tiga besar.
Penghentian kegiatan produksi di China berdampak besar pada rantai persediaan mainan dunia. Asosiasi Perdagangan Mainan Amerika Serikat, The Toy Association, menyebutkan mengalami kesulitan mendapat angkutan barang untuk mengirim produk-produk mainan ke luar dari China.
AS menjadi negara tujuan utama mainan produk dari China. Pada 2018, China mengekspor mainan ke AS senilai USD19,4 miliar. Di luar AS, pangsa pasar mainan China di area Eropa berada di Belanda sebesar USD3,2 miliar dan Inggris USD2,9.
Sementara di kawasan Asia, nilai ekspor mainan yang besar dikirim ke Jepang sebesar USD3,4 miliar dan Hong Kong USD2,1 miliar. Sementara ke Indonesia, China pada 2018 mengekspor mainan senilai USD398 juta.
Namun kondisi tersebut berbanding terbalik dengan industri mainan lokal. Bisnis mainan produksi dalam negeri tahan banting tidak terganggu impor. "Justru pandemi ini kami terus mendorong produksi lebih banyak lagi serta menambah tenaga kerja," ungkap salah satu pelaku usaha mainan lokal, PMB Toys Hendra, baru-baru ini.
Pundi-pundi keuntungan terus mengalir, bahkan tenaga kerja yang semula tahun 2010 sebanyak 600 pegawai meningkat menjadi 800 pegawai. Bahkan membuka gerai atau showroom baru di Tangerang hingga membuat produk baru berupa Toyota Fortuner Legender, Mitshubisi Triton dan Honda PCX.
Ketiga produk tersebut sudah berlisensi resmi dari masing-masing perusahaan yang bekerjasama dengan PMB Toys dan yang pasti 100% buatan Indonesia. Harga jual pun mampu bersaing dengan impor di sekitar Rp900 ribu sampai Rp1,7 juta. "Kami ingin membahagiakan anak-anak Indonesia serta mendukung pemerintah meningkatkan produk lokal," tutur Hendra.
The Wall Street Journal memperkirakan sebanyak 85% mainan anak yang diekspor di pasar global diproduksi di China. Mckinsey Global Insitute melaporkan investasi perusahaan mainan multinasional di China berada pada urutan tiga besar.
Penghentian kegiatan produksi di China berdampak besar pada rantai persediaan mainan dunia. Asosiasi Perdagangan Mainan Amerika Serikat, The Toy Association, menyebutkan mengalami kesulitan mendapat angkutan barang untuk mengirim produk-produk mainan ke luar dari China.
AS menjadi negara tujuan utama mainan produk dari China. Pada 2018, China mengekspor mainan ke AS senilai USD19,4 miliar. Di luar AS, pangsa pasar mainan China di area Eropa berada di Belanda sebesar USD3,2 miliar dan Inggris USD2,9.
Sementara di kawasan Asia, nilai ekspor mainan yang besar dikirim ke Jepang sebesar USD3,4 miliar dan Hong Kong USD2,1 miliar. Sementara ke Indonesia, China pada 2018 mengekspor mainan senilai USD398 juta.
Namun kondisi tersebut berbanding terbalik dengan industri mainan lokal. Bisnis mainan produksi dalam negeri tahan banting tidak terganggu impor. "Justru pandemi ini kami terus mendorong produksi lebih banyak lagi serta menambah tenaga kerja," ungkap salah satu pelaku usaha mainan lokal, PMB Toys Hendra, baru-baru ini.
Pundi-pundi keuntungan terus mengalir, bahkan tenaga kerja yang semula tahun 2010 sebanyak 600 pegawai meningkat menjadi 800 pegawai. Bahkan membuka gerai atau showroom baru di Tangerang hingga membuat produk baru berupa Toyota Fortuner Legender, Mitshubisi Triton dan Honda PCX.
Ketiga produk tersebut sudah berlisensi resmi dari masing-masing perusahaan yang bekerjasama dengan PMB Toys dan yang pasti 100% buatan Indonesia. Harga jual pun mampu bersaing dengan impor di sekitar Rp900 ribu sampai Rp1,7 juta. "Kami ingin membahagiakan anak-anak Indonesia serta mendukung pemerintah meningkatkan produk lokal," tutur Hendra.
(nng)
tulis komentar anda