Sri Mulyani Keluhkan Penurunan Produksi Minyak Saat Permintaan Naik
Selasa, 30 November 2021 - 13:31 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyoroti, penurunan produksi minyak dan gas (migas) di tengah tingginya permintaan. Akibatnya angka impor meningkat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Jika kita berbicara tentang migas di Indonesia, kita juga menyaksikan lifting migas kita hanya terus menurun, lifting migas pada 2020 di angka 707.000 barel per hari. Dan tentunya jika kita juga melihat bahwa gas memproduksi 983.000 Barrel setara minyak per hari," katanya dalam video virtual, Selasa (30/11/2021).
Kata dia, kebutuhan minyak di dalam negeri tidak bisa terpenuhi dan menciptakan impor minyak yang semakin besar dan pada akhirnya berdampak pada neraca perdagangan.
"Ini jauh lebih rendah dibandingkan satu dekade atau dua dekade lalu, penurunan produksi terutama minyak sebagai biaya. Kesenjangan yang semakin lebar antara kebutuhan energi di Indonesia, baik dalam bentuk bahan bakar atau listrik yang terus meningkat," katanya.
Menurutnya, fakta bahwa produksi minyak dan gas terus menurun, menciptakan kesenjangan permintaan yang semakin lebar. Neraca perdagangan dan neraca berjalan bakal memburuk bisa menciptakan kelemahan lain bagi perekonomian Indonesia.
"Jadi Migas pasti menciptakan situasi yang menantang ini," kata Menkeu Sri Mulyani.
Mantan Direktur Bank Dunia itu menambahkan, Indonesia saat ini sedang bertransformasi menuju net zero emission atau netral karbon sehingga ini akan berpengaruh pada kebijakan di sektor migas.
"Hal ini tentunya juga menjadi tantangan bagaimana kita dapat meningkatkan produksi," tandasnya.
"Jika kita berbicara tentang migas di Indonesia, kita juga menyaksikan lifting migas kita hanya terus menurun, lifting migas pada 2020 di angka 707.000 barel per hari. Dan tentunya jika kita juga melihat bahwa gas memproduksi 983.000 Barrel setara minyak per hari," katanya dalam video virtual, Selasa (30/11/2021).
Kata dia, kebutuhan minyak di dalam negeri tidak bisa terpenuhi dan menciptakan impor minyak yang semakin besar dan pada akhirnya berdampak pada neraca perdagangan.
"Ini jauh lebih rendah dibandingkan satu dekade atau dua dekade lalu, penurunan produksi terutama minyak sebagai biaya. Kesenjangan yang semakin lebar antara kebutuhan energi di Indonesia, baik dalam bentuk bahan bakar atau listrik yang terus meningkat," katanya.
Menurutnya, fakta bahwa produksi minyak dan gas terus menurun, menciptakan kesenjangan permintaan yang semakin lebar. Neraca perdagangan dan neraca berjalan bakal memburuk bisa menciptakan kelemahan lain bagi perekonomian Indonesia.
"Jadi Migas pasti menciptakan situasi yang menantang ini," kata Menkeu Sri Mulyani.
Mantan Direktur Bank Dunia itu menambahkan, Indonesia saat ini sedang bertransformasi menuju net zero emission atau netral karbon sehingga ini akan berpengaruh pada kebijakan di sektor migas.
"Hal ini tentunya juga menjadi tantangan bagaimana kita dapat meningkatkan produksi," tandasnya.
(akr)
tulis komentar anda